Variabel Y : Pemahaman Unit Kerja C.C.B. van Vlenier exofficio B. van Bijveld exofficio B. Coops S.A. Reitsma B. Coops Ir. J.E.A. van Volsogen Kuhr R. Syamsoerizal Ir. Oekar Bratakoesoemah R. Enoch R. Priatna Kusumah R. Didi Djukardi R. Hidayat Sukarmadid

Indikator X 2 : Isi Pesan Alat Ukur : 1. Gaya pesan 2. Materi Pesan 3. Daya Tarik Indikator X 3 : Media Alat Ukur : 1. Alat Infocus 2. Modul

2. Variabel Y : Pemahaman Unit Kerja

Indikator Y 1 : Aspek Kognitif Alat Ukur : 1. Pengetahuan 2. Kemampuan 3. Pemahaman Indikator Y 2 : Aspek Afektif Alat Ukur : 1. Rasa Senang 2. Penilaian Indikator Y 3 : Aspek Konatif Alat Ukur : 1. Kecenderungan Perilaku 2. Kesedihan Untuk lebih jelasnya, variabel – variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 1.6.1 Operasional Variabel No Variabel Indikator Alat Ukur Jumlah Item Pertanyaan

1. Efektivitas

 Kredibilitas Komunikator 1. Keahlian Sumber 2. Kepercayaan Sumber 4  Isi Pesan 1. Gaya Pesan 2. Materi Pesan 3. Daya Tarik 3  Media 1. Alat Infocus 2. Modul 2 2 Pemahaman  Aspek Kognitif 1. Pengetahuan 2. Kemampuan 3. Pemahaman 3  Aspek Afektif 1. Rasa Senang 2. Penilaian 2  Aspek Konatif 1. Kecenderungan 2 Sumber : Peneliti 2011

1.7 Model Penelitian

Dari uraian sebelumnya, maka peneliti mencoba menyusun dengan model sebagai berikut : Gambar 1.7.1 Model Penelitian Sumber : Peneliti 2011 Ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y yaitu adanya pengaruh Efektivitas Pelatihan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung terhadap Pemahaman Unit Kerja. Perilaku 2. Kesediaan Variabel X Efektivitas  Kredibilitas Komunikator  Isi Pesan  Variabel Y Pemahaman  Aspek Kognitif  Aspek Afektif  Aspek Konatif

1.8 Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan, hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha : Jika Efektivitas Pelatihan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Baik, Maka Pemahaman Unit Kerja baik. Ho : Jika Efektivitas Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Tidak Baik, Maka Pemahaman Unit Kerja Tidak Baik. Selanjutnya hipotesis diatas dijabarkan oleh peneliti menjadi beberapa sub hipotesis, yaitu : Ha 1 : Jika Kredibilitas Komunikator Pelatihan Sosialisasi Undang- Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Baik, Maka Pemahaman Unit Kerja Baik. Ho 1 : Jika Kredibilitas Komunikator Pelatihan Sosialisasi Undang- Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Tidak Baik, Maka Pemahaman Unit Kerja Tidak Baik. Ha 2 : Jika Isi Pesan Yang Disampaikan Pada Pelatihan Sosialisasi Undang- Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Baik, Maka Pemahaman Unit Kerja Baik. Ho 2 : Jika Isi Pesan Yang Disampaikan Pada Pelatihan Sosialisasi Undang- Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Tidak Baik, Pemahaman Unit Kerja Tidak Baik. Ha 3 : Jika Media Yang Digunakan Pada Pelatihan Sosialisasi Undang- Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Baik, Maka Pemahaman Unit Kerja Baik. Ho 3 : Jika Media Yang Digunakan Pada Pelatihan Sosialisasi Undang- Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Tidak Baik, Maka Pemahaman Unit Kerja Tidak Baik. Ha 4 : Jika Efektivitas Pelatihan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Baik, Maka Aspek Kognitif Unit Kerja Baik. Ho 4 : Jika Efektivitas Pelatihan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Tidak Baik, Maka Aspek Kognitif Unit Kerja Tidak Baik. Ha 5 : Jika Efektivitas Pelatihan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Baik, Maka Aspek Afektif Unit Kerja Baik. Ho 5 : Jika Efektivitas Pelatihan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Tidak Baik, Maka Aspek Afektif Unit Kerja Tidak Baik. Ha 6 : Jika Efektivitas Pelatihan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Baik, Maka Aspek Konatif Unit Kerja Baik. Ho 6 : Jika Efektivitas Pelatihan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Tidak Baik, Maka Aspek Konatif Unit Kerja Tidak Baik.

1.9 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan- hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan hubungan antar variabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu- ilmu sosial. Tipe penelitian kuantitatif menurut Sugiono : digunakan dalam meneliti status kelompok manusia, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada waktu tertentu. Sehingga melalui metode ini akan diperoleh data dan informasi tentang gambaran suatu fenomena, fakta, sifat serta hubungan fenomena tertentu secara komperehensif dan integral. Dengan demikian pengulangan dalam penelitian kuantitatif dilakukan dalam rangka mendapatkan konsistensi atau reliabilitas data penelitian yang ada. Sugiono, 2003 : 19. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode survei. Metode survei adalah metode pengumpulan data primer dengan memperoleh secara langsung dari sumber lapangan penelitian. Biasanya pengumpulan data atau informasi dan fakta lapangan secara langsung tersebut melalui koesioner questionnair dan wawancara interview baik secara lisan maupun tertulis yang memerlukan adanya kontak secara tatap muka face to face contact antara peneliti dengan respondennya subjeknya. Ruslan 2008 : 22

