dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan
manusia yang telah cukup lama hidup bersama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan
dan batas-batas tertentu.
2. Unsur Masyarakat
Menurut Hartomo dan Arnicun Aziz 2004 : 90 yang menjadi unsur dari masyarakat yaitu :
a. Harus ada kelompok pengumpulan manusia, dan harus banyak
jumlahnya, dan bukan mengumpulkan barang. b.
Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah yang tertentu.
c. Adanya aturan undang-undang yang mengatur mereka
bersama, untuk maju kepada satu cita-cita yang sama.
3. Ciri-ciri masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip oleh Abdulsyani 2002 : 32, menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk
kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu :
a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada
ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara
teoritis, angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.
b. Bersama untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia
tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan
berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan
mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai
akibat hidup bersama itu, timbulah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar
manusia dalam kelompok tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem
kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang
lainnya.
4. Masyarakat Kota
Kota menurut Hartomo dan Arnicun Aziz 2004 : 228 adalah sebagai pusat pendomisian bertingkat-tingkat sesuai dengan sistem administrasi
Negara yang bersangkutan. Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kota yang dikutip oleh
P.J.M Nas 1979 : 29 antara lain : 1.
Wirth Ia merumuskan kota sebagai pemukiman yang relatif besar,
padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
2. Max Weber
Ia menganggap suatu tempat adalah kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan
ekonominya di pasar lokal.
3. Marx dan Engels
Mereka me mandang kota sebagai “perserikatan” yang dibentuk
guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat produksi dan alat-alat yang diperlukan agar supaya anggota-
anggota dapat mempertahankan diri.
Jika melihat pendapat dari Max Weber, ia menitik beratkan kota pada pasar sebagai ciri kota, di samping sifatnya sebagai benteng dan sebagai
sistem hukum tersendiri. Jadi dapat disimpulkan kota adalah suatu pemukiman yang relatif padat yang berisi orang-orang yang heterogen
dalam kedudukan sosial yang digunakan untuk mempertahankan diri. Sedangkan masyarakat kota adalah masyarakat yang hidup di suatu
tempat yang merupakan pemukiman yang relatif padat dan bersifat heterogen.
Dari pengertian di atas, maka ciri-ciri masyarakat kota menurut Hartomo dan Arnicun Aziz 2004 : 233-235 antara lain :
1. Hiterogenitas Sosial
Kota merupakan tempat bagi aneka suku maupun ras, sehingga masing-masing kelompok berusaha di atas kelompok yang lain.
Maka dari itu sering terjadi usaha untuk memperkuat kelompoknya untuk melebihi kelompok yang lain. Misalnya,
mengumpulkan dan mengorganisir anggota kelompoknya secara rapi, memelihara jumlah anak yang banyak bagi
kelompok minoritas dan sebagainya. Di samping itu kepadatan penduduk memang mendorong terjadinya persaingan dalam
pemanfaatan ruang.
2. Hubungan Sekunder
Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota orang lain serba terbatas pada bidang hidup tertentu.
3. Toleransi Sosial
Pada masyarakat kota orang tidak memperdulikan tingkah laku sesamanya secara mendasar dan pribadi, sebab masing-msaing
anggota mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga kontrol sosial pada masyarakat kota dapat dikatakan lemah sekali. Walaupun
ada control sosial tetapi sifatnya non pribadi. Selama tingkah laku dari orang yang bersangkutan tidak merugikan umum atau
tidak bertentangan dengan norma yang ada, masih dapat diterima dan ditolerir.
4. Kontrol Sekunder
Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi secara pribadi atau sosial berjauhan.
5. Mobilitas Sosial
Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal.
6. Individual
Akibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka kehidupan masyarakat di kota menjadi individual. Apakah yang
mereka inginkan dan rasakan, harus mereka rencana dan laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota
masyarakat yang lain sulit untuk diharapkan.
7. Ikatan Sukarela
Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam organisasi tertentu yang mereka sukai secara sukarela ia
menggabungkan diri dan berkorban.
8. Segresi Keruangan
Akibat dari hiterogenitas sosial dan kompetisi ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama,
suku bangsa dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya terjadi pemisahan tempat tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu.
C. Tinjauan Tentang Sikap Masyarakat