5. Mobilitas Sosial
Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal.
6. Individual
Akibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka kehidupan masyarakat di kota menjadi individual. Apakah yang
mereka inginkan dan rasakan, harus mereka rencana dan laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota
masyarakat yang lain sulit untuk diharapkan.
7. Ikatan Sukarela
Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam organisasi tertentu yang mereka sukai secara sukarela ia
menggabungkan diri dan berkorban.
8. Segresi Keruangan
Akibat dari hiterogenitas sosial dan kompetisi ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama,
suku bangsa dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya terjadi pemisahan tempat tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu.
C. Tinjauan Tentang Sikap Masyarakat
Abu Ahmadi 2002 : 166 menyatakan bahwa sikap masyarakat atau sikap
sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang- orang sekelompoknya terhadap objek sosial dan dinyatakan berulang-ulang.
Selanjutnya Gerungan 2004 : 161 merumuskan sikap sosial sebagai berikut:
“Suatu sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial. Sikap sosial menyebabkan
terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya sikap sosial itu dinyatakan
tidak oleh seorang saja tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok
atau masyarakat.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap masyarakat atau sikap sosial merupakan suatu sikap terhadap suatu
objek yang terjadi berulang-ulang yang dimiliki oleh banyak orang atau sekelompok orang.
D. Tinjauan Tentang Pasar
1. Pasar 16 Ilir Palembang
Menurut Max Weber dalam P.J.M. Nas 1979 : 29 suatu daerah dapat dikatakan sebagai kota yaitu apabila masyarakat setempatnya dapat
memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.
Pendapat Max Weber ini menyatakan bahwa pentingnya peranan suatu pasar dalam kehidupan dan tata masyarakat perkotaan. Menurutnya pasar
merupakan ciri dari kota disamping sifatnya sebagai benteng dan sebagai sistem hukum tersendiri. Kota Palembang yang memiliki banyak pasar
yang dapat memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri telah dapat dikatakan sebagai kota jika merujuk dari pendapat Max Weber yang
menekankan kota pada pasar sebagai ciri utamanya.
Salah satu pasar yang dimiliki di Kota Palembang yaitu Pasar 16 Ilir. Daerah Pasar 16 Ilir terdapat di tepian Sungai Musi dan telah ada sejak
awal abad ke-20, yang dahulu merupakan daerah pemukiman. Sebagaimana sifat orang Melayu Palembang, kawasan tepian sungai
terutama tepian Sungai Musi merupakan pilihan tepat karena pada saat itu jalur transportasi hanya melalui jalur air yang menggunakan perahu
sebagai alat transportasinya. Sejalan dengan perkembangannya daerah
yang dulunya pemukiman berubah fungsi menjadi lahan pencari nafkah masyarakat sekitar. Tempat tersebut berubah menjadi Pasar yang
kemudian diberi nama Pasar 16 Ilir, ini dikarenakan pasar tersebut terletak di daerah 16 Ilir. Nama 16 Ilir sendiri merupakan sisa-sisa dari
jaman penjajahan Belanda yang dahulu menduduki Kota Palembang. Pemberian nama 16 Ilir tersebut merupakan salah satu strategi perang
Belanda untuk mengecoh gerilyawan perang.
2. Pasar Retail Jakabaring
Jakabaring merupakan daerah yang terdapat di Kecamatan Seberang Ulu yang merupakan daerah pengembangan pembangunan. Sebelum tahun
2004 daerah ini masih merupakan daerah yang terdiri dari rawa-rawa dan belum banyak penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Akhirnya pada
saat Kota Palembang dijadikan tuan rumah pada Pekan Olahraga Nasional PON XIV pada 2004, daerah ini banyak mengalami
perubahan dengan berbagai macam pembangunan di berbagai sektor. Mulai dari pembangunan sarana dan prasarana olah raga sampai
pembangunan perkampungan atlit. Kantor-kantor dinas pun banyak yang dipindahkan ke daerah ini sehingga perekonomian di daerah ini semakin
meningkat.
Di Jakabaring masih banyak terdapat lahan kosong yang belum diolah sehingga oleh Walikota Palembang saat itu Eddy Santana Putra dibuat
sebuah pasar. Pasar inilah yang menjadi tempat tujuan setelah pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir direlokasi. Tidak hanya pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir saja yang pindah ke Pasar Jakabaring ini, namun banyak pedagang
pasar yang ada di Kota Palembang dipindahkan ke pasar ini, kemudian pasar ini disebut Pasar Retail Jakabaring.
E. Kerangka Pikir
Menurut Widayat dan Amirullah dalam Masyhuri dan Zainuddin 2008 :
113 kerangka berpikir atau juga disebut kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady 2008 : 34 kerangka berpikir
ialah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi obyek permasalahan kita.
Di Indonesia banyak terdapat daerah setingkat kota atau kabupaten yang menoreh prestasi yang telah diraihnya, baik di tingkat nasional maupun di
tingkat internasional. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang ikut menyukseskan program-program atau kebijakan yang
telah digulirkan oleh pemerintah.
Permasalahan pun
menjadi semakin
kompleks seiring
dengan perkembangan zaman. Salah satunya mengenai pengelolaan pasar. Di Kota
Palembang banyak terdapat pasar-pasar tradisional yang berfungsi sebagai pusat pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pasar 16 Ilir menjadi pasar yang
sangat sentral di kota ini karena letaknya yang terdapat di pinggiran Sungai
Musi dan luasnya yang mencapai 1.283 m
2
. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Sumatera Selatan, Pasar 16 Ilir memiliki 1.148 pedagang
kaki lima yang setiap tahun jumlahnya semakin bertambah. Pemerintah Kota Palembang memberikan tempat yang layak bagi para pedagang untuk
berjualan berbagai macam kebutuhan. Mengingat lokasinya yang strategis maka makin banyak pedagang yang ingin membuka usahanya di Plaza 16
Ilir, sehingga menyebabkan tidak dapat ditampungnya semua pedagang di tempat tersebut. Jadi para pedagang yang tidak kebagian tempat membuka
usahanya di luar tempat, sehingga menyebabkan para pedagang berjualan di luar plaza dan menyebabkan ketidakteraturan di sekitar daerah plaza
tersebut.
Mempertimbangankan hal
tersebut Pemerintah
Kota Palembang
memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke pasar baru yaitu Pasar Retail Jakabaring. Pemindahan ini bertujuan untuk menata ulang kembali
tatanan Kota Palembang. Daerah yang ditinggalkan Pasar 16 Ilir dijadikan taman wisata sejalan dengan penetapan daerah 16 Ilir sebagai sentra wisata
Sungai Musi atau Palembang Legendary City. Selain itu pemindahan lokasi pasar ini juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di daerah
Jakabaring, karena Jakabaring masih merupakan daerah yang harus dikembangkan mengingat potensi lahannya yang sangat luas.
Partisipasi, sikap, dan dukungan dari masyarkat sangatlah penting dalam hal pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.
Ketika pemindahan tersebut menghadapi kendala, karena ada sebagian
masyarakat ataupun pedagang yang kontra terhadap kebijakan Pemerintah Kota Palembang tersebut. Jadi masyarakat mempunyai peran yang sentral
dalam mewujudkan terlaksananya dengan tepat kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana sikap masyarakat Kota Palembang terhadap
pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk memperoleh gambaran mengenai sikap seperti yang
dikemukakan oleh Abu Ahmadi 2002 : 162 yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.
1. Aspek kognitif aspek perseptual, yaitu aspek yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, pengalaman, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap pemindahan
pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. 2.
Aspek afektif aspek emosional, yaitu aspek yang berkaitan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap pemindahan pedagang kaki lima
Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. 3.
Aspek konatif aspek perilaku, yaitu aspek yang berkaitan dengan kecenderungan orang untuk bertindak terhadap pemindahan pedagang
kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.
Gambar kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut:
Gambar 1. Bagan kerangka pikir sikap masyarakat Kota Palembang
terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Sikap Masyarakat Pemindahan Pedagang Kaki Lima
Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring
Aspek Kognitif
Aspek Afektif
Aspek Konatif
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sikap masyarakat
Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Tipe penelitian ini menggunakan tipe
penelitian deskriptif yang berdasarkan pada data kuantitatif. Penelitian deskriftif menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady 2008 : 4
bermaksud membuat pemeriaan penyandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.
Ciri-ciri penelitian deskriftif menurut Masyhuri dan M. Zainuddin 2008 : 34 adalah :
a. Memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena
b. Menerangkan hubungan korelasi
c. Menguji hipotesis yang diajukan
d. Membuat prediksi forcase kejadian
e. Memberikan arti atau makna atau implikasi pada suatu masalah
yang diteliti. Jadi penelitian deskripsi mempunyai cakupan yang lebih luas.
Kuantitatif menurut Jonathan Sarwono adalah mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut
harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. www.geocities.comjsarwono_bbrc diakses pada 30 Mei 2009 pukul 14.16