Pacaran dan Kesehatan Reproduksi

remaja yang menginap di hotel adalah hal yang biasa, sehingga tidak ditanyakan akte nikah. 5.5.e Kurangnya Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi pada remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi tabu di bicarakan dengan anak remaja. Sehingga seluran informasi yang benar tentang kesahatan reproduksi menjadi sangat kurang.

5.2 Pacaran dan Kesehatan Reproduksi

Masalah pacaran, yang merupakan peristiwa interaksi asmara antara dua atau lebih individu yang umumnya sosok remaja, meski tidak menutup kemungkinan dilakoni orang tua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, kata dasar pacar memiliki arti teman lawan jenis yang tetap dan memiliki hubungan berdasarkan cinta kasih. Berarti, sebuah hubungan asmara yang tidak memenuhi definisi tersebut tidak bisa dikatakan pacaran. Dan, jika mengacu ke batasan tersebut, pacaran itu sudah mengandung nilai-nilai yang sehat karena dilakukan dengan lawan jenis yang tetap. Pacaran dan kesehatan reproduksi memiliki hubungan yang erat. Ini disebabkan pacaranlah merupakan langkah paling awal persiapan manusia ke arah reproduksi atau menuju lahirnya manusia-manusia baru yang tentu harapan kita akan lebih baik secara kualitas dibandingkan pendahulunya. Kesehatan reproduksi, baik pada pria maupun wanita, memegang peran yang sangat penting untuk perkembangan ras manusia menjadi lebih baik, sehingga sangat penting juga menjaga organ reproduksi tetap sehat dan menghindari sikap serta perilaku yang bisa menimbulkan gangguan terhadap sistem reproduksi kita. Penyebab utama gangguan sistem reproduksi adalah penyakit menular seksual PMS, di samping penyebab lain seperti aborsi dengan berbagai komplikasinya. Pengobatan terhadap infeksi-infeksi pada organ reproduksi sering tidak adekuat karena keengganan datang ke dokter ahli atau melakukan terapi sendiri yang tidak tepat sehingga malah meningkatkan resistensi daya tahan kuman terhadap pengobatan. Keadaan tersebut bisa menimbulkan cacat menetap pada organ reproduksi dan menimbulkan dampak jangka panjang yang sulit disembuhkan. Sekarang coba lihat perilaku pergaulan remaja kita. Tanpa bermaksud menyamaratakan, cukup sering muncul pemberitaan di media massa betapa remaja pria senang mencari pekerja seks komersial, tanpa mempertimbangkan dampak buruknya dan hanya mencari kenikmatan sesaat. Hubungan seks yang tidak aman ini akan bisa menyebarkan penyakit menular seksual terhadap lawan jenisnya. Dan, di pihak wanita, sering penyakit menular seksual ini tanpa gejala klinis yang jelas sehingga terjadi perjalanan infeksi yang bersifat kronis dan ketika ketahuan sudah pada stadium yang berat. Belum lagi kalau individu pengidap tersebut memiliki banyak partner, maka akan terjadi penyebaran penyakit yang susah ditanggulangi. Maka dari itu amat sangat penting untuk merekonstruksikan makna pacaran di kalangan remaja. Di dalam hubungan tersebut terkandung nilai-nilai positif seperti kepedulian terhadap pasangan, tanggung jawab terhadap masa depan bersama, saling menghormati, dan menjaga satu sama lain. Itulah cinta, bukan nafsu semata yang membuat hubungan menjadi egosentris, tidak mempertimbangkan nilai-nilai susila, dan berdampak buruk bagi kelanjutan hubungan tersebut. Berbicara dan membahas mengenai pengaruh seks pranikah terhadap kesehatan reproduksi. Seperti yang kita ketahui seks bebas adalah bebas melakukan hubungan seks. Dapat tertularnya penyakit-penyakit seksual yang ditularkan melalui hubungan seksual yang dapat mengganggu kesehatan reproduksi serta dapat menyebabkan kematian. Pada masa remaja labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif, bahkan perbuatan nekad. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu yang sifatnya eksperimen dan eksploratif. Pada masa ini banyak terjadi kenakalan remaja akibat tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka seperti kebutuhan akan prestasi, komformitas, kebutuhan yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, kebutuhan akan identitas diri, dan kebutuhan seksual.

5.3 Masalah Reproduksi Seksual