1.10 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Angket Angket atau kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, untuk diisi oleh responden. Selain diisi, angket dikembalikan kepetugas atau peneliti. Angket terdiri dari angket langsung tertutup, angket langsung terbuka, angket tak langsung tertutup, angket tak langsung terbuka. Angket langsung tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden. Semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut. Angket langsung terbuka adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab keadaan yang dialami responden, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti. Angket tak langsung tertutup dikonstruksikan untuk menggali atau merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal objek dan subjek tertentu, serta data tersebut tidak dimaksud perihal diri responden bersangkutan. Disamping itu, alternatif jawaban telah disiapkan sehingga responden tinggal memilih jawaban mana yang sesuai untuk dipilih. Angket tak langsung terbuka dikonstruksi dengan ciri-ciri yang sama dengan angket langsung terbuka, serta disediakan kemungkinan atau alternatif jawaban sehingga responden harus memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai Bungin, 2005:123-126. Mengumpulkan data dengan cara memberikan daftar pernyataan yang sehubungan dengan masalah yang diteliti, untuk diisi oleh para responden. Peneliti menyebarkan daftar pernyataan kepada Unit Kerja Peserta. Angket yang digunakan adalah angket tertutup yaitu daftar pernyataan yang sudah memiliki alternatif jawaban, responden tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggap sesuai. 2. Wawancara Wawancara yaitu tanya jawab secara terbuka dan langsung kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarainya. Nazir, 1999 : 234. Wawancara yang dilakukan adalah dengan mengadakan tanya jawab secara tatap muka atau lisan dengan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung. Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur, yaitu semua daftar pertanyaan-pertanyaan telah disusun terlebih dahulu dalam daftar dengan maksud agar semua pertanyaan tidak menimpang dari tujuan penelitian. 3. Studi Pustaka Merupakan usaha untuk memperoleh informasi dengan cara menelaah bahan bacaan atau referensi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, baik dari buku-buku maupun internet sehingga didapatkan teori-teori yang dapat mendukung analisis penelitian. 4. Internet Searching Internet Searching atau pencarian secara online adalah pencarian dengan mengunakan komputer yang dilakukan melalui internet dengan alat atau software pencarian tertentu pada server- server yang tersambung dengan internet yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Sarwono, 2005 : 229. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan secara online dengan mencari dan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian yang sedang diteliti. Diantaranya melalui alamat- alamat website seperti www. google.com, dan lain-lain. 5. Dokumentasi Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis diurai, dibandingkan dan dipadukan sintesis membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumen tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

