Materi Diskusi Jabar

TEKNIS PEMERIKSAAN
PERKARA

BAHRUSSAM YUNUS
Diskusi Wilayah
PTA Jabar

Pendahuluan






Tujuan Diskusi:
Evaluasi
Rekapri
Motivasi
silaturrahmi

• Beberapa Prinsip:

• Bekerja dengan baik atau bekerja dengan asalasalan
• Bekerja dengan cepat tapi banyak salah atau
bekerja hati-hati tanpa kesalahan
• Dalam bekerja tidak mengutamakan asesoris,
melainkan pokok pekerjaan
• Bekerja bersama-sama atau sama-sama bekerja
• Bekerja dengan manajemen atau bekerja tanpa
manajemen
• Bekerja dengan teknik atau bekerja tanpa teknik
• Bekerja cepat, tepat, hati-hati, bersama-sama
dengan manajemen, teknik dan
mengedepankan pokok pekerjaan

• Tupoksi: menerima, memeriksa dan
mengadili serta menyelesaiakan perkara
yang diterima
• Hakim sebagai pilar utama dalam
melaksanaan Tupoksi
• Pekerjaan hakim adalah memeriksa dan
mengadili perkara

• Dalam memeriksa tertuang dalam BAP,
sedang dalam mengadili tertuang dalam
Putusan

• Kinerja dan perestasi hakim dilihat
dari BAP dan Putusan

• Putusan harus memuat/ mengarah kepada
tiga hal keadilan, kepastian dan
kemamfaatan
• Untuk mengarah tujuan tersebut hakim harus
profesional atau memiliki tiga hal :
1. Integritas dan kemadirian
2. Ilmu pengetahuan yang membumi, baik
administrasi maupun teknis perkara dan
ilmu-ilmu pelengkap
3. Pengalaman

Kondisi Sebagian Hakim
• Tidak ada persiapan dalam pemeriksaan

perkara
• Tidak menguasai surat gugatan
• Tidak memperhatikan dengan saksama setiap
perkembangan perkara
• Mengabaikan BAP
• Tidak memperhatikan relas panggilan
• Tidak mengetahui pokok perkara
• Tidak menguasai beban pembuktian
• Tidak mampu menggali bukti-bukti







Tidak mampu menganalisa data
Kurang menguasai teknik penemuan hukum
Tidak mengetahui mekanisme pemeriksaan sita
Tidak mengetahuimekanisme PS

Tidak ada komunikasi dengan kasir
menyangkut panjar biaya perkara termasuk
perkara prodeo
• Tidak melaporkan perkara yang lebih lima
bulan belum putus kepada KPA
• KPA belum mengetahui cara mengevaluasi

Gugatan/Permohonan
Hakim sebelum menentukan hari sidang
atau pelaksanaan sidang:
• Harus mengetahui dan menguasai surat
gugatan baik secara formal maupun
secara matriil
• Posita
• Petitum
• Posisi pihak-pihak yang berperkara
• Kelengkapan kuasa

• Permohonan sita
• Permohonan provisi

• Mengadakan pembagian tugas;
Mengoreksi BAP, relass panggilan dan
pelaksanaan sita
Membuat Putusan
• Garis besar gugatan termasuk
kekurangan dicatat dalam buku catatan
hakim

Pengguga Tergugat Bukti
t
1.Nikah
2.Rukun
3.Anak
4.Kediama
n
5.KDRT
6.Selingku
h
7.Nafkah
8.Pisah


Kesim
pulan

Penggugat
1.Pewaris
2.Ahli waris
3.Dua orang
isteri, salah
satunya telah
meninggal
4.Lima orang
anak, satu
diantaranya
telah
meninggal
5.Harta warisan
tiga tempat

Tergug Bukti

at

Kesim
pulan

Mediasi
• Pada hari sidang yang telah ditentukan yang dihadiri
para pihak, majelis mewajibkan para pihak untuk
menempuh mediasi
• Dalam hal para pihak lebih dari satu, mediasi tetap
dilaksanakan setelah pemanggilan dilakukan secara
sah dan patut walaupun tidak semua hadir (P.17 ayat 4)
• Ketidak hadiran turut tergugat yang kepentingannya
tidak signifikan, tidak menghalangi pelaksanaan meiasi
(P.17 ayat 5)
• Majelis menanyakkan kepada para pihak apakah
sebelumnya sudah pernah dimediasi oleh mediator
yang terdaftar di Pengadilan Agama setempat

• Kalau sebelumnya pernah, namun tidak

berhasil, maka tidak perlu lagi mediasi (P.4 ayat
2 huruf e dan ayat 3 PERMA No.1/2016). Akan
tetapi majelis tetap mengupayakan perdamaian
biasa (P.4 ayat 2 huruf e dan ayat 3 PERMA
No.1/2016
• Kalau ternyata telah berhasil mediasinya namun
salah satu pihak tidak mau melaksanakanya
dan tidak didaftar di PA, maka majelis tidak
perlu lagi mediasi
• Kalau telah berhasil mediasinya dan sudah
didaftar di PA maka gugatan NO, sedang hasil
mediasi dapat dieksekusi (UU No.30 Th.1999 ttg
Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa diluar
Pengadilan)

• Majelis wajib menjelaskan kepada para pihak;
Pengertian dan mamfaat mediasi
Kewajiban para pihak untuk menghadiri langsung
pertemuan mediasi berikut akibat hukum atas prilaku
tidak beriktikad baik dalam proses mediasi

Biaya yang mungkin timbul
Menindaklanjuti kesepakatan perdamai melalui
akta perdamaian atau pencabutan gugatan
• Kewajiban para pihak untuk menandatangani formulir
penjelasan mediasi yang memuat pernyataan bahwa para
pihak:
Memperoleh penjelasan prosesur mediasi secara
lengkap dari majelis
Memahami dengan baik prosedur mediasi
Bersedia menempuh mediasi dengan iktikad baik
(P.17 ayat 8)

• Lamanya mediasi
• Hasil mediasi
Berhasil
Tidak berhasil
Tidak dapat dilaksanakan
• Perdamaian sukarela
Kesepakatan para pihak
Majelis menunjuk salah seorang hakim

pemeriksa sebagai mediator
Sidang ditunda paling lama 14 hari erhitung
sejak penetapan

Pembacaan Gugatan

• Setelah pelaksanaan mediasi yang
ditandai dengan pembacaan laporan hasil
mediasi, atau persidangan yang tidak
dihadiri oleh tergugat tanpa alasan yang
sah setelah dipanggil secara resmi dan
patut, maka persidangan dilanjutkan
dengan pembacaan surat gugatan.
• Pembacaan surat gugatan/permohonan
dalam persidangan dilakukan oleh Ketua
Majelis.

• Setelah pembacaan surat gugatan/permohonan,
majelis hendaknya mengadakan klarifikasi (sepanjang
tidak merobah kejadian matriil), jikalau ternyata dalam

gugatan/permohonan tersebut khususnya pada posita
ada yang bersifat umum. seperti alasan perceraian
karena dianiaya, perlu diperjelas kapan, di mana,
kenapa dan bagaimana bentuk penganiayaannya.
• Atau dalam perkara kewarisan, tidak disebutkan
secara jelas batas, luas dan letak objek sengketanya,
atau pewaris dan keturunannya yang telah meninggal
tidak disebutkan kapan meninggalnya.
• Petitum yang tidak lengkap seperti; gugatan waris
yang tidak ada permintaan bagiaan-bagian ahli waris

Pencabutan Gugatan
Cara pencabutan suatu gugatan/permohonan dapat dibagi dalam
dua bagian, yaitu :
1. Pencabutan gugatan yang belum diperiksa;
- Pencabutan perkara sebelum adanya PMH. Ketua Pengadilan
Agama mengeluarkan penetapan pencabutan perkara yang
berisikan amar menyatakan perkara Nomor
....Pdt.../20.../PA.... dicabut dan pembebanan biaya perkara
yang telah digunakan
- Pencabutan perkara setelah adanya PMH akan tetapi belum
ada PHS atau ada PHS akan tetapi belum dilakukan
pemanggilan.
- Pencabutan perkara setelah ada PHS dan telah
dilakukan pemanggilan tetapi belum waktu bersidang.

