PERATURAN DIRJEN BEA DAN CUKAI NOMOR P-16/BC/2006
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR : P - 16/BC/2006
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 79/PMK.010/2006 TANGGAL 25 SEPTEMBER 2006
TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAGIAN DAN
PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMBUATAN
KENDARAAN BERMOTOR TUJUAN EKSPOR
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
Menimbang
Mengingat
:
:
a.
bahwa dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 79/PMK.010/2006 tanggal 25 September 2006 tentang
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Bagian dan Perlengkapan
Kendaraan Bermotor Untuk Pembuatan Kendaraan Bermotor Tujuan
Ekspor, dipandang perlu untuk mengatur petunjuk pelaksanaannya;
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 79/PMK.010/2006 tanggal 25 september 2006 tentang
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Bagian dan Perlengkapan
Kendaraan Bermotor Untuk Pembuatan Kendaraan Bermotor Tujuan
Ekspor.
1.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3612);
2.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 585/KMK.05/1996 tentang
Penggunaan Jaminan Untuk Pembayaran Pungutan Bea Masuk, Cukai,
Denda Administrasi, dan Pajak Dalam Rangka Impor sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 209/KMK.01/1999;
3.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 457/KMK.05/1997 tentang
Penggunaan Jaminan Tunai Untuk Menjamin Pembayaran Bea Masuk,
Cukai, Denda Administrasi, dan Pajak Dalam Rangka Impor;
4.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 461/KMK.05/1997 tentang
Penggunaan Customs Bond Sebagai Jaminan Pembayaran Pungutan Bea
Masuk, Cukai, Denda Administrasi, dan Pajak Dalam Rangka Impor
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
208/KMK.01/1999;
5.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 441/KMK.05/1999 tentang
Penggunaan Jaminan Tertulis Untuk Menjamin Pembayaran Pungutan
Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi, Dan Pajak Dalam Rangka Impor
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
25/PMK.04/2005;
6.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.01/2003 tanggal 18
Desember 2003 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Impor;
7.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 547/KMK.01/2003 tanggal 18
Desember 2003 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor;
8.
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
79/PMK.010/2006 tanggal 25 September 2006 tentang Pembebasan Bea
Masuk Atas Impor Bagian dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor Untuk
Pembuatan Kendaraan Bermotor Tujuan Ekspor.
Menetapkan
:
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 79/PMK.010/2006 TANGGAL 25 SEPTEMBER 2006
TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAGIAN DAN
PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMBUATAN
KENDARAAN BERMOTOR TUJUAN EKSPOR.
Pasal 1
Terhadap impor bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor untuk pembuatan kendaraan bermotor
yang nyata-nyata ditujukan untuk diekspor diberikan pembebasan Bea Masuk sehingga tarif akhir Bea
Masuknya menjadi 0% (nol perseratus).
Pasal 2
(1)
Pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 hanya diberikan kepada
perusahaan yang mengimpor bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang akan
digunakan untuk pembuatan kendaraan bermotor dalam keadaan Completely Built Up (CBU)
dan kendaraan bermotor dalam keadaan Completely Knocked Down (CKD) dan hasilnya nyatanyata diekspor oleh perusahaan pengimpor yang bersangkutan.
(2)
Kendaraan bermotor dalam keadaan CKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diekspor
secara bersama-sama sebagai satu kesatuan.
(3)
Untuk keperluan identifikasi bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang dibebaskan
Bea Masuknya, dilakukan penetapan konvensi bagian dan perlengkapan terhadap kendaraan
bermotor dalam keadaan CBU dan CKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh surveyor
independen.
Pasal 3
(1)
Permohonan pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diajukan kepada
Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p Direktur Fasilitas Kepabeanan.
(2)
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilengkapi dengan :
a. Rencana Impor Barang (RIB) yang akan dimintakan pembebasan Bea Masuknya;
b. Konvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3);
c.
Rencana Ekspor Kendaraan Bermotor untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
d. Data tentang kapasitas terpasang perusahaan pembuat/perakit kendaraan bermotor;
e. Kontrak ekspor/jual beli dengan pihak pembeli di luar negeri;
f.