1.11 Teknik Analisis Data

Langkah-langkah bagaimana analisis data yang sudah didapat dari pengumpulan data. Setelah memperoleh data dalam melakukan penelitian, maka selanjutnya akan dilakukan analisis data sebagai berikut : 1. Menyeleksi data, memeriksa kelengkapan dan kesempurnaan data serta kejelasan data. 2. Melakukan klasifikasi data yaitu mengelompokkan data dan dipilah- pilah sesuai dengan jenisnya. 3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas pada angket yang telah disebar sebelumnya. Valid berarti instrumen angket pernyataan tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur sedangkan reliabilitas menunjukkan pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. 4. Data dimasukkan ke dalam cooding book buku coding dan coding sheet lembar coding. 5. Melakukan tabulasi data yaitu menyajikan data dalam tabel induk kemudian ke dalam tabel tunggal sesuai tujuan analisa data. 6. Data yang ditabulasi, dianalisis. Dalam pengolahan data, peneliti menggunakan program SPSS 13.0 Statictical Product and Service Solutions yang merupakan program aplikasi yang digunakan untuk melakukan perhitungan statistik dengan menggunakan komputer. Untuk menganalisa hubungan antara variabel X dan variabel Y digunakan teknik analisa Korelasi Rank Spearman : Rumus : Sumber : Purwanto, 2010 : 230 Keterangan : rs : Korelasi rank spearman 6∑di 2 rs = 1 – nn 2 – 1 di : Selisih dua ranking n : Jumlah sampel Dimana : ∑di 2 = ∑[rxi – yi] 2 . Sedangkan untuk menganalisa pengaruh Koefisien Determinasi KD antara variabel X dan varibel Y, digunakan rumus : Sumber : Modul SPSS 2010 Keterangan : KD = Koefisien Determinasi rs = Hasil Korelasi Rank Spearman Untuk menguji hipotesis, digunakan rumus uji t, yaitu : Sumber : Ruslan, 2003 :268 Keterangan : r = Besarnya Korelasi n = Besarnya Sampel Kriteria keputusan sebagai berikut : Jika t hitung t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak KD = r 2 X 100 r√n – 2 t hitung = √1 – r 2 Jika t hitung t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. a. Uji Validitas Sebelumnya digunakan untuk mengukur variabel-variabel dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap angket dengan analisis validitas dan reliabilitas agar data yang diperoleh dapat dipercaya dan diakui kebenarannya. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor jawaban responden dari setiap item pernyataan dengan jumlah total jawaban responden atas seluruh pernyataan. Koefisien korelasi tiap item akan dibandingkan dengan 0,3 df. Jika nilai korelasi suatu item pernyataan lebih kecil atau sama dengan 0.3, maka pernyataan tersebut tidak valid dan harus dikeluarkan dari pengujian yang dilakukan. Hanya item yang memiliki nilai korelasi lebih tinggi dari 0.3 diikutsertakan dalam pengujian Sugiyono, 2003:124. b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran relative konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali. Pengujian reliabilitas kuesioner dilakukan dengan mencari korelasi menggunakan teknik belah dua split-half dengan membagi item-item pernyataan responden menjadi belahan genap dan belahan ganjil. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji reliabilitas adalah : 1. Item-item yang valid dikumpulkan dan yang tidak valid dibuang. 2. Membagi item-item yang valid tersebut menjadi dua belahan berdasarkan nomor ganjil dan genap. 3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing- masing responden yakni skor total untuk belahan ganjil dan skor total belahan genap. 4. Mengkorelasikan skor total belahan ganjil dan belahan genap dengan menggunakan teknik korelasi product moment pearson. 5. Selanjutnya adalah mencari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah dua. Angka korelasi yang diperoleh harus lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika keseluruhan 6. Item tidak dibelah. Perhitungan korelasi antara skor belahan ganjil dengan skor belahan genap diperoleh melalui perhitungan uji reliabilitas dengan teknik belah dua Split-Half, yang menggunakan rumus :            } }{ { . . 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n tt r Sumber : Modul SPSS 2010 Dimana : n = jumlah responden x = skor variabel jawaban responden y = skor total variabel untuk responden Selain menggunakan rumus dan ketentuan-ketentuan diatas, uji validitas dan reliabilitas data penelitian dalam penelitian ini, juga di uji dengan menggunakan perhitungan r-alpha melalui analisa SPSS versi 13. Selanjutnya adalah dengan menggunakan kriteria, sebagai berikut : 1. Jika r Alpha positif dan 0,9 maka butir pernyataan tersebut reliabel, atau 2. Jika r Alpha positif dan r tabel, maka butir pernyataan tersebut juga reliabel, atau 3. Jika r Alpha positif dan r tabel, maka butir pernyataan tersebut tidak reliabel Berdasarkan kriteria diatas, maka pada data terlihat bahwa semua r Alpha positif dan dari 0,9 dengan demikian semua butir pernyataan pada angket penelitian sudah reliabel. 1.12 Populasi dan Sampel 1.12.1 Populasi Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diamati. Objek yang diamati dapat berupa benda hidup maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada dalam objek tersebut dapat diukur atau diamati. Populasi terdapat dua bagian yaitu ada populasi yang tak terbatas dan populasi yang dapat diketahui jumlahnya. Hasil pengukuran atau karakteristik dari populasi disebut parameter yaitu harga rata-rata hitung mean dan simpangan baku standar deviasi. Penjelasan di atas menyimpulkan bahwa populasi diteliti harus didefenisikan dengan jelas, termasuk didalamnya ciri- ciri dimensi waktu dan tempat. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta yang hadir dalam kegiatan pelatihan mengenai Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP yang berjumlah 50 orang dari perwakilan Dinas-dinas yang berada di Kota Bandung dan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP ini diadakan diruang serbaguna Pemerintah Kota Bandung. Hal tersebut dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. Adapun populasi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.12.1.1 Daftar Peserta Kegiatan Pelatihan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP No Nama Jabatan 1. Arief Fadillah Staf Ahli Hukum PD.BPR 2. Dadang Staf Bidang Umum 3. Rosyidi Binamarga Peg DBMP 4. Aang Staf Bagian Hukum 5. Ine Indri Yani BKD 6. Tati Q RSKGM 7. Nata Jaya PD. Kebersihan 8. Feri R PD. Kebersihan 9. Ateng B PD. Kebersihan 10. Dharmawan DPKAD 11. Fajar Kurniawan Inspektorat 12. Dadang I DISDIK 13. Sugiyanto Rs. Ibu dan Anak 14. Dadan S RSUD 15. Kusnendar DKK 16. Bambang Suryaman Distarcip 17. Edy Waluyo Bagian TU 18. Wawan Dermawan PDAM 19. Asep S Kesra Kemasyarakatan 20. Juana S Pertamanan 21. Hendar Suhendar Sekretariat DISPENDA 22. Ajuain S Sekretariat DISHUB 23. Susy R Sekretariat DISNAKER 24. Popong W Nuraeni Sekretariat BPPKB 25. Ahyani R Sekretariat DINKES 26. Elly Wasuari Sekretariat DISTANHP 27. M.Rohmana BPLH 28. Supardi DISDIK Capil 29. Puji W PD. Pasar Bermartabat 30. Erna BAPPEDA 31. Lusi Bagian Perekonomian 32. Dienie H DISBUDPAR 33. Shpirenaning DISBUDPAR 34. Tuti Erwina Dinas Sosial 35. Rina Mariana BPPT 36. H. Seni Bakhtiyar BPPT 37. Azis Rachman BKPPM 38. Irviyanti Pranata Humas DISDIK 39. M. Afghan F Analis Hukum DISDIK 40. Dedih S Bagian Pembangunan SDA 41. Een Haryani DISKOB UKM Perindag 42. Sonjaya Oman DISKOB UKM Perindag 43. Iis N DISKAR 43. Sri S PUSARDA 44. Nurhaidi Bagian PENUM 45. Deden S DISPORA 46. Ajie S DISPORA 47. M. Tatang A SEKWAN 48. Alwansyah N Sekretariat DISKAR 49. Suharyanto SATPOL PP 50. Dedy K Bagian Organisasi Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Diskominfo 2011