Pencabutan gugatan yang sudah diperiksa
- Gugatan dapat dicabut sebelum tergugat memberi jawaban,
apabila tergugat telah memberi jawaban, maka gugatan dapat dicabut
atas persetujuan tergugat. Apabila tergugat tidak menyetujui
pencabutan tersebut, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan (Pasal
271
Rv.).
- Produk pencabutan sebelum jawaban adalah Penetapan, tetapi
setelah
pengajuan jawaban oleh tergugat produk pengadilan adalah Putusan.
- Bila pencabutan dilakukan sebelum ada jawaban, maka pihak
penggugat dapat mengajukan gugatannya kembali. Sebaliknya
apabila
pencabutan gugatan setelah ada jawaban, penggugat tidak dapat lagi
mengajukan gugatan yang sama karena dengan pencabutan tersebut
penggugat dianggap telah melepaskan haknya

2.

Perubahan Gugatan

• Perubahan gugatan diperkenankan, apabila
diajukan sebelum tergugat mengajukan
jawaban dan apabila sudah ada jawaban
maka perubahan tersebut harus dengan
persetujuan tergugat (Pasal 127 Rv.).
• Perubahan tersebut dapat dilakukan
apabila tidak mengubah atau menyimpang
dari kejadian materiil, tidak mengubah atau
menambah petitum, tidak mengubah
pokok perkara dan dasar dari gugatan

Pengguguran Perkara
• Gugatan dapat digugurkan jika penggugat/para penggugat telah
dipanggil secara sah dan patut akan tetapi tidak hadir atau tidak
mengirim kuasanya untuk hadir (Pasal 124 HIR/148 R.Bg.).
• Dalam hal perkara digugurkan, penggugat dapat mengajukan
gugatan tersebut sekali lagi dengan membayar panjar biaya
perkara. Apabila telah dilakukan sita jaminan, maka sita tersebut
harus diangkat (Pasal 124 HIR/148 R.Bg.).
• Gugatan yang dinyatakan gugur dituangkan dalam putusan.
• Apabila penggugat pernah hadir tetapi kemudian tidak hadir lagi,
maka penggugat dipanggil sekali lagi untuk hadir dengan
peringatan untuk hadir dan apabila tetap tidak hadir sedangkan
tergugat tetap hadir, maka pemeriksaan dilanjutkan dan diputus
secara kontradiktoar.
• Dalam putusan gugur, isi gugatan tidak perlu diperiksa, putusan
gugur dijatuhkan demi kepentingan tergugat yang hadir di
persidangan, sedang penggugat dapat mengajukan gugatan
kembali dengan membayar biaya perkara.

Perkara yang Habis Biayanya

• Apabila suatu perkara yang telah diajukan pada
pengadilan ternyata biayanya telah habis sebelum
perkara itu selesai, maka untuk memeriksa perkara
tersebut lebih lanjut Panitera membuat surat
teguran kepada penggugat agar dalam jangka
waktu satu bulan sejak tanggal teguran tersebut,
penggugat harus menambah biaya perkara. Apabila
dalam jangka waktu satu bulan tersebut penggugat
tidak memenuhinva, maka pendaftaran perkaranya
dibatalkan dengan suatu penetapan pengadilan
dengan mencoret dari register perkara, setelah
lebih dahulu panitera membuat surat keterangan

Jawaban Tergugat

• Kesempatan memberikan jawaban kepada
tergugat/termohon setelah gugatan dianggap tuntas.
Seandainya gugatan belum tuntas maka majelis harus
mengklarifikasi sehingga gugatan sempurna.
• Jawaban tergugat meliputi eksepsi, pokok perkara dan
rekonvensi. Jawaban dapat diajukan secara lisan dan
tertulis dalam persidangan.
• Apabila tergugat telah siap mengajukan jawaban pada
hari persidangan tersebut maka persidangan tidak perlu
ditunda lagi.
• Isi jawaban di perhadapkan dengan isi gugatan
• Jawaban atau salah satu point tidak menjawab isi gugatan
supaya diperjelas oleh hakim
• Pokok-pokok jawaban ditulis dalam buku catatan hakim