Kontrak antara perusahaan pembuat/perakit kendaraan bermotor, kecuali bagi produsen
eksportir;
Pasal 4
(1)
Permohonan pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diajukan secara
terpisah untuk masing-masing kebutuhan pembuatan kendaraan bermotor CBU dan kebutuhan
pembuatan kendaraan bermotor CKD.
(2)
Permohonan pembebasan Bea Masuk hanya dapat diajukan satu kali untuk setiap jenis
kendaraan bermotor sesuai Rencana Ekspor Kendaraan Bermotor bersangkutan.
Pasal 5
(1)
Rencana Impor Barang (RIB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a paling
sedikit harus memuat elemen data sebagai berikut :
a. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tempat pemasukan barang;
b. Rincian jenis dan jumlah bagian dan perlengkapan yang akan diimpor;
c.
(2)
Nomor pos tarif masing-masing bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor sesuai Buku
Tarif Bea Masuk Indonesia.
Rencana Impor Barang dibuat sesuai contoh format pada Lampiran I Peraturan Direktur
Jenderal ini.
Pasal 6
Konvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b, dibuat oleh surveyor independen,
yaitu berupa daftar dari bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang diimpor dan digunakan
untuk membuat/merakit satu unit kendaraan bermotor CBU atau satu unit kendaraan bermotor CKD;
Pasal 7
(1)
Rencana Ekspor Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c
dibuat untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan dan paling sedikit harus memuat elemen data
sebagai berikut:
a. Jenis unit kendaraan bermotor yang akan diekspor;
b. Merk dan Type;
c.
Kategori/jenis (sedan, station wagon dan sebagaimanya);
d. Kapasitas silinder;
e. Kapasitas penumpang (termasuk pengemudi);
f.
Nomor pos tarif sesuai Buku Tarif Bea Masuk Indonesia;
g. Negara tujuan ekspor;
h. Perkiraan nilai eksporper unit;
(2)
i.
Total nilai ekspor; dan
j.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tempat pemuatan.
Rencana Ekspor Kendaraan Bermotor dibuat sesuai contoh formulir pada Lampiran II Peraturan
Direktur Jenderal ini.
Pasal 8
(1)
Direktur Fasilitas Kepabeanan melakukan penelitian terhadap permohonan yang diterima
sebagimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2)
Dalam hal permohonan memenuhi persyaratan, Direktur Fasilitas Kepabeanan atas nama
Menteri Keuangan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang Pembebasan Bea
Masuk atas impor Bagian dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor Tujuan Ekspor.
(3)
Pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan untuk jangka waktu
sampai tanggal 25 Agustus 2007 dan tidak dapat diperpanjang;
(4)
Dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan, Direktur Fasilitas Kepabeanan
menerbitkan surat penolakan kepada pemohon.
Pasal 9
(1)
Impor bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang termasuk dalam Surat Keputusan
Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dipertaruhkan jaminan yang
besarnya paling sedikit sama dengan Bea Masuk yang dibebankan.
(2)
Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dan diserahkan untuk setiap pengajuan
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tempat pemasukan
barang.
Pasal 10
(1)
Jumlah bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang diimpor harus sesuai, berdasarkan
konvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dengan jumlah unit kendaraan bermotor yang
akan diekspor;
(2)
Dalam hal bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang diimpor melebihi, berdasarkan
konvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, jumlah unit kendaraan bermotor yang diekspor,
atas kelebihannya dipungut Bea Masuk ditambah bunga sebesar 2% setiap bulan sejak tanggal
pendaftaran PIB.
Pasal 11
(1)
Kendaraan bermotor yang bagian dan perlengkapannya mendapat pembebasan Bea Masuk
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
harus diekspor seluruhnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3).
(2)
Kendaraan bermotor yang tidak direalisasi ekspornya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terhadap bagian dan perlengkapannya, sesuai konvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
dipungut Bea Masuk ditambah bunga sebesar 2% setiap bulan sejak tanggal pendaftaran PIB.
Pasal 12
Pembebasan Bea Masuk tidak berlaku untuk kendaraan bermotor yang dimasukkan ke dalam
Kawasan Berikat.
Pasal 13
(1)
Penerima fasilitas (pemohon yang disetujui) wajib menyampaikan kepada Direktur Fasilitas
Kepabeanan :
a. laporan tentang realisasi impor bagian dan perleengkapan kendaraan bermotor yang
mendapatkan pembebasan Bea Masuk dan realisasi ekspor kendaraan bermotor secara
berkala setiap tiga bulan, sejak tanggal Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2);
b. laporan akhir tentang realisasi impor dan perlengkapan kendaraan bermotor yang
mendapatkan pembebasan Bea Masuk dan realisasi ekspor kendaraan bermotor paling
lambat 14 (empat belas) hari setelah ekspor yang terakhir.
(2)
Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) dibuat sesuai formulir pada Lampiran III Peraturan
Direktur Jenderal ini.
Pasal 14
Keputusan Menteri Keuangan tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Bagian dan Perlengkapan
Kendaraan Bermotor Tujuan ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku apabila dalam jangka waktu enam bulan sejak diterbitkan, penerima fasilitas
(pemohon yang disetujui) merealisasikan impornya.
Pasal 15
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Oktober 2006
DIREKTUR JENDERAL,
ttd,-
Anwar Suprijadi
NIP 120050332
Lampiran I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
P/BC/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.010/2006
TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAGIAN
DAN PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK
PEMBUATAN KENDARAAN BERMOTOR TUJUAN EKSPOR
RENCANA IMPOR BARANG (RIB)
YANG DIMINTAKAN PEMBEBASAN BEA MASUKNYA
(BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.010/2006)
NAMA PERUSAHAAN
JENIS KENDARAAN BERMOTOR
PERIODE PRODUKSI
KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI
TEMPAT PEMASUKAN
NO.
JUMLAH
BARANG
SATUAN
:
:
:
:
KODE IDENTIFIKASI
PERUSAHAAN
URAIAN BARANG
NEGARA ASAL
PERKIRAAN
NILAI IMPOR
POS TARIF
………,……………..2006
(Pimpinan Perusahaan)
Direktur Jenderal
ttd,Anwar Suprijadi
NIP 120050332
BEA MASUK
Lampiran II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P/BC/2006 TENTANG PETUNJUK
PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 79/PMK.010/2006 TENTANG PEMBEBASAN BEA
MASUK ATAS IMPOR BAGIAN DAN PERLENGKAPAN
KENDARAAN
BERMOTOR
UNTUK
PEMBUATAN
KENDARAAN BERMOTOR TUJUAN EKSPOR
RENCANA EKSPOR KENDARAAN BERMOTOR
(BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.010/2006)
Nama Perusahaan
:
Periode
:
a.
Jumlah Unit Kendaraan Bermotor
Yang Akan Diekspor
:
b.
Merk dan Type
:
c.
Kategori/Jenis
:
d.
Kapasitas silinder
:
e.
Kapasitas Penumpang (Termasuk
Pengemudi)
:
f.
Nomor Pos Tarif
:
g.
Negara Tujuan
:
h.
Perkiraan Nilai Ekspor Per Unit
:
i.
Perkiraan Nilai Ekspor Total
:
j.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
Tempat Pemuatan
:
…………,…………..2006
(Pimpinan Perusahaan)
Direktur Jenderal
ttd,Anwar Suprijadi
NIP 120050332
Lampiran III
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
P/BC/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.010/2006
TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAGIAN
DAN PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK
PEMBUATAN KENDARAAN BERMOTOR TUJUAN EKSPOR
LAPORAN REALISASI IMPOR DAN EKSPOR
(BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.010/2006)
NAMA PERUSAHAAN
:
PERIODE PRODUKSI
:
REALISASI IMPOR
NO
NO
PIB
TGL
JENIS BARANG
JUMLAH
REALISASI EKSPOR
NILAI IMPOR
NO
NO
PEB
TGL
NILAI EKSPOR
JENIS BARANG
JUMLAH
………,……………..2006
(Pimpinan Perusahaan)
Direktur Jenderal
ttd,Anwar Suprijadi
NIP 120050332
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR : P - 16/BC/2006
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 79/PMK.010/2006 TANGGAL 25 SEPTEMBER 2006
TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAGIAN DAN
PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMBUATAN
KENDARAAN BERMOTOR TUJUAN EKSPOR
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
Menimbang
Mengingat
:
:
a.
