dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang
Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang. 2.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi berbagai pihak yang terkait khususnya di Kelurahan
Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang dalam mengimplementasikan Program Keluarga Harapan.
3. Secara Akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.
1.5. Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
Bab ini berisikan segala teori yang berhubungan dengan penelitian. BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknis analisis data.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penelitian dilakukan.
BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Universitas Sumatera Utara
Bab ini berisikan tentang penyajian data yang diperoleh dari
lapangan dan dokumentasi yang dianalisis. BAB VI
PENUTUP
Dalam bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
II.1. Kebijakan Publik
Menurut H.Hugh Heglo dalam Abidin 2004:21 kebijakan adalah suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai suatu tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan
Anderson dalam Abidin 2004:21 mendefenisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh
seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.
Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan 2003:1 berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-
sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu
intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup,
dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas. Sedangkan menurut Woll Tangkilisan, 2003:2 kebijakan publik adalah
sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi,
pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.
2. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level
ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang
akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. 3.
Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Menurut James Anderson dalam Subarsono 2005:12-13 sebagai pakar publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut:
1. Formulasi masalah problem formulation: Apa masalahnya? Apa yang
membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah.
2. Formulasi Kebijakan formulation: Bagaimana mengembangkan
pilihan-pilihan atau alternative-alternative untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpatisipasi dalam formulasi kebijakan?
3. Penentuan Kebijakan adoption: Bagaimana alternative ditetapkan?
Persyaratan atau criteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk
melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan? 4.
Implementasi implementation: Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?
Universitas Sumatera Utara
5. Evaluasi evaluation: Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak
kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan?
II.2. Implementasi Kebijakan II.2.1. Pengertian Implementasi
Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang
telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting didalam kebijakan publik. Tangkilisan,
2003:17 Menurut Riant Nugroho 2003:158 implementasi kebijakan pada
prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat tercapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada
dua pilihan langkah yang ada yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari
kebijakan publik tersebut. Donald Van Meter dan Carl Van Horn Winarno, 2002:102 menyatakan
implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk
mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk
Universitas Sumatera Utara
mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan- keputusan kebijakan. Sedangkan Patton dan Sawicky dalam Tangkilisan,
2003:9 menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif
mengatur cara untuk mengorganisir dan menerapkan kebijakan yang telah
diseleksi. II.2.2. Model-Model Implementasi Kebijakan
1. Model Gogin
Untuk mengimplementasi kebijakan model Gogin dapat mengidentifikan variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada keseluruhan
implementasi yakni : 1 Bentuk dan isi kebijakan termasuk juga kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, 2 Kemampuan organisasi
dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang dapat mendukung implementasi secara efektif, dan 3 Pengaruh Lingkungan dari
masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecendrungan hubungan antara warga masyarakat termasuk pola komunikasinya Tangkilisan, 2003:20.
2. Model Grindle
Grindle dalam Tangkilisan 2003:20 menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kegiatan dan hasil-hasilnya, pada model ini hasil
kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan antara lain:
1. Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi
2. Tipe-tipe manfaat
3. Derajat perubahan yang diharapkan
Universitas Sumatera Utara
4. Letak pengambilan keputusan
5. Pelaksanaan program
6. Sumber daya yang dilibatkan
Selanjutnya adalah pengaruh lingkungan yang terdiri dari: 1.
Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 2.
Karakteristik lembaga penguasa, dan 3.
Kepatuhan dan daya tanggap
3. Model George Edward III
Menurut George C. Edward III dalam Subarsono 2005:90-92 implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:
1. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Tujuan dan sasaran kebijakan harus
ditranmisikan kepada kelompok sasaran target group sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan
tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran
2. Sumberdaya
Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi
implementor, dan sumberdaya finansial. Tanpa sumberdaya kebijakan hanya tinggal dikertas dan menjadi dokumen saja.
3. Disposisi
Universitas Sumatera Utara
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor
memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika
implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari
aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar standar operating procedures atau SOP. SOP
menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak.
4. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn
Menurut Meter dan Horn Subarsono, 2005:99-100, ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:
1. Standar dan Sasaran Kebijakan
Standar dan kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi
multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.
2. Sumberdaya
Universitas Sumatera Utara
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia human recources maupun sumberdaya non-manusia non human
recources.
3. KomunikasiHubungan antar Organisasi
Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan
kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program. 4.
Karakteristik Agen Pelaksana Karakteristik agen pelaksana mencakup stuktur birokrasi, norma-norma, dan
pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.
5. Kondisi Sosial, Politik, dan Ekonomi
Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-
kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat
opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.
6. Disposisi Implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yakni: a respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk
melaksanakan kebijakn; b kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan;
Universitas Sumatera Utara
dan c intensitas disposisi implementor, yakni prefensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
Menurut Richard Marland dalam Dwijowijoto 2004: 179, pada prinsipnya ada empat “tepat” yang perlu dipenuhi dalam hal pencapaian
keefektifan implementasi kebijakan. 1.
Kebijakan itu sendiri sudah tepat. Ketepatan kebijakan ini dinilai dari sejauh mana kebijakan yang ada, telah bermuatan hal-hal yang
memang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan. Sisi kedua dari kebijakan adalah apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan
sesuai dengan karakter masalah yang hendak dipecahkan. Sisi ketiga, adalah apakah kebijakan dibuat oleh lembaga yang mempunyai
kewenangan yang sesuai dengan karakter kebijakannya. 2.
Tepat pelakasanaannya. Aktor implementasi tidak hanya pemerintah. Ada tiga lembaga yang dapat menjadi pelaksana, yaitu pemerintah,
kerjasama, antara pemerintah, masyarakatswasta, atau implementasi kebijakan yang diswastakan. Kebijkan yang bersifat memberdayakan
masyarakat, seperti penanggulangan kemiskinan. Kebijakan yang bersifat mengarahkan kegiatan masyarakat.
3. Tepat Target. Ketepatan ini berkaitan dengan tiga hal. Pertama, apakah
target yang diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, tidak tumpang tindih, atau tidak bertentangan dengan intervensi kebijakan
lain. Kedua, apakah target dalam kondisi siap untuk diintervensi atau
Universitas Sumatera Utara
tidak. Ketiga, apakah intervensi kebijakan bersifat baru atau memperbaharui implementasi kebijakan sebelumnya.
4. Tepat lingkungan. Ada dua lingkungan yang paling menentukan, yaitu
lingkungan kebijakan dan lingkungan eksternal kebijakan. Lingkungan kebijakan yaitu interaksi antara lembaga perumus kebijakan dan
pelaksana kebijakan dengan lembaga lain yang terkait. Lingkungan eksternal sebagai variabel eksogen terdiri dari opini publik, yaitu
persepsi publik kebijakan dan implementasi kebijakan, lembaga interpretasi dengan lembaga strategik dalam masyarakat, individu
tetentu yang mampu memainkan peran penting dalam menginterpretasikan kebijakan dan implementasi kebijakan.
II.3. Konsep Kemiskinan
Secara etimologis, kemiskinan berasal dari kata ”miskin” yang artinya tidak berharta benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Biro Pusat
Statistik BPS, mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimal untuk hidup layak Nurhadi, 2007: 13. Kemiskinan dalam arti sempit dipahami sebagai keadaan kekurangan uang
dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut Hamudi 2008:15 dalam arti luas, kemiskinan merupakan fenomena
multiface atau
multidimensional. Menurut Suparlan 1995:11 kemiskinan dapat didefenisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat
kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap
tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang
tergolong sebagai orang miskin.
BAPPENAS 2004 mendefenisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar tersebut antara lain, terpenuhinya
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan,
atau ancaman tindakan kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik. http:lib.ugm.ac.iddigitasiupload809_MU0906053.pdf, diakses pada
tanggal 14 Januari 2012 Chamber dalam Soetomo 2006:285 menyatakan bahwa kondisi
kemiskinan yang dialami suatu masyarakat seringkali telah berkembang dan bertali-temali dengan berbagai faktor lain yang membentuk jaringan kemiskinan
yang dalam proses berikutnya dapat memperteguh kondisi kemiskinan itu sendiri. Faktor-faktor yang diidentifikasi membentuk jaringan atau perangkap kemiskinan
tersebut adalah: 1.
Kelemahan fisik, dapat disebabkan karena kondisi kesehatan dan faktor gizi buruk, sehinggga dapat mengakibatkan produktivitas kerja
yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
2. Isolasi, terkait dengan lingkup jaringan interaksi sosial yang terbatas,
serta akses terhadap informasi, peluang ekonomi dan fasilitas pelayanan yang terbatas pula.
3. Kerentanan, terkait dengan tingkat kemampuan yang rendah dalam
menghadapi kebutuhan dan persoalan mendadak. 4.
Ketidakberdayaan, terkait dengan akses dalam pengambilan keputusan, akses terhadap penguasaan sumber daya dan posisi tawar bargaining
position. Ada tiga tipe orang miskin berdasarkan pada pendapatan yang diperoleh
setiap orang dalam setiap tahun, yaitu : 1.
Miskin. Orang miskin yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam bentuk beras adalah 320 kgorangtahun.
2. Sangat miskin. Orang yang dikatakan sangat miskin adalah orang yang
berpenghasilan jika diwujudkan dalam beras adalah 240 kgorangtahun. 3.
Termiskin. Orang miskin yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam bentuk beras adalah 180 kgorangtahun Sayogyo, dalam Suharto, 2006:
11.
Kemiskinan berdasarkan penyebab terjadinya, kemiskinan terdiri dari:
1. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang
miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya
manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
yang rendah. Menurut Baswir 1997:21 kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena
cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam.
2. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang mengacu pada persoalan
sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas,
pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.
3. Kemiskinan struktural adalah situasi miskin yang disebabkan karena
rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan
kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.
http:aminabd.wordpress.com, diakses pada tanggal 12 April 2012
Nurhadi 2007:40-41, menjelaskan bahwa untuk menanggulangi kemiskinan dapat dilakukan melalui 2 pendekatan, yaitu: 1 pendekatan
peningkatan pendapatan, 2 pendekatan pengurangan beban. Kedua pendekatan tersebut ditopang oleh empat pilar utama, yaitu:
1. Penciptaan Kesempatan
Pilar pertama, yaitu perluasan kesempatan kerja dimaksudkan sebagai menciptakan suasana dan lingkungan ekonomi makro, pemerintahan, dan
pelayanan publik yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sehingga mampu meningkatkan penciptaan kesempatan kerja dan mendukung
upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. 2.
Pemberdayaan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Pilar kedua, yaitu pemberdayaan masyarakat mengandung maksud bahwa melalui peningkatan kualitas sumber adaya manusia, pemantapan
organisasi dan kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya sehingga mampu untuk mendiri dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dihadapi masyarakat miskin. 3.
Peningkatan Kemampuan Pilar ketiga, yaitu peningkatan kemampuan humancapital dimaksudkan
sebagai peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin baik individual kelembagaan untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan
kesehatan dan pendidikan, peningkatan ketrampilan usaha, permodalan, prasarana, teknologi serta informasi pasar dan mampu mengadaptasi
terhadap perkembangan lingkungannyaekonomi dan sosial. 4.
Perlindungan Sosial. Pilar keempat, yaitu perlindungan sosial memiliki makna memberikan
perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat yang rentan vulnerable, misalnya pengemis, lansia, anak-anak terlantar, yatim piatu, penderita
cacat, korban bencana alam, korban konflik sosial, serta mereka yang terkena dampak krisis ekonomi.
II.4 MDGs dan Program Penanggulangan Kemiskina II.4.1 MDGS
Millenium Development Goals MDGs atau Tujuan Pembangunan Millennium adalah sebuah paradigma pembangunan yang berpihak pada
pemenuhan hak-hak dasar manusia dan akan menjadi landasan pembangunan di
Universitas Sumatera Utara
abad millennium. Paradigma pembangunan millennium baru ini merupakan kesepakatan 189 negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB di
New York pada September 2000 pada saat Konverensi Tingkat Tinggi KTT
Milenium.
Deklarasi millennium di antaranya ditanda tangani bersama oleh 147 kepala pemerintahan yang ikut menghadiri KTT tersebut termasuk Indonesia.
Semua negara anggota diharuskan mengadopsi tujuan MDGs ke dalam rencana pembangunan nasional. Negara-negara anggota yang relatif tertinggal dalam
pemenuhan hak-hak dasar manusia didorong untuk mempercepat pencapaiannya, sedang negara-negara yang telah mengalami kemajuan dalam pembangunan
manusia berkewajiban untuk membantu negara-negara yang sedang berkembang dan tertinggal.
Sebagai penandatangan Deklarasi Millenium, Indonesia berkewajiban untuk merealisasikan tujuan MDGs seoptimal
mungkin, dan
mengintergrasikannya dalam rencana pembangunan nasional di seluruh nusantara mulai dari tingkat provinsi bahkan hingga pedesaan.
Arah pembangunan MDGs dikemas menjadi satu paket yang dipilah menjadi 8 tujuan yang satu sama lain saling mempengaruhi dan bermuara pada
percepatan peningkatan kualitas manusia yang lebih tinggi. Ke 8 tujuan tersebut adalah:
1. Memberantas Kemiskinan dan kelaparan ekstrim 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Universitas Sumatera Utara
4. Menurunkan angka kematian Anak 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
6. Memerangi HIVAIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya. 7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk Pembangunan
II.4.2. Program Penanggulangan Kemiskinan
Beberapa program yang tengah digalakkan oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan arah pembangunan
pada tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan. Fokus program tersebut meliputi 5 hal antara lain: pertama menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok; kedua
mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin; ketiga menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis
masyarakat; keempat meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar; dan kelima membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial
bagi masyarakat miskin. Dari 5 fokus program pemerintah tersebut, diharapkan jumlah rakyat miskin
yang ada dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang digalakkan pemerintah terkait 5 program tersebut antara lain:
1. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus program ini
bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskinkeluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama
selain beras.
Universitas Sumatera Utara
2. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin melalui
penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan pola bagi hasilsyariah dan konvensional.
3. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat, seperti: Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat PNPM di daerah perdesaan dan perkotaan. 4. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar, seperti
penyediaan beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar di Sekolah Dasar SDSekolah Menengah PertamaSMP, Pelayanan
kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas III rumah sakit.
5. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Fokus ini bertujuan melindungi penduduk miskin
dari kemungkinan ketidakmampuan menghadapi guncangan sosial dan ekonomi. Program teknis yang di buat oleh pemerintah seperti :
Penyediaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin RTSM yang memenuhi persyaratan pemeriksaan kehamilan ibu, imunisasi dan
pemeriksaan rutin balita, menjamin keberadaan anak usia sekolah di SDMI dan SMPMTs; dan penyempurnaan pelaksanaan pemberian
bantuan sosial kepada keluarga miskinRTSM melalui perluasan Program Keluarga
Harapan PKH.
http:marx83.wordpress.com20080705upaya-penanggulangan kemiskinan, diakses pada tanggal 13 April 2012
Universitas Sumatera Utara
II.5 Program Keluarga Harapan PKH II. 5.1 Pengertian Program Keluarga Harapan
Program keluarga Harapan PKH merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-
program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan TKPK, baik di Pusat maupun di
daerah. PKH merupakan program lintas Kementrian dan lembaga, karena aktor
utamanya adalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama,
Departemen Komunikasi dan Informatika, dan Badan Pusat Statistik. Program Keluarga Harapan PKH sebenamya telah dilaksanakan di
berbagai negara, khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash
Transfers CCT, yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai Bersyarat. Program ini bukan dimaksudkan sebagai kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai
SLT yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian
harga BBM. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin.
Program Keluarga Harapan PKH adalah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin RSTM, jika
mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas
Universitas Sumatera Utara
sumberdaya manusia SDM, yaitu pendidikan dan kesehatan. http:www.depsos.go.idmodules.php?name=Newsfile=printsid=404 diakses
pada tanggal 15 November 2011
II.5.2 Tujuan Program Keluarga Harapan
Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku
Rumah Tangga Sangat Miskin RTSM yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat
pencapaian target Millenium Development Goals MDGs.
Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: 1.
Meningkatkan status sosial ekonomi RTSM; 2.
Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari RTSM;
3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,
khususnya bagi anak-anak RTSM. 4.
Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak
RTSM http:pkh.depsos.go.id, diakses pada tanggal 15 November 2011
Dalam jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang, dengan mensyaratkan
keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan
memutus rantai kemiskinan
antargenerasi.
Universitas Sumatera Utara
http:www.depsos.go.idmodules.php?name=Newsfile=printsid=404, diakses
pada tanggal 15 November 2011 II.5.3 Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan PKH
Penerima bantuan PKH adalah RTSM sesuai dengan kriteria BPS dan memenuhi satu atau beberapa kriteria program yaitu memiliki Ibu hamilnifas,
anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, anak usia SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.
Sebagai bukti kepesertaan PKH diberikan kartu peserta PKH atas nama Ibu atau perempuan dewasa. Kartu tersebut digunakan untuk menerima bantuan
PKH. Selanjutnya kartu PKH dapat berfungsi sebagai kartu Jamkesmas untuk seluruh keluarga penerima PKH.
Penggunaan bantuan PKH ditujukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, karenanya bantuan akan lebih efektif dan terarah, jika
penerima bantuannya adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan yaitu bisa nenek, tantebibi, atau kakak
perempuan. Dalam kartu peserta PKH yang tercantum adalah nama ibuwanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Pengecualian dari ketentuan
di atas dapat dilakukan pada kondisi tertentu, misalnya bila tidak ada perempuan dewasa dalam keluarga maka dapat digantikan oleh kepala keluarga.
http:pkh.depsos.go.id, diakses pada tanggal 15 November 2011
II.5.4 Besar Bantuan Program Keluarga Harapan
Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimanan bantuan, baik
Universitas Sumatera Utara
komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini dikemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat
memenuhi syarat yang ditentukan. Tabel 2.1 Skenario Besar Bantuan PKH
Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per
tahun
Bantuan tetap Rp. 200.000
Bantuan bagi RTSM yang memiliki:
a. Anak usia di bawah 6 tahun Rp. 800.000
b. Ibu hamilmenyusui
c. Anak usia SDMI
d. Anak usia SMPMTs
Rata-rata bantuan per RTSM
Bantuan minimum per RTSM
Bantuan maksimum per RTSM Rp. 800.000
Rp. 400.000
Rp. 800.000
Rp. 1.390.000
Rp. 600.000
Rp. 2.200.000
Catatan: Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun danatau ibu hamilnifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan
jumlah anak. Besar bantuan adalah 16 rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Batas minimum dan maksimum adalah antara 15-25 pendapatan rata-rata
RTSM per tahun.
Universitas Sumatera Utara
Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya dalam tiga bulan, maka besaran bantuan yang diterima akan berkurang dengan rincian sebagai berikut:
a. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp 50,000, b.
Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka bantuan akan berkurang sebesar Rp 100,000,-
c. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp 150,000,-. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam 3 bulan berturut-turut, maka tidak akan
menerima bantuan dalam satu periode pembayaran.
II.5.5 Pengorganisasian
PKH dilaksanakan oleh UPPKH Pusat, UPPKH KabupatenKota dan UPPKH Kecamatan. Masing-masing pelaksana memegang peran penting dalam menjamin
keberhasilan PKH. Mereka adalah:
1. UPPKH Pusat Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Pusat merupakan
badan yang merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program. UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di
tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang dibutuhkan. 2.
UPPKH KabKota Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan KabupatenKota yaitu yang melaksanakan program dan memastikan bahwa
alur informasi yang diterima dari kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan
Universitas Sumatera Utara
baik dan lancar. UPPKH KabKota juga berperan dalam mengelola dan mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan.
3. UPPKH Kecamatan Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kecamatan
merupakan ujung tombak PKH karena unit ini akan berhubungan langsung dengan peserta PKH. Personel UPPKH Kecamatan terdiri dari pendamping
PKH. Wilayah kerja pendamping meliputi seluruh desakelurahan dalam satuan wilayah kerja di kecamatan. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
UPPKH Kecamatan atau pendamping bertanggung jawab kepada UPPKH KabupatenKota dan berkoordinasi dengan Camat. http:pkh.depsos.go.id
diakses pada tanggal 15 November 2011. Pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima
manfaat dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat kabupatenkota. Tugas Pendamping termasuk
didalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya. Dalam pelaksanaan PKH
terdapat Tim Koordinasi yang membantu kelancaran program di tingkat provinsi dan PT Pos yang bertugas menyampaikan informasi berupa
undangan pertemuan, dan menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat langsung. Selain tim ini, juga terdapat lembaga lain di luar struktur
yang berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan PKH, yaitu lembaga pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan di tiap kecamatan dimana
PKH dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
http:www.depsos.go.idmodules.php?name=Newsfile=printsid=404, diakses pada tanggal 15 November 2011
II.6. Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu
yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu
istilah untuk beberapa kejadian events yang berkaitan dengan yang lainnya. Singarimbun, 1995:33
Oleh karena itu untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis
teliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut:
a. Implementasi Kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan-keputusan kebijakan.
b.