Penggugat

Tergugat

1. Nikah
2. Rukun
3. Anak
4. Kediaman
5. KDRT
6. Selingkuh
7. Nafkah
8. Pisah

Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya

Bukti

Kesim
pulan

Penggugat

Tergugat

1. Pewaris
2. Ahli waris
3. Dua orang
isteri, salah
satunya telah
meninggal
4. Lima orang
anak, satu
diantaranya
telah
meninggal
5. Harta warisan
tiga tempat

Ya
Ya
Ya/tidak
Ya/tidak
Satu diakui,
satu sudah
dijual, dan
satu hibah

Bukti

Kesim
pulan

Eksepsi
• Jawaban yang tidak langsung mengenai perkara atau disebut
eksepsi.
• Eksepsi dibagi dua: eksepsi prosesual dan eksepsi materiil.
• Eksepsi prosesual berdasarkan hukum acara, yaitu jenis eksepsi
yang berkenaan dengan syarat formal gugatan. Apabila gugatan
yang diajukan mengandung cacat formal maka gugatan yang
diajukan tidak sah, dengan demikian harus dinyatakan tidak dapat
diterima (Niet onvantkelijke verklaard).
• Eksepsi prosesual meliputi:
• Eksepsi tidak berwenang mengadili secara absolut
• Eksepsi tidak berwenang mengadili secara relatif
• Eksepsi surat kuasa tidak sah
• Eksepsi error in persona
• Eksepsi res judicata atau nebis in idem
• Eksepsi obscuur libel

Lanjutan...
• Eksepsi terhadap kompetensi relatif harus diajukan pada permulaan
sidang, sedang eksepsi terhadap kompetensi absolut dapat diajukan
setiap saat, bahkan hakim secara ex officio dapat menyatakan'bahwa
ia berwenang atau tidak.
• Eksepsi materiil meliputi :
• Eksepsi dilatoria, yaitu eksepsi terhadap gugatan penggugat belum
dapat diperiksa di pengadilan karena masih prematur dalam arti
gugatan yang diajukan masih terlampau dini.
• Eksepsi peremptoria, yaitu eksepsi yang berisikan sangkalan yang
dapat menyingkirkan gugatan karena masalah yang digugat tidak
dapat diperkarakan.
• Eksepsi diperiksa dan diputus bersama-sama dengan pokok perkara
dan dituangkan dalam putusan akhir. Dan eksepsi mengenai tidak
berwenangnya pengadilan memeriksa, maka harus diputus sela dan
lazimnya hanya dicantumkan dalam berita acara, akan tetapi jika
eksepsinya diterima maka Pengadilan Agama menyatakan tidak
berwenang dan dituangkan dalam putusan akhir

Rekonvensi
• Rekonvensi adalah gugatan balik yang diajukan oleh tergugat baik lisan
maupun tertulis terhadap gugatan pokok yang diajukan oleh penggugat.
• Penggugat dalam gugatan pokok (pertama) disebut penggugat dalam
konvensi/tergugat dalam rekonvensi, sedang tergugat dalam pokok
perkara disebut tergugat dalam konvensi/penggugat dalam rekonvensi.
• Gugatan rekonvensi sama dalam gugatan konvensi yang harus memuat
secara jelas mengenai posita dan petitum.
• Rekonvensi berbeda dengan jawaban bersyarat. Misalnya termohon
menyatakan dalam jawabannya bahwa termohon bersedia bercerai
dengan syarat pemohon harus membayar mutáh kepada termohon. jika
jawaban bersyarat ini mau dijadikan sebagai gugatan rekonvensi maka
apakah secara lisan atau tertulis harus diformulasikan dalam bentuk
posita dan petitum sebagaimana suatu gugatan konvensi.
• Rerekonvensi diperkenankan jika dalam konvensi percerain, rekonvensi
harta bersama sedang rerekonvensi harta bersama yang tidak disebut
dalam rekonvensi. Berbeda konvensicerai, rekonvensi harta bersama,
rerekonvensi tuntutan mahar

