Kajian Awal PU L P dari Kulit Buah Kakao Dengan M etode Organosolv
3
Laporan Hasil Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
Sejak zaman dahulu manusia telah mengenal tiga macam alat komunikasi, yaitu berbicara, menggambar dan menulis. Sebagai media tulis yang
tertua adalah batu. Pada tahun 3000 SM, mulai diperkenalkan sebuah alat tulis berbentuk lembaran – lembaran yang dibuat dengan menyatukan bagian – bagian
tipis dari bambu Mesir yang disebut dengan pipirus. Pada tahun 250 SM, Meng Teen dari Cina membuat bulu – bulu
unta menjadi semacam kain dan digunakan sebagai alat untuk menulis. Pada tahun 105 SM, Tsui lau dari Cina membuat lembaran – lembaran tipis dari kayu rame
dan kulit kayu. Rame dan kulit kayu ini ditumbuk dengan abu sehingga menjadi semacam bubur dan kemudian dikenal sebagai pulp. Bubur ini kemudian
dikeringkan dalam bentuk lembaran – lembaran tipis yang dikenal dengan kertas. Cara ini kemudian meluas ke Korea dan Jepang pada tahun 610 Masehi, kemudian
ke Asia Tengah, Persia, Mesir dan Eropa 1150 M. Pada tahun 1805, J. Bromah Inggris memperkenalkan model
kertas baru berbentuk silinder Vat machine. Oleh karena itu sampai sekarang dikenal sebagai mesin silinder. Dengan ditemukannya cara membuat kertas yang
efisien, maka proses pembuatan pulp mengalami perkembangan. Pada tahun 1840, Frededrick Cotilich mendukung percobaan dengan membuat mesin pembuat pulp
secara mekanis dan kemudian diproduksi secara comercial oleh Heinric Voelter 1849. Tetapi proses pembuatan pulp mekanis ini tidak memberikan banyak
kepuasan, karena disamping sukar diputihkan juga kekuatannya sangat rendah. Pada tahun 1851, Burgess dan Watt Inggris mencoba membuat pulp kayu
dengan menggunaan soda, ternyata pulp yang dihasilkan baik dan dapat diputihkan. Tetapi penemuan Burgess ini tidak mendapatkan pasaran di Inggris
dan ia pergi ke Amerika. Kemudian pada tahun 1854 ia mendirikan sebuah pabrik kertas kecil dengan menggunakan proses tersebut.
Kajian Awal PU L P dari Kulit Buah Kakao Dengan M etode Organosolv
4
Laporan Hasil Penelitian Pada tahun 1867, Benyamin Chef Tilgham mencoba membuat
pulp dengan menggunakan proses sulfit, ternyata pulp mempunyai rendemen yang tinggi dan warnanya lebih cerah. Tahun 1874, berdiri sebuah pabrik kertas
pertama menggunakan proses sulfit di Swedia. Bahan kimia yang digunakan adalah Magnesian Bisulfit Mg HS
3 2
. Pada tahun 1884, Dahl Jerman mencoba pulp dengan lebih baik.
Proses ini menggunakan perbaikan dari proses soda. Proses ini dikenal dengan proses Sulfat atau kraft. Sesuai dengan namanya kraft yang berarti kuat, maka
pulp yang dihasilkan mempunyai kekuatan yang sangat tinggi dibandingkan dengan proses lainnya. Pembuatan pulp dengan proses kimia memberikan
rendemen yang sangat rendah meskipun sifat – sifat kertas sangat baik. Untuk memperoleh rendemen yang sangat tinggi tetapi mempunyai sifat yang cukup baik
telah dicoba dengan berbagai cara. Proses ini mulai berkembang pada tahun 1926 dan dikenal dengan proses semi kimia.
Proses kraft diakui mempunyai banyak segi positif, antara lain mampu mengolah semua jenis bahan baku dengan berbagai macam kualitas dan
dapat menghasilkan pulp dengan kualitas yang sangat prima. Di lain pihak, proses convencional ini juga mempunyai beberapa kelemahan, salah satunya adalah
konstribusi terhadap pencemaran lingkungan. Tuntutan masyarakat akan teknologi bersih semakin meningkat,
baik di tingkat nasional maupun internasional, tentu saja tidak bisa diakomodasikan dengan menggunakan proses kraft. Agar produksi pulp yang
dihasilkan dapat diterima di pasaran, maka harus dilakukan suatu usaha pencarian teknologi alternatif yang lebih aman terhadap lingkungan, yaitu proses
Organosolv.
2.2. Kakao
Kakao Theobroma cacao merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk
olahan yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan perennial berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun
Kajian Awal PU L P dari Kulit Buah Kakao Dengan M etode Organosolv
5
Laporan Hasil Penelitian demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi
dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.
Spillane,james J.Dr.1995. Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh
langsung dari batang cauliflorous. Bunga sempurna berukuran kecil diameter maksimum 3cm, tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga
muncul dari satu titik tunas. Theobroma Cacao dibagi dalam 2 sub spesies. Sub spesies pertama
sering disebut dengan Criollo, sedangkan yang kedua dikenal sebagai Forastero. Criollo dalam bahasa Spanyol berarti pribumi merupakan tipe kakao pilihan
mulia, choice cocoa dalam bahasa Inggris, edel cocoa dalam bahasa Jerman dan buahnya berwarna merah. Forastero dalam bahasa Spanyol berati pendatang
merupakan tipe yang bermutu rendah kakao lindak, coklat jenis curah dalam bahasa Inggris dan buahnya berwarna hijau. Hibrida jenis kedua disebut
Trinitario, yang banyak ditanam dan buahnya kadang-kadang agak hijau atau merah. bentuk buahnya pun ada yang agak bulat dan ada pula yang agak panjang.
Kakao lindak dan hibrida tumbuh di ketinggian dibawah 400 meter dari atas permukaan laut dan mempunyai ciri tambahan, yaitu biji kakaonya besar,
berbuahnya amat cepat, dan aromanya kurang. Sedangkan kakao mulia tumbuh di ketinggian di ats 400 meter diatas permukaan laut, buahnya kecil, kualitasnya
tinggi, dan aromanya bagus Spillane,1995. Delapan negara penghasil kakao terbesar adalah data tahun panen 2005
a. Pantai Gading 38
b. Ghana 19
c. Indonesia 13, sebagian besar kakao curah
d. Nigeria 5
e. Brasil 5
f. Kamerun 5
g. Ekuador 4
h. Malaysia 1
i. Negara-negara lain menghasilkan 9 sisanya.
Kajian Awal PU L P dari Kulit Buah Kakao Dengan M etode Organosolv
6
Laporan Hasil Penelitian
Tabel 2.1. Disio Kakao Kerajaan Plantae
Divisi Magnoliophyta Kelas Magnoliopsida
Ordo Malvales Famili Malvaceae
Sterculiaceae Genus Theobroma
Species T. Cacao
Gambar 2.1. struktur Kakao http:caliban.mpiz-koeln.mpg.dekoehlerKAKAO2.jpg
Kajian Awal PU L P dari Kulit Buah Kakao Dengan M etode Organosolv
7
Laporan Hasil Penelitian Kulit Buah kakaoShel fod Husk merupakan hasil samping limbah
dari agrobisnis pemrosesan biji coklat yang sangat potensial untuk dijadikan salah satu Pulp. Kulit buah coklat adalah kulit bagian terluar yang menyelubungi biji
coklat dengan tekstur kasar, tebal dan agak keras. Kulit buah memiliki 10 alur dengan ketebalan 1 – 2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian dalam
kulit buah, tetapi saat masak biji akan terlepas dari kulit buah. Buah yang masak akan berbunyi bila digoncang
Kulit buah kakao mengandung serat – serat yang dapat diolah. Buah cokelat terdiri atas 74 kulit buah, 2 placenta dan 24
biji. Adapun kandungan gizi kulit buah kakao dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 2.2. Komponen Utama Kulit Buah Kakao. KOMPONEN
Smith Adegbola 1982 Amirroenas 1990
Roesmanto 1991
Bahan kering 84,00 – 90,00
91,33 90,4
Protein kasar 6,00 – 10,00
6,00 6,00
Lemak 0,5 – 1,5
0,9 0,9
Serat kasar 19,00 – 28,00
40,33 31,50
Abu 10,00 – 13,80
14,80 16,40
Kalsium - - 0,67
Pospor - - 0,1
Data Anonimus2001 bahwa Kulit Buah kakao mengandung Bahan Kering 88, Protein Kasar 8 , serat Kasar 40,1 dan TDN 50,8.
Tabel 2.3. Kandungan Dari Kulit Buah Kakao PARAMETER KOMPOSISI
α- Sellulosa 14,583
Lignin 4,315 Kadar Air
10,35 Kadar Abu
2,8
Kajian Awal PU L P dari Kulit Buah Kakao Dengan M etode Organosolv
8
Laporan Hasil Penelitian
2.3. Pulp