terkandung nilai-nilai positif seperti kepedulian terhadap pasangan, tanggung jawab terhadap masa depan bersama, saling menghormati, dan menjaga satu sama lain.
Itulah cinta, bukan nafsu semata yang membuat hubungan menjadi egosentris, tidak mempertimbangkan nilai-nilai susila, dan berdampak buruk bagi kelanjutan
hubungan tersebut. Berbicara dan membahas mengenai pengaruh seks pranikah terhadap
kesehatan reproduksi. Seperti yang kita ketahui seks bebas adalah bebas melakukan hubungan seks. Dapat tertularnya penyakit-penyakit seksual yang ditularkan melalui
hubungan seksual yang dapat mengganggu kesehatan reproduksi serta dapat menyebabkan kematian. Pada masa remaja labilnya emosi erat kaitannya dengan
perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif, bahkan perbuatan nekad. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka
mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu yang sifatnya eksperimen dan eksploratif. Pada masa ini banyak terjadi kenakalan remaja akibat
tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka seperti kebutuhan akan prestasi, komformitas, kebutuhan yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, kebutuhan
akan identitas diri, dan kebutuhan seksual.
5.3 Masalah Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual generatif, reproduksi biologis atau reproduksi seksual adalah suatu proses biologis penggunaan seks secara rutin dimana individu organisme
baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan
oleh semua bentuk kehidupan, setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan
dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih
kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, bereproduksi secara aseksual.
Pada reproduksi seksualgeneratif terjadi persatuan dua macam gamet dari dua individu yang berbeda jenis kelaminnya, sehingga terjadi percampuran materi genetik
yang memungkinkan terbentuknya individu baru dengan sifat baru. Pada organisme tingkat tinggi mempunyai dua macam gamet, gamet jantan atau spermatozoa dan
gamet betina atau sel telur, kedua macam gamet tersebut dapat dibedakan baik dari bentuk, ukuran dan kelakuannya, kondisi gamet yang demikian disebut heterogamet.
Peleburan dua macam gamet tersebut disebut singami. Peristiwa singami didahului dengan peristiwa fertilisasi pembuahan yaitu pertemuan sperma dengan sel telur.
Hubungan seksual adalah aktivitas seksual yang merupakan metode dasar yang dilakukan dalam reproduksi manusia. Selama ejakulasi, yang umumnya disertai
dengan orgasme pada pria, serangkaian kontraksi otot mengirimkan air mani yang berisi gamet pria yang dikenal sebagai sel sperma atau spermatozoa ke dalam ruang
vagina. Hubungan seksual itu adalah wajar apabila kedua belah pihak telah memasuki
masa kematangan dalam proses perkembangan hormon penggeraknya masing-masing testosteron pada pria estrogen pada wanita. Hormon adalah protein pintar yg
mampu membangkitkan sensasi rasa tertentu dalam setiap organisme untuk kemudian menyampaikan informasinya itu kepada lembaga-lembaga terkait dalam tubuh yang
mempunyai wewenang untuk memproyeksikan informasi hasrat dari pergerakan hormon ini menjadi sebuah tindakan nyata yang tampak dari luar. Hormon testosteron
akan menghasilkan sel-sel sperma yang apabila telah menapaki masa kematangan, maka sperma ini akan bergejolak di dalam kandung kemih yang mana ekor-ekor dari
setiap sel sperma ini berliuk-liuk menyentuh dinding-dinding kandung kemih tersebut Manuaba, 2009.
Peristiwa ini akan menghasilkan sensasi hasrat untuk melakukan kegiatan seksual dengan lawan jenisnya karena sperma yang telah matang ini secara anatomis
memang harus mengalami proses perjalanan didalam vagina sampai bertemu dengan sel telur yang diproduksi oleh hormon estrogen pada kaum wanita. Masa kematangan
hormon estrogen ini pun akan menghasilkan hasrat seksual secara anatomis karena memang begitulah sistem reproduksi manusia ini bekerja. Perilaku kegiatan seksual
yang terjadi antara kedua belah pihak yang telah mengalami fase kematangan hormon ini merupakan maninfestasi dari informasi yang hormon tadi sampaikan kepada otak
yang selanjutnya otak ini memerintahkan kepada lembaga lembaga terkait yang berwenang dan mampu mewujudkan hasrat tersebut untuk segera merealisasikan
informasi ini. Afsaana menganggap bahwa kehamilan itu terjadi karena pasangan yang
sering melakukan hubungan seksual. Sperma yang dikelurakan laki-laki masuk ke vagina perempuan dan setelah 9 bulan menjadi janin. Anjaana mengatakan bahwa
kehamilan itu itu terjadi karena perempuan tersebut tidak mandul dan perempuan tersebut dalam masa yang subur. Amisha mengatakan bahwa kehamilan itu terjadi
karena sewaktu masa subur laki-laki ejakulasi di dalam vagina perempuan sehingga terbentuklah janin. Bagi mereka kehamilan itu terjadi hanya sejauh sperma yang
masuk ke vagina perempuan, dan parahnya mereka menganggap bahwa sperma bisa membusuk. Sperma yang sudah masuk ke vagina perempuan jika tidak menjadi anak,
sperma itu akan membusuk dan bisa keluar sewaktu buang air besar dan buang air kecil.
Selain itu, ada juga yang melakukan aborsi secara serampangan tanpa melalui dokter. Aborsi yang mereka anggap sebagai jalan pintas untuk menyelesaikan
masalah ini, justru sering memunculkan masalah baru. Infeksi pada alat reproduksi, ketidakmampuan untuk hamil lagi, bahkan kematian adalah risiko-risiko yang dapat
saja muncul karena dilakukannya tindakan aborsi. Belum lagi penyakit menular seksual karena menghisap alat kelamin laki-laki secara langsung tanpa memakai alat
pengaman kondom. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan remaja wanita,
remaja pria lebih cenderung lebih banyak memberikan respons terhadap stimulus seksual. Selain itu, perilaku seksual remaja dan pengetahuan remaja tentang seksual
tampak berbeda antara remaja pria dan wanita. Tak bisa dipungkiri perbedaan itu berasal dari adanya norma seksual berlaku standar ganda dalam masyarakat. Standar
ganda dalam masyarakat menyebabkan remaja pria lebih bebas dalam mengekspresikan diri dan bebas mengkomunikasikan masalah seksual kepada
lingkungan sekitar. Remaja pria biasanya lebih mudah tertarik terhadap masalah seksual, lebih mudah terangsang, dan lebih besar kebutuhan seksualnya dibandingkan
dengan remaja wanita sehingga remaja pria dianggap lebih mempunyai pengetahuan dalam masalah seksual, dibandingkan dengan remaja wanita Christina, 2009.
Fase usia remaja itu merupakan masa dimana manusia sedang mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik secara fisik, psikologis dan sosial.
Perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ-organ tubuh termasuk organ reproduksinya. Secara sosial perkembangan ini ditandai dengan
semakin berkurangnya ketergantungan dengan orang tuanya, sehingga remaja biasanya akan semakin mengenal komunitas luar dengan jalan interaksi sosial yang
dilakukannya di sekolah, pergaulan dengan sebaya maupun masyarakat luas. Pada masa ini pula, ketertarikan dengan lawan jenis juga mulai muncul dan berkembang.
Rasa ketertarikan pada remaja kemudian dimunculkan dalam bentuk berpacaran di antara mereka. Berpacaran berarti upaya untuk mencari seorang teman dekat dan di
dalamnya terdapat hubungan belajar mengkomunikasikan kepada pasangan, membangun kedekatan emosi, dan proses pendewasaan kepribadian. Kemudian
berpacaran biasanya dimulai dengan membuat janji, dating lalu bikin komitment tertentu dan apabila di antara remaja ada kecocokan maka akan dilanjutkan dengan
berpacaran Sarwono, 2007. Saroson 2010 mengatakan bahwa mitos berarti suatu rekaan atau setengah
benar, khususnya bila mitos itu membentuk bagian dari ideologi. Mitos adalah suatu ungkapan yang belum tentu benar, tetapi sudah dianggap atau diyakini benar oleh
masyarakat. Kita menerima opini yang turun menurun itu sebagai suatu paten dan sudah tidak bisa dikompromi apalagi diubah.
Berikut ini adalah sebagian mitos yang banyak beredar di sekitar kita dan mungkin juga menjadi pendapat kita selama ini.
1. Mitos lain seputar pencegah kehamilan menyebutkan jika wanita melompat-
lompat beberapa menit setelah berhubungan, kemudian membersihkan liang vagina dengan air akan membuat sperma gagal membuahi sel telur. Ini mitos,
sebab tidak bisa dipastikan apakah sperma berhasil atau gagal. Dari jutaan sel sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi dan jika ada satu yang berhasil
membuahi sel telur maka akan terjadi kehamilan. Selain itu ketika sperma sudah memasuki vagina, maka sperma akan mencari sel telur yang telah
matang untuk dibuahi. Loncat-loncat tidak akan mengeluarkan sperma. Jadi, tetap ada kemungkinan untuk terjadinya pembuahan atau kehamilan. Tetapi
cara ini adalah yang paling sering dilakukan remaja, karena dianggap bisa mencegah kehamilan dan beredarnya opini bahwa memang itu adalah cara
yang paling ampuh. 2.
Dorongan seksual laki-laki lebih besar daripada perempuan. Faktanya, dorongan seksual merupakan hal yang alamiah muncul pada setiap individu
pada umumnya sejak ia menginjak masa pubertas akibat berfungsinya hormone seksual. Faktor yang mempengaruhi dorongan seksual antara lain :
kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual. Dorongan seksual perempuan terkesan lebih kecil dibanding laki-laki karena lingkungan
menganggap perempuan yang mengekspresikan dorongan seksualnya adalah perempuan yang “kurang baik” sementara laki-laki tidak masalah. Oleh
karena itu, perempuan lebih terbiasa menahan dorongan seksualnya. 3.
Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta. Faktanya, berhubungan seks bukan merupakan cara menunjukkan kasih sayang pada
saat masih pacaran, melainkan lebih sering disebabkan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa
sayang kita dengan pacar bisa ditunjukkan dengan cara lain. Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling
mengenal satu dengan yang lain. Pacaran pastinya memiliki efek dan bias terhadap kehidupan masing-masing. baik secara positif ataupun negatif tergantung bagaimana
cara menjalaninya. Selama pacaran dilakukan dalam batas-batas yang benar, pacaran dapat mendatangkan banyak hal positif Saumiman, 2005.
Secara biologis, masa remaja merupakan masa perkembangan dari kematangan seksual. Tanpa disadari, pacaran mempengaruhi kehidupan seksual
seseorang. Kedekatan secara fisik bisa memicu keinginan untuk melakukan kontak fisik yang merupakan insting dasar setiap organisme. Apabila diteruskan dapat
menjadi tidak terkontrol. Jadi, dalam berpacaran kita harus saling menjaga untuk tak melakukan hal-hal yang berisiko terhadap perkembangan fisik dan mental remaja,
salah satunya adalah perilaku seksual. Oleh karena itu, pengendalian diri dalam berpacaran tentunya sangat diperlukan.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN