I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara demokratis, dengan mengutamakan peran serta masyarakat menjadikan negara ini menjadi salah satu negara
demokratis terbesar di dunia. Dimana peran serta masyarakat sangat penting dalam mewujudkan demokrasi yang berkeadilan sosial. Salah satu
ciri dari negara demokratis adalah diselenggarakannya pemilihan umum. Pemilihan umum bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk
di kursi parlemen dengan mandat dari konstituennya yang mempunyai tujuan yang mulia, yaitu mensejahterakan dan memanusiakan rakyat
Indonesia. Seperti amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4
, “.....yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.....”.
Di era otonomi daerah seperti yang berkembang saat ini, pemilihan kepala daerah banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di
Sumatera Selatan. Provinsi ini merupakan Provinsi terkaya ke-5 di Indonesia setelah otonomi daerah. Dimana banyak sekali terdapat berbagai
macam jenis sumber daya alam yang melimpah, sehingga untuk me-
manage semua hal ini dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai kredibilitas yang tinggi untuk memajukan dan mensejahterakan seluruh
rakyatnya. Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 11 sebelas kabupaten dan 4 empat kota, dengan Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi.
Kota Palembang merupakan suatu daerah yang merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,
berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai Undang
Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Kota Palembang seperti halnya kota-kota besar lainnya yang berada di Indonesia memiliki banyak permasalahan yang kompleks. Salah satunya
adalah masalah pasar dan pedagang kaki lima. Pasar mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat yaitu sebagai pemenuhan
kebutuhan, dengan adanya pasar semua kebutuhan dapat terpenuhi. Kondisi pasar yang sehat dan bersih merupakan tolak ukur dari
keberhasilan suatu daerah dalam menjalankan roda pemerintahannya. Pasar dan pedagang kaki lima merupakan suatu rangkaian yang mungkin
sulit untuk dipisahkan dengan keadaan umum pasar-pasar yang ada di Indonesia.
Kota Palembang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Selatan secara umum memiliki banyak pasar diantaranya Pasar Cinde, Pasar 7 Ulu, Pasar Gubah,
Pasar Kuto, Pasar 16 Ilir dan masih banyak pasar-pasar lain yang tersebar di sudut Kota Palembang. Keberadaan pasar dirasakan semakin memenuhi
sudut Kota Palembang sehingga dirasa perlu adanya penataan kembali pasar-pasar yang ada di kota ini, terutama mengenai pedagang kaki lima
yang berjualan tidak ditempat yang telah disediakan oleh pemerintah kota. Hal tersebut bertujuan untuk memperindah dan menata kota peninggalan
Kerajaan Sriwijaya ini. Salah satunya yang paling mencolok adalah keberadaan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir yang berada di pinggiran
Sungai Musi. Pasar ini merupakan salah satu pasar terbesar yang berada di Kota Palembang. Letaknya yang strategis antara dua daratan yang
terpisahkan oleh sungai menjadikan tempat ini sebagai tempat yang menjanjikan untuk lahan mencari nafkah. Nampak dengan banyaknya
pedagang kaki lima PK-5 yang ada di daerah tersebut.
Pemerintah Kota Palembang sebenarnya telah menyediakan tempat untuk pedagang kaki lima, yaitu dengan dibangunnya sebuah gedung plaza yang
diberi nama Plaza 16 Ilir. Plaza ini berfungsi untuk menampung pedagang kaki lima yang hendak berjualan di daerah tersebut, namun banyaknya
pedagang yang ingin berjualan di plaza tersebut tidak diimbangi dengan daya tampung plaza, sehingga para pedagang yang tidak kebagian lapak
menggelar dagangannya di luar bagunan plaza. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan perubahan tatanan Kota Palembang. Pemerintah hanya
bertujuan untuk menertibkan dan menata kawasan perdagangan di Kota Palembang agar menjadi nyaman dan tertib, sehingga akan tercipta
kenyamanan, kebersihan, dan keindahan lingkungan kota yang akan menjadi kota bertaraf internasional ini.
Keberadaan pedagang yang membuka lapak dagangannya di luar gedung plaza dirasa cukup mengganggu. Terbukti dengan kondisi yang diciptakan
oleh keberadaan pasar tersebut. Kesan kumuh dan kotor merupakan pemandangan yang lazim di daerah ini, sehingga dirasa perlu untuk
memindahkan pedagang-pedagang yang memenuhi kolong Jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi. Pemerintah Kota Palembang yang
dipimpin oleh Eddy Santana Putra sebagai walikota telah menyiapkan tempat atau pasar pengganti, yaitu Pasar Retail Jakabaring. Pemerintah
Kota Palembang memilih Jakabaring sebagai tempat relokasi pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir. Pasar ini disiapkan untuk menampung pedagang-
pedagang dari Pasar 16 Ilir. Secara bertahap pedagang-pedagang tersebut dipindahkan ke lokasi baru yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota
Palembang.
Daerah yang dahulu merupakan pasar yang kumuh dan kotor dirubah oleh Pemerintah Kota Palembang menjadi satu taman kota yang indah. Taman
kota ini diperuntukkan sebagai tujuan wisata bersaing dengan Kepulauan Riau. Wisatawan banyak yang berkunjung ke daerah ini setelah dibenahi,
baik wisatan lokal maupun wisatawan asing. Tujuan lain dari dipindahkannya pedagang dari daerah 16 Ilir ini yaitu daerah ini dijadikan
sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City yang ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini disebabkan
karena hampir semua aset wisata sejarah yang ada di kota ini berada di pinggiran sungai, sehingga membuat Pemerintah Kota Palembang terus
berbenah untuk mewujudkan Kota Palembang sebagai Legendary City sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia.
Hasilnya pada tahun 2007, 2008 dan 2009 Kota Palembang mendapatkan piala Adipura tiga tahun berturut-turut, padahal pada tahun 2005 kota ini
mendapat predikat kota terkotor. Kota yang pada 17 Juni 2009 berulang tahun ke-1326 ini diikutkan pada penilaian Adipura tingkat ASEAN untuk
kategori clean land yaitu kategori kota bersih dan teduh. Adipura tingkat ASEAN ini diikuti oleh seluruh negara ASEAN kecuali Singapura. Pada
Oktober 2008 Walikota Palembang mewakili Indonesia untuk menerima penghargaan kategori kota bersih di negara-negara ASEAN. Ditunjuknya
Palembang sebagai kota yang mewakili Indonesia ke Hanoi Vietnam untuk menerima penghargaan bidang lingkungan katagori clean land didasari
atas prestasi Palembang dalam bidang lingkungan dan air bersih. Khusus persoalan air bersih, target 2008 yang mematok 80 persen masyarakat kota
dialiri air bersih sudah menjadi kenyataan dan kini target dipeluas hingga ke angka 90 persen warga Palembang dapat menikmati air bersih. Belum
lagi keberhasilan dalam penataan lokasi pemukiman kumuh dan kebersihan kota yang sudah mendapat tiga kali piala Adipura dan
Palembang dinyatakan sebagai kota terbersih oleh kementerian lingkungan hidup. Begitu pun dengan sistem pengairan, drainase dan penataan lokasi
pemukiman kumuh, Departemen Pekerjaan Umum juga menempatkan Palembang sebagai kota urutan teratas yang berhak mendapat
penghargaan. http:palembang.go.id diakses pada 10 Juni 2009 pukul 00.08 wib
Kebijakan relokasi pedagang kaki lima di daerah 16 Ilir ini banyak menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan yang ada di Kota Palembang. Salah
satunya adalah kelompok pro demokrasi.
Hasil yang didapat peneliti pada saat pra-riset mengenai masalah kependudukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, jumlah
penduduk di Kota Palembang pada pertengahan tahun 2006 adalah sebesar 1.369.529 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2007
adalah sebesar 1.394.954 jiwa atau meningkat 1,88 persen dari tahun 2006.
Kota Palembang memiliki 16 Kecamatan, diantaranya sebagai berikut : 1.
Ilir Barat II 2.
Gandus 3.
Seberang Ulu I 4.
Kertapati 5.
Seberang Ulu II 6.
Plaju 7.
Ilir Barat I 8.
Bukit Kecil 9.
Ilir Timur I 10.
Kemuning 11.
Ilir Timur II 12.
Kalidoni 13.
Sako 14.
Sukarami 15.
Sematang Borang 16.
Alang-alang Lebar Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
Hasil yang didapatkan penulis pada pra-riset tanggal 14-17 April 2009 di Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Sumatera Selatan menyebutkan
bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Tahun 2007, wilayah administrasi Kota Palembang mengalami pemekaran wilayah, saat
ini jumlah kecamatan di Kota Palembang menjadi 16 kecamatan dan 107
kelurahan yang sebelumnya hanya 14 kecamatan dan 103 kelurahan. Dua kecamatan baru tersebut adalah Kecamatan Alang-alang Lebar yang
merupakan pecahan dari Kecamatan Sukarami kemudian Kecamatan Sematang Borang yang merupakan pecahan dari Kecamatan Sako.
Sementara 4 kelurahan yang baru adalah Kelurahan Talang Jambe yang merupakan pecahan Kelurahan Talang Betutu, Kelurahan Sukodadi yang
merupakan pecahan Kelurahan Alang-alang Lebar dan Sako Baru pecahan dari Kelurahan Sako, yang terakhir adalah Kelurahan Karya Mulya
pecahan dari Kelurahan Sukamulya. Perubahan ini tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 19 dan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007
yang diundangkan tanggal 23 Juli 2007 dalam Lembaran Daerah Kota Palembang Nomor 20 Tahun 2007.
B. Rumusan Masalah