1.12.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut statistik. Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi Sudjana, 1996. Sedangkan menurut Kartono dalam Sugiono 2003 mengatakan, sampel adalah bagian yang akan dipelajari dan diamati untuk diteliti. Kartono mengatakan bahwa untuk populasi berjumlah antara 10-100 orangsatuan, seyogyannya diambil 100. Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. 2. Lebih cepat dan lebih mudah. 3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam. 4. Dapat ditangani lebih teliti. Tujuan pengambilan sampel supaya sampel yang diambil dapat memberikan informasi yang cukup untuk dapat mengestimasi jumlah populasinya. Memilih teknik yang akan dipakai dalam pengambilan sampel merupakan suatu upaya penelitian agar menemukan sampel yang mewakili serta dapat menggambarkan populasinya. Peneliti menggunakan Total Sampling karena sampel yang diambil oleh peneliti ialah seluruh populasi Sugiono, 2003 : 58 yaitu seluruh peserta yang menghadiri kegiatan pelatihan Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP yang berjumlah 50 orang dari perwakilan dari masing-masing Dinas yang berada di Kota Bandung. 1.13 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.13.1 Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian dilaksanakan di Divisi Hubungan Masyarakat Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung, yang beralamat di Jalan Wastukencana No. 2 Telp. 022 4230393 Bandung.

1.13.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 6 bulan dimulai pada bulan Februari 2011 – Juli 2011. Dengan judul Efektivitas Sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung Terhadap Pemahaman Unit Kerjanya. Adapun waktu penelitian ditampilkan dalam tabel : Tabel 1.13.2.1 Waktu dan Kegiatan Penelitian No Kegiatan Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan judul 2 Penulisan Bab 1 Bimbingan 3 Seminar UP 4 Penulisan Bab II Bimbingan 5 Penulisan Bab III Bimbingan 6 Pengumpulan Data Bimbingan 7 Pengolahan Data Penulisan Bab IV Bimbingan Sumber : Peneliti 2011

1.14 Sistematika Penulisan

Dalam usaha memberikan gambaran secara sistematis, peneliti membagi susunan skripsi kedalam lima bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan Bab awal dari keseluruhan skripsi yang berisikan antara lain Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Operasional Variabel, Model Penelitian, Hipotesis Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknis Analisis Data, Populasi dan sampel, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab ini peneliti mencoba menunjukan hasil penelitian dan aspek teoritis melengkapi dalam mengkaji permasalahan, dimulai dari Tinjauan Umum Tentang Ilmu Komunikasi, Tinjauan Tentang 8 Penulisan Bab V Bimbingan 9 Penyusunan Seluruh Bab 10 Sidang kelulusan Komunikasi Organisasi, Tinjauan Tentang Public Relations, Tinjauan Tentang Efektivitas, Tinjauan Tentang Keterbukaan Informasi Publik KIP, dan Tinjauan Tentang Pemahaman Unit Kerja.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan secara singkat gambaran umum perusahaan tempat sumber data primer informasi penelitian, yaitu Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung termasuk di dalamnya bagian Public Relations dan gambaran Mengenai Unit Kerja.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai cara pengumpulan data melalui kuesioner yang disebar dan telah diisi oleh responden, serta pengolahan data dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu bab ini akan menjelaskan mengenai analisis dan hasil pengolahan data yang diperoleh.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian. 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal bahasa tubuh dan isyarat.

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Adapun definisi komunikasi menurut Hovland, Janis, dan kelley mengemukakan bahwa, “Communication is the process by which an individual transmits stimuly usually verbal to modify the behavior of other individuals”. Dengan kata-kata lain komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada definisi ini mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses, bukan sebagai suatu hal. Menurut Alo Liliweri dalam bukunya Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan, Komunikasi adalah pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami liliwery, 2003:4. Harold D. Lasswell, 1960. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan : 1. Siapa? Who? 2. Mengatakan apa? Says what? 3. Dengan saluran apa? In which channel? 4. Kepada siapa? To whom? 5. Dengan akibat apa atau hasil apa? With what effect? Mulyana, 2005 : 62 Gambar 2.1.1.1 Model Proses Komunikasi Laswell Sumber : Ruslan, 2008 : 99 Who? Sumber Says What? Pesan In Which Channel? Media To Whom? Penerima With What Effect? Efek Menurut Atep Aditya Barata, dasar-dasar pelayanan prima komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau berita informasi antara 2 orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami 1 .

