ketertiban masyarakat luas, terganggunya hak-hak mendasar hak hidup, dan jatuhnya kewibawaan negara dalam arti banyak upaya menggulingkan
pemerintahan yang sah. Ketentraman dan kedamaian ditengah-tengah masyarakat itu merupakan dambaan semua pihak, baik pemerintah sebagai lembaga yang
menetapkan hukum, maupun masyarakat yang melaksanakannya. Dengan dijatuhkannya pidana terhadap terpidana yang tidak memungkinkan untuk
diperbaiki lagi, maka terhindarlah masyarakat dari gangguan kejahatannya. Pada sisi lain, dengan dieksekusinya terpidana, maka hal itu sekaligus sebagai
penjeraan atau pencegahan dari orang lain, sehingga mereka tidak melakukan kejahatan yang sama. Dengan demikian terwujudlah ketentraman dan kedamaian
masyarakat sebagaimana dikemukakan diatas.
48
2. Kerangka konsepsi.
Atas dasar kerangka teori yang dipaparkan diatas, maka dapat diartikan terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Eksistensi adalah: Keberadaan pengadilan tindak pidana korupsi sebagai satu-
satunya pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana korupsi penjelasan pasal 5 Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009
Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Eksistensi atau keberadaan
49
48
Ibid, hlm. 166.
yang
49
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hlm. 288.
Universitas Sumatera Utara
dimaksud disini adalah wujud yang tampak
50
2. Tindak pidana korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Penjelasan Pasal 6 huruf a Undang-
Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. sebagai produk dari Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi yaitu Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
3. Tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah: Perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dilakukan dengan cara melawan hukum dengan merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. 4.
Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah: serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi,
supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik
50
Burhani MS dan Hasbi Lawrens, Kamus Ilmiah Populer, Jombang: Lintas Media, 2006, hlm. 111. Perhatikan juga Aditya Nagara, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Surabaya: Bintang Usaha
Jaya, 2002, hlm. 124.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5. Pengadilan tindak pidana korupsi merupakan: satu-satunya pengadilan yang
berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana korupsi, tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya adalah tindak pidana
korupsi, danatau tindak pidana yang secara tegas dalam Undang-Undang lain ditentukan sebagai tindak pidana korupsi Pasal 5 Undang-Undang Nomor 46
Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
G. Metode Penelitian