Replik
• Setelah tergugat memberikan jawaban atas gugatan
penggugat, maka penggugat diberi kesempatan untuk
memberi tanggapan atas jawaban, disebut replik.
• Tujuan replik adalah memberikan kesempatan kepada
penggugat untuk menjawab bantahan tergugat dalam
jawabannya.
• Replik diperlukan manakala dalam jawaban ada hal
yang perlu mendapat jawaban dari pihak penggugat.
Jika tidak ada hal-hal yang perlu ditanggapi dalam
jawaban maka tidak diperlukan replik. Jadi tidak benar
kalau dalam replik dikatakan replik penggugat tetap
pada gugatan semula.

Duplik

• Terhadap replik dari penggugat, tergugat dapat
memberikan tanggapan yang disebut duplik.
• Duplik diperlukan manakala ada replik. Duplik
merupakan jawaban tergugat terhadap hal-hal
baru yang muncul dalam replik. Oleh karena
itu, tidak benar kalau dalam duplik diktakan
duplik tergugat tetap pada jawaban
semula.
• Jika ada hal-hal baru yang muncul dalam
duplik, dibolehkan adanya rereplik dan reduplik
dalam proses pemeriksaan perkara.

Pembuktian
• Setelah jawab-menjawab selesai, dilanjutkan dengan
pembuktian.
• Untuk pembuktian hakim harus mengetahui pokok
sengketa
• Pemeriksaan bukti-bukti diarahkan dalam lingkup
pokok sengketa
• Dari jawab menjawab didapatkan empat kemunginan
Diakui secara murni
Diakui secara berklausula
Diakui secara berkualifikasi
Dibantah

Konklusi/kesimpulan
• Kesimpulan adalah pendapat akhir para pihak terhadap
proses pemeriksaan dari tahap jawab-menjawab dan
pembuktian dalam persidangan sehingga tidak tepat
kesimpulan kalau pihak hanya menyatakan bahwa tetap
ingin bercerai. Kalimat tersebut bukan kesimpulan tetapi
hanya pernyataan.
• Para pihak berhak mendapatkan kesempatan mengajukan
kesimpulan akan tetapi jika pihak tidak mengajukan
kesimpulan maka pemeriksaan dilanjutkan ketahap
berikutnya karena yang wajib membuat kesimpulan adalah
hakim. Oleh karena itu, jika para pihak telah menyatakan
tidak bersedia mengajukan kesimpulan, maka persidangan
tidak perlu ditunda untuk tahap kesimpulan.

Relas Panggilan
• Jurusita/JSP melaksanakan panggilan yang tetuang demalam relas
panggilan/pemberitahuan seperti berjalan sendiri. Jurusita setelah
melaksanakan panggilan tidak ada perhatian untuk menyerahkan
relas panggilan kepada majelis. Begitupula majelis tidak pernah
melihat apalagi mengevaluasi, sehingga kadang dalam relas
panggilan tidak bertemu, tetapi dalam BAP telah dipanggil secara
sah dan patut
• Semestinya relas panggilan sebelum persidangan dilaksanakan telah
diterima oleh majelis untuk dievaluasi termasuk kepada Panitera
untuk mengontrol pekerjaan jurusita
• Pangkal pengaduan adalah panggilan yang tidak sampai kepada
pihak lebih-lebih panggilan melalui Lurah/Desa, olehkarena itu perlu
penegasan kepada jurusita agar sebelum ke Lurah atau Desa harus
berupaya menemui keluarga atau siapa saja dalam rumah atau
tetangga untuk mendapatkan informasi keberadaan pihak yang
dipanggil

