3. Semakin tinggi prosentase pemakaian resin semakin baik kekuatan tariknya
yakni prosentase resin diatas 60. 4.
Pemakaian blowing agent diatas 20 didapat hasil sebaran gelembung yang relatif tidak seragam dan tidak merata.
Berdasarkan penelitian tersebut variasi campuran pada tabel 2.3 yaitu nomor 1, nomor 5 dan nomor 8 adalah baik diaplikasikan, tetapi yang lebih baik adalah variasi
campuran nomor 1.
2.5. Pengujian Stabilitas Struktur Kerucut Lalu Lintas
Pengujian Stabilitas Struktur Kerucut Lalu Lintas dengan menggunakan prinsip uji impak, merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan
terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan.
Pengujian struktur kerucut lalu lintas bertujuan untuk mengumpulkan data energi impak minimum. Pengujian impak merupakan suatu
upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam
perlengkapan transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara
perlahan- lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada
saat terjadinya tumbukan kecelakaan.
Skematik pengujian stabilitas struktur ditunjukkan pada Gbr. 2.11.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11 Skematik pengujian struktur kerucut lalu lintas
Sebuah bola beton dengan massa m tertentu dijatuhkan mengenai kerucut lalu lintas. Bola beton tersebut digantungkan pada seutas kawat dengan panjang L
tertentu. Bola beton dilepas dari keadaan diam pada sudut kemiringan θ terhadap
arah vertikal. Maka gaya gaya yang bekerja pada sistem tersebut adalah gaya gravitasi g dan tegangan tali T. Prinsip pengujian kerucut lalu lintas diperlihatkan
pada gambar 2.12. Hubungan aksi reaksi antara bola beton dengan tali baja pada posisi
θ adalah:
m.g θ
T.cos =
2.1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.12 Prinsip pengujian struktur
kerucut lalu lintas Beban berada pada ketinggian h dari dasar ayunan. Pada kondisi awal, beban
dalam keadaan diam dan energi kinetik bernilai nol sedangkan energi potensial sistem adalah:
m.g.h E
p
= 2.2
Jadi, energi total awal dari sistem adalah:
mgh p
k Ta
E +
= +
= E
E
2.3 Pada saat bandul berayun turun, maka energi yang tersedia berasal dari energi kinetik,
karna energi potensial bernilai 0. Sehingga Energi akhir pada dasar ayunan menjadi: θ
o
L.cos
θ
h = L - L.cos
θ
L
T
m.g
Universitas Sumatera Utara
2 2
k T1
mv 2
1 mv
2 1
E =
+ =
+ =
p
E E
2.4 Selanjutnya berdasarkan kekekalan energi, maka:
2.5
2 2
1
m.v =
mgh 2.6
Jarak h bila dihubungkan dengan θ
dan panjang bandul L ialah: h = L – L.cos
θ = L1 – cosθ 2.7
Sehingga kelajuan di dasar bandul dapat diperoleh dari:
[ ]
2 1
cos θ
2gL1 2gh
v −
= =
2.8 Atau dapat juga dihitung dengan:
v = 2.9
Kesetimbangan gaya pada gambar 2.12 diperlihatkan pada gambar 2.13, dengan asumsi jenis bandul adalah bandul matematis massa tali diabaikan.
Gambar 2.13 Kesetimbangan gaya pada bandul ketika terjadi impak
Universitas Sumatera Utara
Bola beton memiliki arah pergerakan sentrifugal terhadap titik pusat ayunan seperti diperlihatkan pada Gambar 2.13. Berdasarkan kesetimbangan gaya tersebut diketahui
bahwa gaya bandul F yang mengenai kerucut adalah: F = m.g.sin
2.10 Dengan demikian momen yang terjadi pada kerucut lalulintas akibat gaya yang
dihasilkan oleh bola beton ialah: M = F.h1
M = m.g.h1.sin θ
2.11
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu