3.3. Kasus
Purnomo bekerja pada perusahaan PT Harapan dengan memperoleh gaji sebulan Rp. 2.000.000,- . PT Harapan mengikuti program Jamsostek, premi
Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing Rp. 10.000,- dan Rp. 6.000,- sebulan. PT
Harapan menanggung iuran Jamina Hari Tua setiap bulan sebesar Rp. 10.000,-, sedangkan Purnomo membayar iuran Jamina Hari Tua sebesar Rp. 40.000,-
setiap bulan. Disamping itu PT Harapan juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Harapan membayar iuran pensiun untuk Purnomo ke dana
pensiun, yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp. 30.000,-, sedangkan Purnomo membayar iuran pensiun sebesar Rp.
50.000,-. Purnomo sudah menikah tapi belum mempunyai anak.
Perhitungan PPh Pasal 21: Gaji sebulan
Rp 2.000.000,- Premi Jaminan Kecelakaan Kerja
Rp. 10.000,- Premi Jaminan Kematian
Rp. 6.000,- Penghasilan bruto
Rp. 2.016.000,- Pengurangan :
1. Biaya Jabatan :
5 x Rp. 2.016.000,- Rp. 100.800,-
2. Iuran Pensiun
Rp. 50.000,-
Universitas Sumatera Utara
3. Iuran THT
Rp. 40.000,- Penghasilan neto sebulan
Rp. 1.825.200,-
Penghasilan neto setahun adalah 12 x Rp. 1.825.200,-
Rp. 21.902.400,- 4.
PTKP Untuk WP sendiri
Rp. 13.200.000,- Tambahan WP sendiri
Rp. 1.200.000,- Rp. 14.400.000,-
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 7.502.400,-
Pembulatan Rp. 7.502.400,-
PPh Pasal 21 terutang : 5 x Rp. 7.502.000,-
= Rp. 375.100,-
PPh Pasal 21 sebulan Rp. 375.100,- : 12
= Rp. 31.257,-
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
4.1. Pengawasan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pasal 21
Pengawasan terhadap SPT Tahunan Pasal 21 adalah merupakan suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh KPP terhadap pelaporan pelaksanaan kewajiban
yang dilaksanakan oleh Wajib Pajak dalam bentuk SPT Tahunan Pasal 21, sehingga dapat diketahui apakah Wajib Pajak tersebut telah melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan atau belum melaksanakan kewajibannya. Pelunasan PPh Pasal 21 yang terutang oleh Wajib Pajak adalah
tertuang dalam prinsip self-assessment. Prinsip self assessment dalam pemenuhan kewajiban perpajakan adalah bahwa Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar sendiri, dan melaporkan pajak yang terutang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya
pajak yang terutang dapat dipercayakan pada WP sendiri melalui Surat Pemberitahuan SPT yang disampaikan.
Dalam sistem pemungutan ini kepercayaan diberikan penuh kepada Wajib Pajak sedangkan fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. Pengawasan
tersebut dilakukan fiskus terhadap laporan yang disampaikan oleh Wajib Pajak PPh Pasal 21 berupa SPT Masa dan SPT Tahunan PPh Pasal 21.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pengawasan terhadap SPT Tahunan PPh Pasal 21 tersebut melalui tahap- tahap sebagai berikut :
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi WASKON di KPP Pratama Medan Barat
melalui petugas penerima SPT Tahunan PPh Pasal 21 menerima dan mengecek SPT Tahunan Pasal 21 yang disampaikan oleh Wajib Pajak. Pengecekan yang
dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut: a.
Apakah Wajib Pajak tersebut memang berada dibawah wewenang pengawasan KPP yang bersangkutan. Hal ini dilakukan dengan cara meneliti
tiga digit terakhir dari susunan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP Wajib Pajak.
b. Kelengkapan SPT Tahunan PPh Pasal 21
Apabila SPT Tahunan tersebut belum lengkap, maka tidak dapat diterima oleh fiskus. SPT Tahunan PPh Pasal 21 dikatakan lengkap apabila;
1 Kolom-kolomnya telah lengkap diisi
2 Telah dicantumkan nama, NPWP, dan telah ditandatangani
SPT Tahunan Pasal 21 yang telah lengkap dibubuhi tanda terima yang berupa tanggal sesuai dengan tanggal diterimanya SPT Tahunan dan tanda tangan dari
fiskus. 2.
Meneliti tanggal pembayaran pada tanda penerimaan surat tersebut dan juga tanggal pelaporan SPT. Apabila tanggal penyetoran dan atau tanggal pelaporan
melewati batas akhir penyetoranpelaporan, maka SPT tersebut dipisahkan untuk diperhitungkan pengenaan sanksinya.
Universitas Sumatera Utara
Sanksi pidana juga dikenakan terhadap setiap orang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali,
didenda paling sedikit 1 satu kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar, atau pidana kurungan paling singkat 3 tiga bulan atau paling lama 1 satu tahun.
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi tidak benar atau tidak lengkap dan dapat merugikan
negara, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 enam bulan dan paling lama 6 enam
tahun dan denda paling sedikit 2 dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 empat kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Pasal 21