Penemuan Hukum
• Tiga ajaran yang berkaitan dg penemuan hukum oleh hakim :
1. Indeenjurisprudenz (legisme), yg dikembangkan oleh aliran
positivis->UU tempat satu2nya bagi hakim dan mengikat secara
kaku bg hakim
2. Freirechtslehre (free law theory), yg dikembangkan oleh aliran
pemikiran sosiologi yg meberi kebebasan besar hakim, hakim
dalam menentukan putusannya td terikat pada UU
3. Interessan jurisprudenz (diskualifikasi sebagai rechsvinding)
yang merupakan sintesa dari kedua ajaran diatas->hakim
mencari dan menemukan keadilan dalam batas2 kaidah yg telah
ditentukanyg dikembangkan dengan menerapkan secara kereatif

Lanjutan...
• Yang sewajarnya digunakan interessan jurisprudenz. Hal ini sesuai ;
- Pasal 10 ayat 1 UU No.48/2009 Kekuasaan Kehakiman”pengadilan
dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus
suatu perkara yang diajukan dengan dalil tidak ada atau kurang
jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadili”
- Pasal 5 ayat UU No.48/2009”hakim wajib menggali, mengikuti dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat
• Dahulu dikenal doktorin Sens Clair: penemuan hukum oleh hakim hanya
boleh dilakukan jika peraturannya belum ada untuk suatu kasus in
konkreto atau peraturannya ada tetapi belum jelas
• Doktorin ini sudah banyak ditinggalkan, sebab mencul doktorin baru
yang menganggap bahwa hakim dalam setiap putusannya harus
menemukan hukum

Metode Penemuan Hukum
• Menemukan hukum terhadap suatu perkara yang diperiksa oleh
hakim adalah hal yang paling sulit
• Hakim dalam menemukan hukum mengalami kesulitan karena tidak
tahu apa yang harus dilakukan
• Yang pertama kali harus dilakukan oleh hakim harus mengetahui
dengan jelas fakta dan peristiwanya yang ada dalam perkara
tersebut
• Fakta dan peristiwa terungkap dari penggugat dan tergugat, serta
alat bukti yang diajukan oleh para pihak dipersidangan. Setelah
menemukan peristiwa dan fakta, maka hakim berusaha menemukan
hukumnya secara tepat dan akurat terhadap peristiwa yang terjadi
• Dalam usaha menemukan hukum terhadap suatu perkara yang
sedang diperiksa, hakim dapat mencarinya dalam kitab undangundang, yurisprudensi, tulisan-tulisan ilmiyah para pakar hukum dan
buku2 ilmu pengetahuan lainnya

Lanjutan...
• Hakim dalam menemukan hukum melalui sumber2 yg disebutkan
diatas, jika td menemukan dalam sumber2 tersebut, maka ia
harus mencarinya dengan menggunakan dua metode yaitu
interprestasi dan konstruksi
• Metode interprestsi : penafsiran terhadap teks undang-undang,
masih tetap berpegang pada bunyi teks (Substantif, gramatikal,
sistematis atau logis, historis, sosiologis, komperatif,restriktif,
ekstensif dan futuristis)
• Metode konstruksi: hakim menggunakan penalaran logisnya
untuk mengembangkan lebih lanjut suatu teks undang-undang
(argumen peranalogian, aegumentum a’contrario, pengkonkretan
hukum (rechtsvervijnings) dan fiksi hukum
• Metode hermeneutika hukum->cara dan lingkup interprestasinya
yang tajam, mendalam dan holistik dalam bingkai kesatuan
antara teks, kontek dan kontektualitasnya

Tehnik Pengambilan Keputusan
• Kondisi: pertimbangan hukum tidak sistimatis, tidak
lengkap dan kurang meyakinkan karena:
- kurang menguasai pokok sengketa
- Kurang menguasai teori pembuktian
- kurang mampu menggali informasi dari data (kapan,
dimana, bagaimana dan kenapa)dan menganalisa data
- data yang diperoleh sangat minim karena kurang
memahami konsep fakta (kegiatan yang dilaksanakan
atau sesuatu yg dikerjakan atau kejadian yang benar
-benar terwujud dalam waktu dan ruang atau
peristiwa fisik atau mental yang telah menjelma
dalam ruang)
- kekurangan fakta

Penggugat

Tergugat

Bukti

Kesim
pulan

1. Nikah
2. Rukun
3. Anak
4. Kediaman
5. KDRT
6. Selingkuh
7. Nafkah
8. Pisah

Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya

Terbukti
Terbukti
Terbukti
-

Ya/diakui
atau
sudah
terbukti
dinamaka
n fakta
hukum/
yuridis

Penggugat

Tergugat

Bukti

1. Pewaris
2. Ahli waris
3. Dua orang
isteri, salah
satunya
telah
meninggal
4. Lima orang
anak, satu
diantaranya
telah
meninggal
5. Harta
warisan tiga
tempat

Ya
Ya
Ya/tidak

Terbuk
ti/tidak

Ya/tidak

Terbuk
ti/tidak

Satu diakui,
satu sudah
dijual, dan
satu hibah

Terbuk
ti/tidak

Kesim
pulan
Ya/diakui
atau yang
sudah
terbukti
menjadi
fakta
hukum

Lanjutan...
Teknis Pengambilan Putusan:
• Teknik Analitik atau yuridis giometris:
Dimulai dari hal yang bersifat khusus, lalu
ditarik kepada hal-hal umum (deduktif) atau hakim
harus menguasai pokok masalahnya dulu secra ril
dan akurat, lalu disusun pertanyaan sehubungan
dengan pokok masalah tersebut
• Teknik Equatable:
Issu pokok dulu yang harus dipertimbangkan, lalu
alat2 buktiyang diajukan penggugat dan tergugat
• Teknik Silogisme atau metode penalaran induktif:
Hakim menarik kesimpulan dari adanya premis
mayor (peraturan) an primesse minor (peristiwa)

Analitik

Analitik
(dedukt
if)

Silogis
me
(indukti
f)

Tahapan-tahapan Hakim
dalam Mengambil Keputusan

• Perumusan masalah atau pokok
sengketa
• Pengumpulan data dalam proses
• Analisa data untuk menemukan
fakta
• Penemuan hukum dan
penerapannya
• Pengambilan keputusan

Sita
• Pengertian yang terkandung di dalamnya ialah :
– Tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa
berada ke dalam keadaan penjagaan (to take into custody the
property of a defendant).
– Tindakan paksa penjagaan (custody) itu dilakukan secara resmi
(official) berdasarkan perintah pengadilan atau hakim.
– Barang yang ditempatkan dalam penjagaan tersebut, berupa
barang yang disengketakan, tetapi boleh juga barang yang akan
dijadikan sebagai alat pembayaran atas pelunasan utang debitur
atau tergugat, dengan jalan menjual lelang ( executorial verkoop)
barang yang disita tersebut.
– Penetapan dan penjagaan barang yang disita, berlangsung
selama proses pemeriksaan, sampai ada putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap, yang menyatakan sah atau tidak
tindakan penyitaan itu.

Lanjutan...

• Ada beberapa prinsip dasar yang harus ditaati
yang merupakan ketentuan yang bersifat
umum terhadap segala bentuk sita, yaitu :
• Sita berdasarkan permohonan
• Pengabulan atau perintah pelaksanaan sita
bertitik tolak dari adanya permintaan atau
permohonan pihak. Perintah penyitaan tidak
dibenarkan berdasarkan ex-officio hakim.
Permohonan sita seharusnya dalam bentuk
tertulis.

Lanjutan...
• permohonan sita diajukan dalam bentuk surat tertulis dapat bersamaan
dengan surat gugatan atau diajukan secara terpisah dari surat gugatan.
• Apabila permohonan sita diajukan oleh penggugat bersamaan dengan
surat gugatan, maka ketua majelis setelah mempelajari berkas perkara
secara seksama apakah permohonan sita yang diajukan itu beralasan
atau tidak, maka majelis hakim tersebut dapat menempuh empat
macam kemungkinan, yaitu :
- Mengabulkan permohonan sita sekaligus menetapkan hari sidang.
- Mengabulkan permohonan sita dan menangguhkan penetapan
hari
sidang.
- Menolak permohonan sita dan menetapkan hari sidang.
- Menetapkan hari sidang dan menangguhkan tentang permohonan
sita

Lanjutan...
• Permohonan sita diajukan secara terpisah dengan pokok perkara
ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu :
- Diajukan tertulis yang terpisah dari surat gugat, biasanya dalam
pemeriksaan persidangan pengadilan atau selama putusan belum
mempunyai kekuatan hukum tetap.
- Diajukan secara lisan dalam persidangan pengadilan
• Apabila permohonan sita diajukan dalam bentuk tertulis pada saat
berlangsungnya pemeriksaan perkara, maka majelis hakim menunda
persidangan dan memerintahkan penggugat untuk mendaftarkan
permohonan sita di kepaniteraan (Meja I).
• Apabila permohonan sita diajukan dalam bentuk lisan, majelis hakim
membuat catatan permohonan sita tersebut dan memerintahkan
panitera untuk mencatatnya dalam berita acara sidang, setelah sidang
ditunda dan memerintahkan penggugat mendaftarkan permohonan sita
tersebut di kepaniteraan (Meja II). Terhadap hal ini diadakan sidang
insidental untuk menetapkan sita dan dibuat putusan sela.

Lanjutan....
• Hal-hal yang Perlu Dilakukan Setelah Pelaksanaan Sita
1. Pengumuman berita acara sita (Pasal 213 R.Bg./Pasal 198 HIR) :
Pengumuman berita acara sita merupakan syarat formal untuk
mendukung keabsahan dan kekuatan mengikat sita kepada pihak
ketiga. Selama belum diumumkan, keabsahan dan kekuatan formalnya
baru mengikat kepada para pihak yang bersengketa, belum mengikat
kepada pihak ketiga. Cara kepala desa/lurah mengumumkan menurut
kebiasaan setempat dengan tujuan agar masyarakat luas mengetahui
2. Berita acara sita dicatat :
•Di Kantor Badan Pertahanan setempat jika tanah telah bersertifikat
•Di Kantor Desa/Lurah jika tanah belum bersertifikat
•Di Kantor Pelayaran atas kapal yang disita,
dengan cara menyalin berita acara sita dalam buku daftar yang
ditentukan dengan menyebut jam, hari, bulan dan tahun pendaftaran.

Lanjutan...
3. Pernyataan sah dan berharga
- Pernyataan sah dan berharga (khusus sita jaminan) diumumkan ketua
majelis dalam persidangan dengan menyebut nomor, tanggal dan
tahun berita acara sita dan dicatat dalam berita acara sidang.
- Saat pengumuan sah dan berharga :
• Pada sidang pertama
Diumumkan pada sidang pertama (mendahalui pemeriksaan
perkara) jika pelaksanaan sita sebelum sidang pertama atau
penetapan hari sidang bersamaan dengan pelaksanaan sita.
• Pada sidang berikutnya
Apabila sita dilaksanakan pada saat proses pemeriksaan perkara.
• Pada sidang khusus
Apabila sita dilakukan setelah pokok perkara diputus
- Pernyataan sah dan berharga ditegaskan dalam diktum putusan.

BAP
• BAP merupakan catatan segala peristiwa hukum yang terjadi
selama persidangan berlangsung. Dengan demikian
panitera/panitera pengganti dalam membuat BAP harus memakai
bahasa Indonesia yang benar, diketik rapi dan dilaksanakan
dengan sistem tanya jawab.
• Berita acara persidangan sudah terketik rapi dan sudah diperiksa
oleh hakim anggota majelis serta telah ditandatangani oleh ketua
majelis dan panitera yang bersidang sebelum persidangan
selanjutnya.
• Sama halnya gugatan, maka BAP juga harus diketahui dan
dikuasai isinya oleh seluruh hakim yang bersidang, karena dasar
pemeriksaan yang akan datang berdasarkan BAP sebeblumnya
dan seterusnya sampai pembuatan putusan
• Putusan yang baik adalah yang mengkuti BAP, bukan sebaliknya
BAP yang mengikuti putusan

Tugas Sub Kelompok
Merumuskan dengan singkat
• Fakta peristiwa
• Pokok masalah
• Analisa bukti
• Fakta hukum
• Penemuan hukum
• Amar putusan