Kajian Awal PU L P dari Kulit Buah Kakao Dengan M etode Organosolv
12
Laporan Hasil Penelitian
2. Proses Semi Kimia Semi Chemical process
Proses semi kimia merupakan kombinasi dari proses mekanis dan kimia. Serpih kayu atau tanaman berserat lainnya terlebih dahulu dilunakkan
sebagian dengan bahan kimia kemudian diikuti dengan aksi mekanis.
3. Proses Kimia Chemical Process
Proses pembuatan pulp kimia adalah dengan mendegradasi lignin yang mengikat serat sellulosa satu sama lain menjadi molekul yang lebih kecil
yang dapat larut sebagai lindi hitam. Serat yang dihasilkan lebih utuh dan panjang, lebih fleksibel dan lebih kuat dari pada pulp mekanis. Formasi
lembaran pulp kimia lebih baik, lebih teratur, lebih rata, dan lebih kompak daripada lembaran pulp mekanis. Macam – macam proses pembuatan pulp
secara kimia :
a. Proses Sulfat
kraft
Merupakan proses pemasakan dengan metode proses basa. Larutan perebusan yang digunakan adalah 5,86 NaOH, 17,1 Na
2
S dan 14,3 Na
2
CO
3
. Proses ini disebut juga dengan proses Kraft. Hasil pulp relatif baik daya tariknya, tetapi warna kurang baik sehingga sulit untuk
diputihkan Austin G. 1988.
b. Proses Sulfit
Merupakan proses pemasakan dengan metode asam. Bahan baku dalam proses ini adalah kayu lunak. Larutan perebus yang digunakan
adalah 7 berat SO
2
, 4,5 H
2
SO
4
, MgH
2
SO
3 2
dan 2,5 berat CaHSO
3 2
. Proses pemasakan dijalankan pada suhu 125 – 160
o
C, tekanan 70 – 90 Psi dan waktu 7 – 12 jam. Stephenson, 1979.
PULP yang dihasilkan berwarna keruh, tetapi mudah dipucatkan. Kerugian yang timbul adalah larutan pemasak menggunakan bahan dasar
kation Calsium, yang akan mempersulit dalam mengambilnya. Calsium akan menyebabkan kerak pada alat – alat pemasak Austin G. 1988.
c. Proses Soda
Merupakan proses pemasakan dengan metode proses basa. Larutan perebus yang digunakan adalah NaOH. Proses ini sangat cocok digunakan
Kajian Awal PU L P dari Kulit Buah Kakao Dengan M etode Organosolv
13
Laporan Hasil Penelitian untuk bahan baku non – kayu. Pada proses Soda proses lebih
menguntungkan dari segi teknis dan ekonomis dibandingkan dengan menggunakan proses lain, karena tidak membuat limbah yang begitu
berbahaya di lingkungan sekitar Sugesty S Tjahjono T, 1997.
d. Proses Nitrat
Penggunaan asam nitrat sebagai larutan pemasak telah mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun dan terus dikembangkan. Pada proses ini
bahan baku direbus dengan HNO
3
dalam pemanas air. Bahan yang sudah diolah direbus lagi dengan NaOH 2 berat selama 45 menit untuk
melarutkan lignin yang rusak. Proses yang pernah dilakukan digunakan HNO
3
0,52 - 0,54 berat selama 0,5 – 3,5 jam dan larutan soda api 2 berat dengan waktu perebusan 45 menit, suhu 98º C Agra Warnijati,
1974.
e. Proses Organosolv
Pembuatan pulp menggunakan proses sulfat telah lama dikenal dan masih dipergunakan sampai sekarang dan delignifikasi yang terjadi kurang
sempurna, karena masih adanya ikatan lignin yang tidak dapat diputuskan sehingga tidak dapat larut dalam lindi hitam. Hasil pulp relatif baik daya
tariknya, tetapi warna kurang baik sehingga sulit untuk diputihkan Austin G. 1988.
Pembuatan pulp dengan proses soda menghasilkan pulp dengan kualitas rendah karena proses delignifikasinya tidak sempurna. Salah satu
cara untuk mengatasi masalah tersebut ialah penambahan pelarut organik berupa Alkohol, yang disebut dengan proses organosolv. Proses ini
didasarkan pada perbedaan kelarutan komponen utama bahan baku pulp, dimana lignin larut dalam pelarut organik dan karbohidrat larut dalam air,
sedangkan sellulosa tidak larut dalam keduanya. Sehingga dengan penambahan pelarut organik dan air, sellulosa dapat dipisahkan dari
komponen lainnya. Penggunaan pelarut Organik dimaksudkan untuk mengurangi tegangan permukaan dalam larutan pemasak dan pada suhu
tinggi mempercepat penetrasi ke dalam.
Kajian Awal PU L P dari Kulit Buah Kakao Dengan M etode Organosolv
14
Laporan Hasil Penelitian Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan
menggunakan bahan kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Proses ini telah terbukti memberikan
dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.
Dengan menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi.
Hal ini karena proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang lindi
hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap lingkungan, karena menghasilkan limbah
yang bersifat ramah lingkungan. Penelitian mengenai penggunaan bahan kimia organik sebagai bahan
pemasak dalam proses pulping sebenarnya telah lama dilakukan. Ada berbagai macam jenis proses organosolv, namun yang telah berkembang
pesat pada saat ini adalah proses alcell alcohol cellulose yaitu proses pulping dengan menggunakan bahan kimia pemasak alkohol, proses
acetocell menggunakan asam asetat, dan proses organocell menggunakan metanol.
Proses alcell telah memasuki tahap pabrik percontohan di beberapa negara misalnya di Kanada dan Amerika Serikat, sedangkan proses
acetocell mulai diterapkan dalam beberapa pabrik di Jerman pada tahun 1990-an. Proses alcell yang telah beroperasi dalam skala pabrik di New
Brunswick Kanada terbukti mampu manghasilkan pulp dengan kekuatan setara pulp kraft, rendemen tinggi, dan sifat pendauran bahan kimia yang
sangat baik. Seorang peneliti, Sri Hidayati, S.T.P., M.P. Lembaga penelitian
Unila telah meneliti Ampas tebu limbah lignoselulosa yang dihasilkan oleh pabrik gula, dengan proses Acetocell, menggunakan suhu pemasakan
160°C diperoleh pada perlakuan dengan konsentrasi larutan pemasak asam asetat 80 vv dan rasio larutan pemasak : ampas tebu, 8:1 dengan
Kajian Awal PU L P dari Kulit Buah Kakao Dengan M etode Organosolv
15
Laporan Hasil Penelitian rendemen 57,36, kadar selulosa 59,23, hemiselulosa 15,68, kadar
lignin 19,74 dan bilangan kappa 26,63. http:pembuatanpulpacetocellunila.blogspot.com200906mempelajari-
pembuatan-pulp-acetocell.html. Artati, Enny kriswiyanti ST. ,Penelitian ini mempelajari tentang
proses organosolv pada delignifikasi enceng gondok menggunakan 2 pelarut etanol dan asam asetat. Pada penelitian ini, Batang enceng gondok
dilakukan pengadukan dengan kecepatan 900 rpm. Perbandingan berat sampel dan volume larutan pemasak 1gram : 10 ml. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa kondisi optimum proses delignifikasi dengan menggunakan larutan pemasak etanol 40 pada pH larutan 2 dan waktu
pemasakan 2 jam dengan kadar selulosa 69 , untuk larutan pemasak asam asetat 50 pada penambahan katalis 20 ml dan waktu pemasakan
juga 2 jam dan kadar selulosa 50. http:sirine.uns.ac.idpenelitian.php?act=detailidp=347judul=Delignif
ikasi20Enceng20Gondok20dengan20Proses20Organosolv.
2.4. Bahan Pendukung