Bentuk-bentuk solidaritas sosial masyarakat Desa Siman dalam merayakan
53 sebuah halangan bagi mereka, biaya bukanlah suatu permasalahan dan hambatan
untuk berkontribusi maksimal dalam pelaksanakan acara haul tersebut. Seperti yang sudah penulis utarakan sebelumnya mengenai rangkaian
acara tradis Haul KH.Abdul Fattah diantaranya yaitu adanya pembacaan al- Qur’an secara bil ghoib hafalan yang dibaca oleh para pembaca dari pesantren
yang diadakan di masjid Desa Siman yang di situ juga terdapat makamnya almarhum KH. Abdul Fattah. Dalam pembacaan al-
Qur’an yang selama satu minggu itu para pembaca mandapatkan konsumsi berupa makanan dan minuman,
konsumsi ini didapatkan dari swadaya masyarakat warga Desa Siman yang dengan inisiatif sendiri ingin menyumbang atau memberikan makanan dan
minuman untuk para pembaca al- Qur’ an itu. Seperti yang diutarakan oleh ibu
Asmaiyah selaku warga yang ikut menyumbang makanan dan minuman tersebut:
“saya dan ibu-ibu yang lain biasanya iuran untuk membeli makanan dan minuman, biasanya ya dibuat nasi bungkus dan beli aqua air mineral, ya
istilahnya untuk membelajari kami untuk ingat dengan orang tua, ndak seberapa rupiahnya, seratus dua ratus ndak masalah, yang penting
membelajari kami untuk ingat orang tua kita, ingat mbah Fattah. Ya sebagai bentuk solidaritas kita itu yang penting, kita rupakan dalam
bentuk itu.” Wawancara pribadi pada tanggal 20 Agustus 2013
Apa yang dilakukan oleh ibu Asmaiyah dan para ibu-ibu yang lain itu tak
lain adalah sebagai wujud sebuah pengorbanan tanpa pamrih tanpa memandang seberapa besar nilai materi yang dikeluarkan untuk sebuah pengorbanan, mereka
melakukan itu semata-mata untuk sebuah pelajaran hidup, sebuah pelajaran bahwa mengingat jasa orang tua atau dalam hal ini sosok almarhum KH. Abdul Fattah
yang sudah dianggap sebagai orang tua yang sudah seharusnya menjadi teladan dan dihormati. Bagi mereka dengan melakukan iuran yang kemudian dijadikan
sebuah sumbangan berbentuk makanan dan minuman yang diberikan kepada para
54 pembaca alqur’an dalam rangka haul KH. Abdul Fattah tersebut adalah sebuah
perwujudan sebuah bentuk solidaritas yang didasarkan dari rasa cinta dan rasa hormat terhadap almarhum KH. Abdul Fattah.
Sudah nampak jelas bahwa tradisi Haul KH. Abdul Fattah mempunyai pengaruh yang sangat positif bagi masyarakat Desa Siman.Entah itu pengaruh
secara emosional, secara keagamaan maupun dari sisi kemasyarakatan, baik itu secara individu maupun kelompok.Mereka rela mengesampingkan ego maupun
kepentingan pribadi
demi terwujudnya
sebuah solidaritas
dalam masyarakat.mereka dengan loyal dan totalitas tinggi dengan semangat rasa saling
membantu, saling berbagi, saling peduli, dan bekerja sama yang di ikat oleh ikatan emosional yang kuat melalui tradisi Haul KH. Abdul Fattah.
Emile Durkheim menyebutkan salah satu bentuk solidaritas sosial adalah solidaritas mekanik, bahwa solidaritas yang
didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan
sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama. solidaritas jenis ini bergantung pada individu-individu yang mempunyai sifat yang
sama, yang menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama pula. Ciri khas dari solidaritas ini didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam
kepercayaan, sentimen, dan sebagainya Johnson, 1986:183. Dengan demikian Solidaritas yang terjadi pada masyarakat Desa Siman
tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Durkheim tentang solidaritas mekanik, bahwa masyarakat disatukan oleh suatu kesadaran bersama tentang suatu
55 kepercayaan, perasaan-perasaan, dan sebagainya tentang satu yang diyakini yang
yang menjadikan hal itu menjadi sarana terbentuknya sebuah solidaritas sosial. Dalam masyarakat Desa Siman pelestarian suatu budaya atau kebiasaan-
kebiasaan yang ada dalam masyarakat adalah suatu keharusan. Selama kebiasaan- kebiasaan itu masih mempunyai nilai yang positif dan dapat diterima di
masyarakat. Masyarakat Desa Siman mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang bersifat kontinyu dan masih terpelihara dengan baik sampai sekarang.
Salah satu kebiasaan atau tradisi dalam masyarakat Desa Siman menyebutnya dengan istilah Rewang atau Pelandang. Istilah ini merujuk pada
situasi dimana para individu tersebut saling membantu satu sama lain dalam hal tenaga dan waktu tanpa adanya keharusan untuk memberi upah. Situasi ini
biasanya terjadi jika ada salah satu masyarakat Desa Siman sedang mempunyai hajatatau acara. Apabila ada salah satu masyarakat Desa Siman sedang
mempunyai acara kawinan, sunatan, atau yang lainnya,para individu tidak sungkan-sungkan atau dengan rela memberikan tenaganya untuk membantu yang
mempunyai acara tersebut. Misalnya, ikut membantu memasak, membantu menyiapkan segala macam keperluan untuk acara tersebut, atau juga ikut
membantu menyuguhkan makanan dan minuman bagi para tamu undangan acara tersebut. Ketika para individu melakukan Rewang atau pelandang ini biasanya
bisa berlangsung berhari-hari tergantung yang mempunyai acara tersebut akan akan mengadakan acara tersebut berapa lamadan ketika melakukan Rewang atau
Pelandang ini tidak hanya ketika waktu hari acara saja tapi juga mulai dari
56 persiapan acara, waktu acara, dan sampai selesai acara. Tradisi ini berlaku bagi
siapa saja baik itu laki-laki maupun perempuan. Selain Rewang atau Pelandang ada lagi tradisi dalam masyarakat Desa
Siman yaitu tradisi Buwoh. Dalam tradisi ini masyarakat Desa Siman saling memberi makanan ketika ada salah satu warga yang mempunyai acara. Misalnya
pernikahan, sunatan, atau selametan. Tradisi ini hanya dilakukan oleh para perempuan saja. Biasanya mereka saling memberi makanan itu terjadi satu hari
sebelum acara. Ketika saling memberi itu adakalanya tidak selalu dalam bentuk makanan matang tapi juga terkadang berbentuk bahan mentahan. Misalnya
memberi beras, gula, atau bahan-bahan mentah lainnya. Tradisi ini sudah berlangsung sejak dari dulu, hingga saat ini tradisi masih berlangsung dan
terpelihara dengan baik. Partisipasi warga masyarakat Desa Siman untuk membantu warga lain
secara suka rela sangat tinggi, apa yang melatarbelakangi masyarakat melakukan hal itu adalah karena adanya kesamaan-kesamaan. Dalam hal ini mereka
melakukannya karena adanya kesamaan hidup bersama yang lama dalam satu wilayah tempat tinggal, kesamaan saling mengenal yang lama diantara mereka,
jadi kebersamaan itu tumbuh diantara mereka. Solidaritas sosial masyarakat desa siman terjadi juga tidak hanya karena hubungan antara murid dan guru tetapi
sebagi warga mereka juga saling memberikan bantuan sebagai sebuah wujud solidaritas sosial.
57