Kerangka Pemikiran KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

2. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi. 3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran. 4. Adanya kompetisi pasar yang sehat. Soekartawi, 1988 : 3

2.3. Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan- bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Pengolahan hasil yang baik yang dilakukan produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil perikanan yanag diproses. Pengusaha yang mempunyai fasilitas pengolahan hasil dan mempunyai kemampuan memanfaatkan bisnis bidang perikanan dapat memperoleh nilai tambah karena ikan asin ini mampu menembus pasar baik domestik maupun luar negeri. Dalam proses produksi, pengolahan ikan asin membutuhkan biaya produksi. Adapun biaya produksi yang dikorbankan oleh nelayan pengolah adalah biaya bahan baku yaitu ikan segar, biaya tenaga kerja, dan biaya pengolahan seperti tawas dan garam. Biaya-biaya tersebut akan mempengaruhi harga jual ikan asin. Harga ikan asin olahan berfluktuasi mengikuti harga ikan segar yang digunakan sebagai bahan baku. Dengan kondisi seperti ini tingkat keuntungan yang didapat pengolah sangat tergantung dari harga ikan segar. Pada musim ikan, jumlah ikan sangat banyak dan menyebabkan harga ikan segar turun hal ini mendorong ikan asin kering meperbesar skala usahanya. Tataniaga termasuk ke dalam aktivitas ekonomi yang sangat penting. Sebagai bagian dari aktivitas ekonomi distribusi. Tataniaga merupakan urat nadi penghubung yang interaktif dari produsen ke konsumen. Semakin panjang saluran tataniaga maka akan menghasilkan nilai tambah value added atas barangjasa. Nilai tambah pada umumnya memberi nilai guna pada Universitas Sumatera Utara barang yaitu nilai guna tempat, nilai guna waktu, nilai guna bentuk dan nilai guna kepemilikan. Pada umumnya nelayan tidak menjual sendiri hasil produksinya ke pasar kota besar ataupun ke luar negeri. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan yang dimiliki oleh petani seperti : alat transportasi, fasilitas penyimpanan, pengepakan, pengolahan, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pemasaran komoditas tersebut. Adanya keterbatasan tersebut mendorong para petani produesn untuk menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul. Kadang-kadang petani juga menjual langsung kepada konsumen pemakai melalui pasar-pasar di tingkat desa atau pasar di tingkat kecamatan. Tiap-tiap lembaga melakukan fungsi–fungsi tataniaga yang berbeda-beda yang meliputi: Pembelian, Penjualan, Pengangkutan, Pengolahan, Penyimpanan, pengepakan ,pemodalan, marketing loss dan informasi. Nelayan pengolah menjual ikan kepada pedagang besar dan pedagang pengecer. Masing- masing lembaga tataniaga melakukan fungsi yang mengakibatkan timbulnya biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini dapat mempengaruhi profit serta efisiensi tataniaga dan akan mempengaruhi harga jual ikan asin pada tiap tataniaga yang terlibat. Hal ini akhirnya akan berpengaruh pada harga beli pada konsumen akhir. Salah satu kegunaan dai perhitungan marketing margin price spread dan share margin ialah untuk menghitung tingkat efisiensi tataniaga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini: Universitas Sumatera Utara Skema Kerangka Pemikiran: Produsen Pengolah Biaya Produksi Pengolahan Ikan asin Fungsi Tataniaga • Pembelian • Penjualan • Pengangkutan • pengolahan • Penyimpanan • pengepakan • pembiayaan • Grading • Marketing loss • Informasi pasar Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Akhir Share Margin Efisiensi Pemasaran Produk Universitas Sumatera Utara Keterangan : : Mempengaruhi Hubungan : pelaku Tataniaga

2.4. Hipotesis Penelitian