commit to user 58
sudah, abis dong.
”. Penutur Dalang tidak sepakat dengan Rudi, khususnya mengenai tuturan „sudah‟. Di sini terlihat penutur berusaha mencari-cari
sesuatu untuk tidak memiliki kesepakatan dengan petutur. Penutur menyatakan bahwa yang dituturkan petutur salah, seharusnya belum sudah
karena jika sudah maka ceritanya berakhir. Apa yang dituturkan oleh Rudi sebenarnya sudah benar, tetapi memang Dalang yang ingin mencari sesuatu
untuk tidak sepakat dengan Rudi. Hal tersebut sangat bertentangan dengan submaksim
pertama maksim
kesepakatan, karena
memaksimalkan ketaksepakatan dengan mitra tutur.
Pelanggaran terhadap maksim kesepakatan hanya meliputi satu submaksim, yaitu submaksim pertama. Selain ketiga data yang telah
dijelaskan sebelumnya, data lain yang melanggar submaksim pertama maksim kesepakatan adalah data nomor 28, 33, 40, 64, dan 77. Dari kelima data
tersebut, dapat dikatakan kelimanya memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa penutur menyatakan ketidaksepakatannya dengan orang kedua.
6. Maksim Simpati
Maksim keenam dalam prinsip kesantunan ini juga terdiri dari dua submaksim, yaitu a kurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga
sekecil mungkin dan b tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain. Salah satu bentuk pelanggaran terhadap maksim simpati dapat
dilihat pada contoh di bawah ini. [19] Latar
: Tempat nongkrong Geng Taplak Peserta : Puff Diddy, 50 Cent, dan Missy Elliot
Tujuan : Mencari adiknya yang hilang bagi Puff Diddy Kunci
: Santai
Percakapan: Puff Diddy : Ya, kita kesampingkan dululah permasalahan kita. Gua
commit to user 59
mau nanya. Liat adek gue nggak? 50 cent
: Siapa? Adek Lu siapa? Puff Diddy : Ni.
Missy Elliot : Yang mana? Puff Diddy : Udah tau?
50 cent
: Saya kurang tau. Udah bodo amat, pulang dari sini deh
30OVJTrans72 Februari 2010 Pada percakapan [19] terdapat pelanggaran terhadap maksim simpati,
khususnya submaksim pertama karena memaksimalkan rasa antipati kepada
orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan 50 Cent “Saya kurang tau. Udah bodo amat, pulang dari sini deh
”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena penutur menyatakan tentang sesuatu, bahwa dia tidak tahu
tentang apa yang sedang ditanyakan oleh petutur. Berdasarkan tuturan tersebut, dapat dilihat bahwa penutur sama sekali
tidak mengurangi rasa antipati kepada petutur. Petutur sedang kehilangan adiknya, seharusnya penutur dapat membantunya atau paling tidak
mengurangi rasa antipati kepadanya. Melalui tuturan tersebut terlihat bahwa penutur justru meningkatkan antipati kepada petutur, penutur sama sekali
tidak bersimpati walaupun petutur sedang kesusahan kehilangan adiknya. Tuturan
“Saya kurang tau. Udah bodo amat, pulang dari sini deh”
menunjukkan bahwa penutur tidak mau tahu dengan urusan petutur. Rasa antipati penutur lebih terlihat, karena petutur sedang kesusahan dan penutur
justru mengusirnya dan sama sekali tidak memperhatikan kesusahan petutur. Hal tersebut sangat bertentangan dengan submaksim pertama maksim simpati,
yang seharusnya mengurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin.
commit to user 60
Contoh lain pelanggaran terhadap maksim simpati dapat dilihat pada percakapan berikut.
[20] Latar : Tepi pantai
Peserta : Bundo dan Dalang Tujuan : Mengeluh bagi Bundo
Kunci : Santai
Percakapan: Bundo
: Nasib saya kok jelek banget? Dalang
: Dari dulu. Ampe tiga kali kan Nung. Berarti jelek.
60OVJTrans73 Februari 2010 Pada percakapan [20] terdapat pelanggaran terhadap maksim simpati,
khususnya terhadap submaksim kedua karena meminimalkan rasa simpati kepada orang lain. Pelanggaran maksim simpati terlihat pada tuturan Dalang,
“Dari dulu. Ampe tiga kali kan Nung. Berarti jelek.”. Tuturan tersebut
termasuk tindak tutur asertif, karena penutur menyatakan pendapatnya tentang sesuatu.
Bundo sedang mengeluh tentang nasibnya yang dirasanya buruk.
Kemudian Dalang menanggapinya dengan menuturkan “Dari dulu. Ampe tiga kali kan Nung. Berarti jelek.
”. Tuturan Dalang tersebut menunjukkan bahwa dia tidak memiliki rasa simpati kepada Bundo. Penutur Dalang tidak
sedikit pun bersimpati kepada Bundo, dan justru meng-iya-kan keluhan Bundo. Sangat kelihatan bahwa penutur tidak berniat untuk bersimpati kepada
Bundo atas keluhannya, dan menuturkan sesuatu yang justru sama dengan yang dikeluhkan Bundo. Tuturan yang diujarkan oleh Dalang tersebut
bertentangang dengan submaksim kedua maksim simpati, yang seharusnya meningkatkan rasa simpati kepada orang lain.
Pelanggaran terhadap maksim simpati juga terdapat pada percakapan berikut.
commit to user 61
[21] Latar : Pinggir jalan
Peserta : Amel dan Miun Tujuan : Memberitahukan bagi Amel
Kunci : Santai
Percakapan: Amel
: Kang, mau kasih kabar. Temen Akang yang kemaren jajan jagung di tempat saya teh meninggal.
Miun : Bagus.
87OVJTrans75 Februari 2010
Pada percakapan [21] terdapat pelanggaran terhadap maksim simpati, terutama terhadap submaksim kedua karena penutur tidak bersimpati kepada
orang lain. Pelanggaran maksim simpati terlihat pada tuturan Miun, “Bagus”.
Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena penutur menyatakan sesuatu.
Amel memberikan kabar kepada Miun bahwa temannya telah meninggal. Mendengar kabar tersebut, bukannya bersimpati Miun justru
menuturkan “Bagus”. Seseorang jika mendengar berita bahwa ada orang yang
meninggal seharusnya bersimpati, apalagi yang meninggal itu adalah temannya. Akan tetapi, hal sebaliknyalah yang dilakukan oleh Miun. Miun
justru menganggap kematian temannya itu sebagai berita yang bagus. Hal tersebut sangat bertentangan dengan submaksim kedua maksim simpati, yang
seharusnya meningkatkan rasa simpati kepada orang lain. Pelanggaran yang dilakukan terhadap maksim simpati meliputi dua
macam, yaitu terhadap submaksim pertama dan terhadap submaksim kedua. Data yang menunjukkan pelanggaran maksim simpati submaksim pertama
ialah data nomor 30, 104, dan 115. Ketiga data tersebut sama-sama menunjukkan bahwa penutur memiliki rasa antipati dengan orang kedua.
commit to user 62
Ditemukan juga pelanggaran terhadap maksim simpati submaksim kedua, yaitu pada data nomor 4, 13, 29, 49, 60, 86, 87, dan 117. Data nomor 4, 13,
29, 49, dan 60 menunjukkan bahwa penuturnya tidak bersimpati atas apa yang terjadi kepada orang kedua, sedangkan pada data nomor 86, 87, dan 117
menunjukkan bahwa penutur tidak bersimpati kepada orang ketiga.
7. Maksim Pertimbangan