bahwa dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 79/PMK.010/2006 tanggal 25 September 2006 tentang
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Bagian dan Perlengkapan
Kendaraan Bermotor Untuk Pembuatan Kendaraan Bermotor Tujuan
Ekspor, dipandang perlu untuk mengatur petunjuk pelaksanaannya;
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 79/PMK.010/2006 tanggal 25 september 2006 tentang
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Bagian dan Perlengkapan
Kendaraan Bermotor Untuk Pembuatan Kendaraan Bermotor Tujuan
Ekspor.
1.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3612);
2.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 585/KMK.05/1996 tentang
Penggunaan Jaminan Untuk Pembayaran Pungutan Bea Masuk, Cukai,
Denda Administrasi, dan Pajak Dalam Rangka Impor sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 209/KMK.01/1999;
3.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 457/KMK.05/1997 tentang
Penggunaan Jaminan Tunai Untuk Menjamin Pembayaran Bea Masuk,
Cukai, Denda Administrasi, dan Pajak Dalam Rangka Impor;
4.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 461/KMK.05/1997 tentang
Penggunaan Customs Bond Sebagai Jaminan Pembayaran Pungutan Bea
Masuk, Cukai, Denda Administrasi, dan Pajak Dalam Rangka Impor
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
208/KMK.01/1999;
5.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 441/KMK.05/1999 tentang
Penggunaan Jaminan Tertulis Untuk Menjamin Pembayaran Pungutan
Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi, Dan Pajak Dalam Rangka Impor
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
25/PMK.04/2005;
6.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.01/2003 tanggal 18
Desember 2003 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Impor;
7.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 547/KMK.01/2003 tanggal 18
Desember 2003 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor;
8.
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
79/PMK.010/2006 tanggal 25 September 2006 tentang Pembebasan Bea
Masuk Atas Impor Bagian dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor Untuk
Pembuatan Kendaraan Bermotor Tujuan Ekspor.
Menetapkan
:
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 79/PMK.010/2006 TANGGAL 25 SEPTEMBER 2006
TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAGIAN DAN
PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMBUATAN
KENDARAAN BERMOTOR TUJUAN EKSPOR.
Pasal 1
Terhadap impor bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor untuk pembuatan kendaraan bermotor
yang nyata-nyata ditujukan untuk diekspor diberikan pembebasan Bea Masuk sehingga tarif akhir Bea
Masuknya menjadi 0% (nol perseratus).
Pasal 2
(1)
Pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 hanya diberikan kepada
perusahaan yang mengimpor bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang akan
digunakan untuk pembuatan kendaraan bermotor dalam keadaan Completely Built Up (CBU)
dan kendaraan bermotor dalam keadaan Completely Knocked Down (CKD) dan hasilnya nyatanyata diekspor oleh perusahaan pengimpor yang bersangkutan.
(2)
Kendaraan bermotor dalam keadaan CKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diekspor
secara bersama-sama sebagai satu kesatuan.
(3)
Untuk keperluan identifikasi bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang dibebaskan
Bea Masuknya, dilakukan penetapan konvensi bagian dan perlengkapan terhadap kendaraan
bermotor dalam keadaan CBU dan CKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh surveyor
independen.
Pasal 3
(1)
Permohonan pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 diajukan kepada
Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p Direktur Fasilitas Kepabeanan.
(2)
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilengkapi dengan :
a. Rencana Impor Barang (RIB) yang akan dimintakan pembebasan Bea Masuknya;
b. Konvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3);
c.
Rencana Ekspor Kendaraan Bermotor untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
d. Data tentang kapasitas terpasang perusahaan pembuat/perakit kendaraan bermotor;
e. Kontrak ekspor/jual beli dengan pihak pembeli di luar negeri;
f.
Kontrak antara perusahaan pembuat/perakit kendaraan bermotor, kecuali bagi produsen
eksportir;
Pasal 4
(1)
Permohonan pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diajukan secara
terpisah untuk masing-masing kebutuhan pembuatan kendaraan bermotor CBU dan kebutuhan
pembuatan kendaraan bermotor CKD.
(2)
Permohonan pembebasan Bea Masuk hanya dapat diajukan satu kali untuk setiap jenis
kendaraan bermotor sesuai Rencana Ekspor Kendaraan Bermotor bersangkutan.
Pasal 5
(1)
Rencana Impor Barang (RIB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a paling
sedikit harus memuat elemen data sebagai berikut :
a. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tempat pemasukan barang;
b. Rincian jenis dan jumlah bagian dan perlengkapan yang akan diimpor;
c.
(2)
Nomor pos tarif masing-masing bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor sesuai Buku
Tarif Bea Masuk Indonesia.
Rencana Impor Barang dibuat sesuai contoh format pada Lampiran I Peraturan Direktur
Jenderal ini.
Pasal 6
Konvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b, dibuat oleh surveyor independen,
yaitu berupa daftar dari bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang diimpor dan digunakan
untuk membuat/merakit satu unit kendaraan bermotor CBU atau satu unit kendaraan bermotor CKD;
Pasal 7
(1)
Rencana Ekspor Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c
dibuat untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan dan paling sedikit harus memuat elemen data
sebagai berikut:
a. Jenis unit kendaraan bermotor yang akan diekspor;
b. Merk dan Type;
c.
Kategori/jenis (sedan, station wagon dan sebagaimanya);
d. Kapasitas silinder;
e. Kapasitas penumpang (termasuk pengemudi);
f.
Nomor pos tarif sesuai Buku Tarif Bea Masuk Indonesia;
g. Negara tujuan ekspor;
h. Perkiraan nilai eksporper unit;
(2)
i.
Total nilai ekspor; dan
j.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tempat pemuatan.
Rencana Ekspor Kendaraan Bermotor dibuat sesuai contoh formulir pada Lampiran II Peraturan
Direktur Jenderal ini.
Pasal 8
(1)
Direktur Fasilitas Kepabeanan melakukan penelitian terhadap permohonan yang diterima
sebagimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2)
Dalam hal permohonan memenuhi persyaratan, Direktur Fasilitas Kepabeanan atas nama
Menteri Keuangan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang Pembebasan Bea
Masuk atas impor Bagian dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor Tujuan Ekspor.
(3)
Pembebasan Bea Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan untuk jangka waktu
sampai tanggal 25 Agustus 2007 dan tidak dapat diperpanjang;
(4)
Dalam hal permohonan tidak memenuhi persyaratan, Direktur Fasilitas Kepabeanan
menerbitkan surat penolakan kepada pemohon.
Pasal 9
(1)
Impor bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang termasuk dalam Surat Keputusan
Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dipertaruhkan jaminan yang
besarnya paling sedikit sama dengan Bea Masuk yang dibebankan.
(2)
Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dan diserahkan untuk setiap pengajuan
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tempat pemasukan
barang.
Pasal 10
(1)
Jumlah bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang diimpor harus sesuai, berdasarkan
konvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dengan jumlah unit kendaraan bermotor yang
akan diekspor;
(2)
Dalam hal bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor yang diimpor melebihi, berdasarkan
konvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, jumlah unit kendaraan bermotor yang diekspor,
atas kelebihannya dipungut Bea Masuk ditambah bunga sebesar 2% setiap bulan sejak tanggal
pendaftaran PIB.
Pasal 11
(1)
Kendaraan bermotor yang bagian dan perlengkapannya mendapat pembebasan Bea Masuk
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
harus diekspor seluruhnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3).
(2)
Kendaraan bermotor yang tidak direalisasi ekspornya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terhadap bagian dan perlengkapannya, sesuai konvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
dipungut Bea Masuk ditambah bunga sebesar 2% setiap bulan sejak tanggal pendaftaran PIB.
Pasal 12
Pembebasan Bea Masuk tidak berlaku untuk kendaraan bermotor yang dimasukkan ke dalam
Kawasan Berikat.