Program Keluarga Harapan PKH adalah program yang memberikan bantuan tunai bersyarat untuk membantu rumah tangga sangat miskin memperoleh
akses pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan.
c. Implementasi Program Keluarga Harapan adalah tindakan dilakukan oleh
pemerintah ataupun swasta dalam melaksanakan program keluarga harapan yaitu program yang memberikan bantuan tunai bersyarat untuk membantu
Universitas Sumatera Utara
rumah tangga sangat miskin memperoleh akses pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan.
Dalam penelitian ini, Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II dapat diukur dari indikator berikut:
1. Standar dan sasaran Kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus
jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. 2.
Sumberdaya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia maupun non manusia.
3. Komunikasi dan hubungan antarorganisasi. Dalam banyak program
implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain.
4. Karakteristik Agen Pelaksana meliputi struktur dan norma-norma yang
akan mempengaruhi implementasi 5.
Kondisi Sosial meliputi karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah
2006:47 penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-
kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cendrung tidak perlu mencari atau
menerangkan saling berhubungan dengan menguji hipotesis. Menurut Bogdan dan Taylor Moleong, 2007:3 penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Jadi penelitian ini berupaya melakukan deskriptif terhadap
implementasi PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang dengan pendekatan kualitatif.
III.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang. Adapun alasan peneliti untuk memilih lokasi ini
adalah: 1.
Kelurahan Padang Bulan Selayang II merupakan kelurahan yang terbanyak dalam penerimaan PKH di Kecamatan Medan Selayang.
Universitas Sumatera Utara
2. Adanya kemudahan dalam mendapatkan informasi dan data yang terkait
dengan pelaksanaan PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II. 3.
Melihat adanya permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan PKH.
III.3. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal
adanya populasi dan sampel. Menurut Suyanto 2005:171, subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus ini penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek
penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seorang yang benar-benar
mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan,
keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan atau permasalahan.
Menurut Suyanto 2005:172 informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu:
1. Informan kunci key informan, yaitu mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. 2.
Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Informan kunci key informan yaitu:
a. Koordinator UPPKH Kota
b. Pendamping PKH
c. Ketua Kelompok Ibu Penerima PKH di Kelurahan Padang Bulan
Selayang II 2.
Informan Utama, yaitu masyarakat penerima PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II sebanyak 20 orang.
III.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam teknik pengumpulan data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya, yaitu:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang
lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan secara langsung kepada pihak- pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Metode ini dipakai untuk informan yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.
Arikunto 2006:228 berpendapat bahwa peneliti harus mencatat teknik yang mana kondisi dan situasi yang mendukung penerimaan informasinya
Universitas Sumatera Utara
yang paling tepat. Sebaiknya pada waktu uji coba, digunakan tape recorder.
b. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan
yang berkenaan dengan topik penelitian.
2.
Teknik Pengumpulan Data Sekunder Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen sebagai berikut : a.
Studi kepustakaan , yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku- buku, literatur, internet, dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan
memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian. b.
Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau
sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.Bungin. 2007:116-117.
III.5. Teknik Analisa Data
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut
Moleong 2006:274, teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data,
Universitas Sumatera Utara
menelaah dan menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya
dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.
Penelitian ini menggunakan analisis flow model. Gambar 3.1 Komponen dalam analisa data flow model.
Periode pengumpulan data
Reduksi data Antisipasi
Selama Setelah
Display data Selama
Setelah Kesimpulanverifikasi
Selama Setelah
Adapun langkah-langkah analisis dalam Sugiyono 2007:91 adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
ANALISIS
Universitas Sumatera Utara
2. Penyajian data. Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, bagan dan hubungan antar kategori.
3. Penarikan Kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN