2.1.4.1.5.4. Abses Payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan atau komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
Penyebanya adalah infeksi bakterial, khususnya staphylococus virulent. Ibu lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilat, benjolan lebih lunak karena
berisi nanah. Sehingga perlu di inisiasi untuk mengeluarkan nanah tersebut. Pada abses payudara perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan analgetic. Sementara
bayinya hanya disusukan pada payudara yang sehat saja. Sedangkan ASI dari payudara yang saki harus diperas dan dikosongkan tetapi jangan disusukan.
Setelah sembuh, bayi bisa disusukan kembali Setyo Retno Wulandari dan Sri Haryani, 2011:61.
2.1.4.1.5.5. Ibu dengan TBC paru
Kuman TBC tidak bisa ditularkan melalui ASI sehingga ibu harus tetap memberika bayinya ASI secara eksklusif. Ibu peru diobati secara adekuat dan
diajarkan cara pencegahan penularan pada bayi dengan menggunakan masker saat ibu menyusui bayinya. Bayi tidak diberikan BCG secara langsung karena efek
proteksinya tidak langsung terbentuk. Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi pada bayi Setyo Retno Wulandari dan
Sri Haryani, 2011:64.
2.1.4.1.5.6. Ibu Menderita Hepatitis atau Pembawa Kuman Carrier
Ibu yang darahnya mengandung hepatitis B antigen dapat menularkannya ke bayi semasa hamil transplacental, pada waktu persalinan, dan akibat
hubungan kontak yanng berlangsung lama antara ibu-bayi. Penularan dari ibu ke bayi ini dikenal dengan istilah
“vertical transmission”. Beberapa peneliti melaporkan bahwa air susu penderita hepatitis B mengandung hepatitis B antigen,
tetapi penularan melalui ASI belum dapat dipastikan. Bayi yang lahir harus diberi hepatitis B immunoglobin. Ibu yang dalam infeksi aktif tidak dianjurkan untuk
menyusui bayinya Arini H. 2012:117.
2.1.4.1.5.7. Ibu Terkena Herpes