Pasal 13
(1)
Penerima fasilitas (pemohon yang disetujui) wajib menyampaikan kepada Direktur Fasilitas
Kepabeanan :
a. laporan tentang realisasi impor bagian dan perleengkapan kendaraan bermotor yang
mendapatkan pembebasan Bea Masuk dan realisasi ekspor kendaraan bermotor secara
berkala setiap tiga bulan, sejak tanggal Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2);
b. laporan akhir tentang realisasi impor dan perlengkapan kendaraan bermotor yang
mendapatkan pembebasan Bea Masuk dan realisasi ekspor kendaraan bermotor paling
lambat 14 (empat belas) hari setelah ekspor yang terakhir.
(2)
Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) dibuat sesuai formulir pada Lampiran III Peraturan
Direktur Jenderal ini.
Pasal 14
Keputusan Menteri Keuangan tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Bagian dan Perlengkapan
Kendaraan Bermotor Tujuan ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku apabila dalam jangka waktu enam bulan sejak diterbitkan, penerima fasilitas
(pemohon yang disetujui) merealisasikan impornya.
Pasal 15
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Oktober 2006
DIREKTUR JENDERAL,
ttd,-
Anwar Suprijadi
NIP 120050332
Lampiran I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
P/BC/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.010/2006
TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAGIAN
DAN PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK
PEMBUATAN KENDARAAN BERMOTOR TUJUAN EKSPOR
RENCANA IMPOR BARANG (RIB)
YANG DIMINTAKAN PEMBEBASAN BEA MASUKNYA
(BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.010/2006)
NAMA PERUSAHAAN
JENIS KENDARAAN BERMOTOR
PERIODE PRODUKSI
KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI
TEMPAT PEMASUKAN
NO.
JUMLAH
BARANG
SATUAN
:
:
:
:
KODE IDENTIFIKASI
PERUSAHAAN
URAIAN BARANG
NEGARA ASAL
PERKIRAAN
NILAI IMPOR
POS TARIF
………,……………..2006
(Pimpinan Perusahaan)
Direktur Jenderal
ttd,Anwar Suprijadi
NIP 120050332
BEA MASUK
Lampiran II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P/BC/2006 TENTANG PETUNJUK
PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 79/PMK.010/2006 TENTANG PEMBEBASAN BEA
MASUK ATAS IMPOR BAGIAN DAN PERLENGKAPAN
KENDARAAN
BERMOTOR
UNTUK
PEMBUATAN
KENDARAAN BERMOTOR TUJUAN EKSPOR
RENCANA EKSPOR KENDARAAN BERMOTOR
(BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.010/2006)
Nama Perusahaan
:
Periode
:
a.
Jumlah Unit Kendaraan Bermotor
Yang Akan Diekspor
:
b.
Merk dan Type
:
c.
Kategori/Jenis
:
d.
Kapasitas silinder
:
e.
Kapasitas Penumpang (Termasuk
Pengemudi)
:
f.
Nomor Pos Tarif
:
g.
Negara Tujuan
:
h.
Perkiraan Nilai Ekspor Per Unit
:
i.
Perkiraan Nilai Ekspor Total
:
j.
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
Tempat Pemuatan
:
…………,…………..2006
(Pimpinan Perusahaan)
Direktur Jenderal
ttd,Anwar Suprijadi
NIP 120050332
Lampiran III
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
P/BC/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.010/2006
TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BAGIAN
DAN PERLENGKAPAN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK
PEMBUATAN KENDARAAN BERMOTOR TUJUAN EKSPOR
LAPORAN REALISASI IMPOR DAN EKSPOR
(BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.010/2006)
NAMA PERUSAHAAN
:
PERIODE PRODUKSI
:
REALISASI IMPOR
NO
NO
PIB
TGL
JENIS BARANG
JUMLAH
REALISASI EKSPOR
NILAI IMPOR
NO
NO
PEB
TGL
NILAI EKSPOR
JENIS BARANG
JUMLAH
………,……………..2006
(Pimpinan Perusahaan)
Direktur Jenderal
ttd,Anwar Suprijadi
NIP 120050332