2.1.2 Komponen Dasar Komunikasi

Ada bermacam-macam komponen atau elemen dalam proses komunikasi. kadang-kadang untuk komponen yang sama digunakan istilah yang berbeda seperti halnya ada yang menggunakan istilah informasi dan pesan untuk menyatakan komponen pesan yang dikirimkan dan begitu juga ada yang memakai istilah sender dan source untuk menyatakan orang yang mengirimkan pesan. Walaupun demikian dapat disimpulkan mana di antara bermacam-macam komponen itu yang merupakan komponen dasar dari komunikasi. Dalam hal ini ada empat komponen yang cenderung sama yaitu : orang yang mengirimkan pesan, pesan yang akan dikirimkan, saluran atau jalan yang dilalui pesan dari si pengirim kepada si penerima, dan si penerima pesan. Karena komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik maka komponen balikan perlu ada dalam proses komunikasi. dengan demikian, komponen dasar komunikasi ada lima yaitu : pengirim pesan, pesan, saluran, 1 http:jurnal-sdm.blogspot.com200712komunikasi-arti-fungsi-dan-bentuk.html 30-03- 201123.09 penerima pesan dan balikan. Masing-masing komponen tersebut akan dijelaskan kembali secara ringkas. 1. Pengirim Pesan Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Pesan atau informasi yang akan dikirmkan berasal dari otak si pengirim pesan. Oleh sebab itu sebelum pengirim mengirimkan pesan, si pengirim harus menciptakan dulu pesan yang akan dikirimkannya. Menciptakan pesan adalah menentukan arti apa yang akan dikirimkan kemudian menyandikan encode arti tersebut ke dalam satu pesan. 2. Pesan Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan yang secara lisan dapat berupa, percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan yang nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara. 3. Saluran Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari isi pengirim dengan si penerima. Channel yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan suara yang dapat kita lihat dan dengar. Akan tetapi alat dengan apa cahaya atau suara itu berpindah mungkin berbeda-beda. Misalnya bila dua orang berbicara tatap muka gelombang suara dan cahaya di udara berfungsi sebagai saluran. Tetapi jika pembicaraan itu melalui surat yang dikirimkan, maka gelombang cahaya sebagai saluran yang memungkinkan kita dapat melihat huruf pada surat tersebut. Kertas dan tulisan itu sendiri adalah sebagai alat untuk menyampaikan pesan. Kita dapat menggunakan bermacam- macam alat untuk menyampaikan pesan seperti buku, radio, film, televisi, surat kabar tetapi saluran pokoknya adalah gelombang suara dan cahaya. Di samping itu kita juga dapat menerima pesan melalui alat indera penciuman, alat pengecap, dan peraba. 4. Penerima Pesan Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Tugas dari si penerima sudah dijelaskan sebelumnya. 5. Balikan Balikan adalah respon terhadap pesan yang diterima yang dikirimkan kepada si pengirim pesan. Dengan diberikannya reaksi ini kepada si pengirim, pengirim akan dapat mengetahui apakah pesan yang dikirimkan tersebut diinterpretasikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim. Bila arti pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim diinterpretasikan sama oleh si penerima berarti komunikasi tersebut efektif. Seringkali respon yang diberikan tidak seperti yang diharapkan oleh si pengirim karena si penerima pesan kurang tepat dalam menginterpretasikan pesan. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor dalam diri si penerima yang mempengaruhi dalam pemberian arti pesan.

2.1.3 Bentuk Komunikasi

Bentuk- bentuk komunikasi terdiri dari : 1. Komunikasi Persona personal Communication. Terdiri dari komunikasi interpersona intrepersonal communication dan komunikasi antar persona intarpersonal communication. 2. Komunikasi kelompok Group Communication. Pertama dalam bentuk komunikasi kelompok kecil small group communication seperti : ceramah lecture, diskusi panel panel discussion, simposium symposium, forum, seminar, dan curahsaran Brainstrorming. Kedua, komunikasi kelompok besar large group comminicationpublic speaking seperti pelatihan. 3. Komunikasi Massa Mass Communication, misalnya pers, radio, televisi, dan film. 4. Komunikasi Medio Medio Communication, misalnya : surat, telepon, pamplet, poster, dan spanduk. May Rudy, 2005:83

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide. Maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai sosialisasi pemasyarakatan yakni penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat. Selain fungsi komunikasi menurut Harol D. Lasswell adalah sebagai berikut : 1. The surveillance of the environment, fungsi komunikasi adalah untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan. 2. The correlation of correlation of the parts of society in responding to the environment, dalam hal ini fungsi komunikasi mencakup interpretasi terhadap informasi mengenai lingkungan. 3. The transmission of the social heritage from one generation to the next, dalam hal ini transmission of culture difokuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain.

2.1.5 Teknik Komunikasi Secara Efektif

Manusia telah berkomunikasi selama puluhan ribu tahun. Sebagian besar waktu bagi manusia digunakan untuk berkomunikasi. Meskipun demikian, ketika manusia dilahirkan ia tidak dengan sendirinya dibekali dengan kemampuan untuk berkomunikasi efektif. Komunikasi dikatakan efektif atau berhasil adalah apabila pesan yang disampaikan komunikator itu dapat diterima, adanya saling pengertian sesuai dengan apa yang diharapkan dan diinginkan komunikator serta dapat mengubah sikap komunikan. Artinya kredibilitas komunikator, mendukung pada keefektifitasan komunikasi. Menurut Andre Hardjana untuk mengukur keefektifan suatu komunikasi, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Sumber pesan Source Merupakan orang yang memberikan pesan kepada pengguna. 2. Isi Pesan content Isi pesan yang diterima atau tersalur. 3. Media media Merupakan saluran yang digunakan oleh komunikator atau sumber dalam menyampaikan pesannya kepada komunikan atau pemakai. 4. Penerima atau pemakai receiver or uses Merupakan penerima pesan yang dituju atau komunikan yang dituju. Hardjana : 2000 Selain itu komunikasi dianggap efektif paling tidak harus menghasilkan lima hal, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, dan tindakan. Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss. 1. Informasi yang menghasilkan pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi pesan seperti yang dimaksud oleh pemberi atau sumber pesan. Betapa sering kita bertengkar karena pesan kita diartikan lain. 2. Informasi yang menghasilkan kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. 3. Informasi yang mempengaruhi sikap Komunikasi ini yang paling sering kita lakukan. Komunikasi ini disebut juga komunikasi persuasi. 4. Menghasilkan hubungan sosial yang lebih baik Harus memperbanyak komunikasi dengan individu lainnya agar tidak terjadinya tidak saling mengenal yang akhirnya menjadikan orang agresif untuk berbuat hal-hal yang tidak baik. 5. Menghasilkan tindakan nyata Komunikasi yang menimbulkan pengertian memang sukar, jauh lebih sukar lagi komunikasi persuasif yang menghasilkan tindakan nyata atau yang mendorong orang untuk bertindak. Namun demikian, keberhasilan komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dihasilkan. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

Definisi komunikasi organisasi baik dilihat dari perspektif objektif maupun perspektif subjektif adalah sebagai proses penciptaan dan penafsiran informasi diantara unit-unit komunikasi sebagai bagian dari suatu organisasi secara keseluruhan. Dalam konteks ini, komunikasi organisasi dipandang sebagai proses mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi di antara unit-unit organisasi yang memungkinkan sistem komunikasi organisasi berfungsi secara efektif.

2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi

Definisi Komunikasi organisasi menurut Pace dan Faules yang diterjemahkan oleh Deddy Mulyana dan Engkus Kuswarno dibedakan menjadi dua yaitu Definisi fungsional dan definisi interpretif. Mulyana dan Kuswarno, 2002 : 31. Definisi Fungsional Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai ”Pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu, suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan”. Sedangkan definisi Interpretif komunikasi organisasi adalah ”Perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi”.

2.2.2 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Menurut Sendjaja seperti yang dikutip oleh Burhan Bungin, organisasi baik yang berorientasi untuk mencari keuntungan Profit maupun Nirlaba non-profit, memiliki empat fungsi organisasi, yaitu : 1. Fungsi Informatif 2. Fungsi Regulatif 3. Fungsi Persuasif 4. Fungsi Integratif Bungin, 2006: 274-276 Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi Information-processing-system. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu. Fungsi regulatif berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang –orang yang berada dalam tatanan manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulative pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dilaksanakan. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya komunikasi, organisasi yang terbagi menjadi beberapa bagian atau departemen akan tetap merupakan satu kesatuan yang utuh dan terpadu Integratif.

2.3 Tinjauan Tentang Hubungan Masyarakat Humas

Pada dasarnya humas Hubungan Masyarakat merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial perusahaan maupun organisasi yang nonkomersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, sampai dengan lembaga-lembaga pemerintah. Istilah Public Relations atau dikenal dengan sebutan Humas Hubungan Masyarakat ini merupakan aktivitas atau kegiatan di dalam suatu instansi atau perusahaan, atau pun lembaga yang berhubungan dengan khalayak, untuk mencapai suatu tujuan dan saling pengertian diantara dua belah pihak dengan mengharapkan tidak ada pihak yang dirugikan.

2.3.1 Pengertian Humas

Pengertian Hubungan Masyarakat dijelaskan oleh beberapa pakar atau ahli dengan beberapa definisi yang satu sama lainnya berbeda. Definisi kamus terbitan Institute of public relations IPR dalam buku Teori dan Profesi Kehumasan, yakni : “Humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.” Definisi Public Relations dikutip dari buku Human Relations dan Public Relations dalam management bahwa : “Public relations is a management function, of a continuiting and planned character, through which public and private organizations and institutions seek to win and retain the understanding, sympathy, and support of those with whom they are or my be concerned- by evaluating public opinion about themselves, in order to correlate, as fat as possible, their own policies and procedures, to achieve by planned and widespread information more productive cooperation and more efficient fulfilment of their common interest .” Hubungan Masyarakat adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan berkesinambungan, yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada hubungannya dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka, untuk mengorelasikan, sedapat mungkin kebijaksanaan dan tata cara mereka yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas mencapai kerja sama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien. Effendy, 1983:116 Definisi IPRA tersebut dapat dinilai sebagai definisi yang lengkap, yang menunjukkan ciri khas dan meliputi faktor-faktor yang memang harus ada pada humas. Dilihat dari definisi-definisi tersebut, maka Humas merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan trust kepercayaan, etika, dan kejujurankebenaran yang merupakan tiga unsur terpenting dalam melakukan segala program kegiatan sehingga tercipta hasil yang baik, sesuai dengan harapan yang dikehendaki. Humas harus bisa menciptakan hubungan yang baik dengan berbagai pihak, baik itu perusahaan dalam ruang lingkup internal maupun ruang lingkup eksternal. Humas harus mempunyai perencanaan, program kerja, penelitian dan penilaian sehingga kegiatan akan terstruktur dan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapan. Petugas Humas berperan sebagai moderator yang diharapkan mampu menjembatani aspirasi-aspirasi, baik itu dari publik, perasaan publik, maupun kebutuhan publik, sehingga petugas Humas harus memiliki perumusan gagasanide yang cemerlang, yang bisa diterima oleh publik maupun organisasiinstansiperusahaan tempat ia bekerja, supaya tidak ada pihak yang dirugikan. Sikap profesional juga harus dimiliki oleh seorang Humas, karena ia dituntut untuk melayani khalayak dan membantu organisasiinstansiperusahaan menyesuaikan diri serta mengatur kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial, politik, dan ekonomi.

2.3.2 Ciri-Ciri Humas

Berfungsi tidaknya humas dalam sebuah organisasi dapat diketahui dari ada tidaknya kegiatan yang menunjukkan ciri-cirinya. Setiap kegiatan organisasiinstansiperusahaan terhadap publik internal maupun ekternal tidak terlepas dari peranan dan program kerja Humas untuk menciptakan opini publik yang menguntungkan semua pihak. Yang dimaksud dengan publik adalah publik Intern maupun ekstern. Kegiatan - kegiatan yang dilakukan oleh PR internal, diantaranya adalah : Pembuatan media monitoring berita, Pembuatan newsletter, Human Relations, Get together, Coffeetea morning, Family gathering, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh PR eksternal, diantaranya adalah Press relations, Pelatihan atau Sosialisasi, Penerimaan Kunjungan, Media visit dan Pameran. Adapun ciri-ciri Hubungan Masyarakat Humas dalam buku Hubungan Masyarakat, yakni : 1. Humas adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik, 2. Humas merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh manajemen suatu organisasi, 3. Publik yang menjadi sasaran kegiatan humas adalah publik ekstern dan publik intern, 4. Operasional Humas adalah membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik dan mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang timbul dari pihak organisasi maupun pihak publik. Dilihat dari ciri-ciri Humas tersebut dapat kita ketahui bahwa, Humas mempunyai tujuan untuk menumbuhkan citra yang positif, dengan adanya dukungan serta pengertian dari khalayak maupun organisasi yang bersangkutan.

2.3.3 Ruang Lingkup Public Relations

Bidang-bidang cakupan atau ruang lingkup dari kegiatan Public Relations adalah sebagai berikut : 1. Hubungan dengan Pelanggan Customer Relations Hal ini mencakup kegiatan-kegiatan seperti memberi informasi kepada pelanggan atau nasabah, menjelaskan prosedur, tata cara, waktu, menyampaikan pesan-pesan, laporan berkala, menyelenggarakan acarakegiatan bersama para pelanggan dan menciptakan suasana yang nyaman bagi pelanggan serta memberikan kemudahan pelayanan bagi pelanggan. 2. Hubungan dengan Masyarakat Community Relations Hal ini mencakup kegiatan membina hubungan baik dengan penduduk yang sekurang-kurangnya meliputi penduduk disekitar lokasi perusahaan atau pabrik. Contohnya : memberikan sumbangan untuk kegiatan bakti sosial, bantuan bencana alam, memberikan sumbangan untuk perbaikan prasarana, memantau kebutuhan dan aspirasi penduduk, komunikasi yang jujur dan lancar dengan pemuka masyarakat atau tokoh agama. 3. Hubungan dengan PersMedia Massa Press Relations Hal ini mencakup kegiatan membuat kliping serta menganalisa pendapat umum atau aspirasi kelompok-kelompok tertentu, menyampaikan informasi dan pernyataan resmi melalui media massa, menyelenggarakan acara jumpa pers, mengedarkan keterangan pers, membina hubungan komunikasi dua arah dengan wartawan dan redaksi media massa. 4. Hubungan dengan Instansi-instansi Pemerintah Government Relations Hal ini mencakup kegiatan pembinaan dan penyelenggaran hubungan komunikasi dua arah dengan instansi pemerintah, pihak kepolisian, dinas tenaga kerja, dinas pariwisata dan lembaga lainnya. Upaya-upaya perolehan informasi aktual dari berbagai instansi pemerintah dan sebaliknya menyampaikan informasi kepada instansi terkait. 5. Hubungan dengan Karyawan Employee Relations Hal ini mencakup kegiatan pembinaan hubungan ke dalam pimpinan dengan karyawan dan sesama bawahan yang memang terkesan agak tumpang tindih dengan fungsi. Contohnya seperti : pengadaan acara arisan, rekreasi bersama, memonitoring motivasi dan semangat kerja karyawannya. 6. Hubungan dengan berbagai pihak terkait Stakeholder Relations Hal ini mencakup kegiatan yang menunjang atau terus menerus berhubungan dengan kegiatan perusahaan atau lembaga seperti agen-agen, supplier dan distributor dan juga mencakup hubungan dengan para pemegang saham Shareholder Relations. Effendy, 1983:142

2.3.4 Fungsi Public Relations

Untuk mengkaji tentang fungsi Public Relations berikut akan dikutip tentang beberapa pendapat ahli Public Relations antara lain: 1. Betrand R Canfield Dalam bukunya “Public Relations Principles and Problems” mengemukakan tiga fungsi Public Relations : 1. It Should serve the public’s interest mengabdi kepada kepentingan publik. 2. Maintain good communication memelihara komunikasi yang baik. 3. And stress good morals and manners menitikberatkan moral dan tingkah laku yang baik. Effendy, 1983:135 2. Onong Uchjana Effendy Dalam bukunya “Hubungan Masyarakat” mengemukakan empat fungsi dari Public Relations, yaitu: 1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik, baik publik ekstern maupun intern. 3. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada organisasi. 4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum.

2.3.5 Tugas Public Relations

Setelah mengetahui fungsi dari Public Relations maka tugas Public Relations pun cukup banyak. Menurut Rachmadi tugas seorang Public Relations ialah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi atau pesan secara lisan, tertulis atau melalui gambar visual kepada publik, sehingga publik mempunyai pengertian yang benar tentang hal-ikhwal perusahaan atau lembaga, segenap tujuan serta kegiatan yang dilakukan. 2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat-pendapat umum atau masyarakat. 3. Mempelajari dan melakukan analisis reaksi publik terhadap kebijakan perusahaan atau lembaga, maupun segala macam pendapat public acceptance dan non- acceptance. 4. Menyelenggarakan hubungan yang baik dengan masyarakat dan media massa untuk memperoleh public favour, public opinion dan perubahan sikap. Rachmadi, 1992 : 112. Penelitian ini berhubungan dengan salah satu tugas Public Relations yang bertanggung jawab atas penyampaian informasi atau pesan, salah satunya informasi atau pesan yang disampaikan melalui kegiatan sosialisasi berupa pelatihan kepada unit kerja masing- masing instansi yang dilakukan guna memperoleh persepsi yang bersifat positif mengenai instansi.

2.3.6 Humas Pemerintahan

Setiap lembaga atau instansi tentu ingin berhasil mencapai tujuannya, keberhasilan tersebut tidak dapat dicapai hanya berdasarkan kemampuan yang ada pada lembaga itu saja. Disamping itu perlu adanya pengertian, penerimaan, dan keikutsertaan publiknya. Yang dimaksud dengan publik adalah publik intern maupun ekstern. Adanya unit kehumasan pada setiap instansi pemerintah merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka penyebaran tentang aktivitas instansi tersebut baik ke dalam maupun keluar yaitu kepada masyarakat pada umumnya. Humas merupakan suatu alat untuk memperlancar jalannya interaksi serta penyebaran informasi melalui pers, radio, televisi dan media lainnya. Dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi kehumasan, sebagai aparat kehumasan pemerintah, maka berbagai kegiatan yang perlu diperhatikan antara lain : a. Membina pengertian pada khalayak atau publik terhadap kebijaksanaan pimpinan, baik kepada khalayak intern maupun khalayak ekstern. Pembinaan pengertian kepada khalayak termasuk pemberian dan pelayanan informasi. b. Menyelenggarakan dokumentasi kegiatan-kegiatan pokok instansi pemerintah, terutama yang menyangkut publikasi. c. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat masyarakat. d. Mengumpulkan data dan informasi yang datang dari berbagai sumber. e. Bentuk produk humas yang dihasilkan seperti majalah, buletin, press release, poster, folder, pamflet, selebaran dan lain-lain.

2.3.6.1 Keberadaan Humas Pemerintah

Keberadaan unit kehumasan Hubungan Masyarakat disebuah lembaga atau Instansi milik pemerintah merupakan keharusan secara fungsional dan operasional dalam upaya menyebarluaskan atau untuk mempublikasikan tentang sesuatu kegiatan atau aktivitas instansi bersangkutan yang ditujukan baik untuk hubungan masyarakat kedalam, maupun kepada masyarakat luar pada umumnya. Humas dapat merupakan suatu alat atau saluran The PR as tools or channels of government publication untuk memperlancar jalannya interaksi dan penyebaran informasi mengenai publikasi pembangunan nasional melalui kerja sama dengan pihak pers, media cetak atau elektronik dan hingga menggunakan media tradisional lainnya wayang kulit atau wayang golek dan lain sebagainya. Tugas pokok Humas adalah bertindak sebagai komunikator, membantu back up mencapai tujuan atau sasaran bagi instansilembaga pemerintahan yang bersangkutan, membangun hubungan yang baik dengan berbagai publik dan hingga menciptakan citra serta opini masyarakat yang menguntungkan. Secara garis besarnya Humas mempunyai peran ganda : yaitu fungsi keluar berupa memberikan informasi atau pesan-pesan sesuai dengan tujuan dan kebijaksanaan instansilembaga kepada masyarakat sebagai khalayak sasaran sedangkan kedalam wajib menyerap reaksi, aspirasi atau opini khalayak tersebut diserasikan demi kepentingan instansinya atau tujuan bersama. Fungsi pokok Humas Pemerintah Indonesia pada dasarnya antara lain sebagai berikut : 1. Mengamankan kebijaksanaan pemerintah 2. Memberikan pelayanan, dan menyebarluaskan pesan atau informasi mengenai kebijaksanaan hingga program-program kerja secara nasional kepada masyarakat. 3. Menjadi komunikator dan sekaligus sebagai mediator yang proaktif dalam menjembatani kepentingan instansi pemerintah di satu pihak, dan menampung aspirasi, serta memperhatikan keinginan-keinginan publiknya di lain pihak. 4. Berperan serta dalam menciptakan iklim yang kondusif dan dinamis demi mengamankan stabilitas dan keamanan politik pembangunan nasional, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jadi peran taktis dan strategi kehumasan pemerintah tersebut, menyangkut beberapa hal sebagai berikut : 1. Tugas secara taktis dalam jangka pendek, Humas berupaya memberikan pesan-pesan dan informasi kepada masyarakat umum, dan khalayak tertentu sebagai target sasarannya. Kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik, dan kemudian memotivasi, atau mempengaruhi opini masyarakat usaha untuk “menyamakan persepsi” dengan tujuan dan sasaran instansilembaga yang diwakilinya. 2. Tugas strategi Jangka Panjang Humas, yakni berperan serta secara aktif dalam proses pengambil keputusan decision making proces, memberikan sumbang saran, gagasan hingga ide-ide cemerlang serta kreatif dalam menyukseskan program kerja lembaga instansilembaga yang bersangkutan dan hingga pelaksanaan pembangunan nasional. Terakhir bagaimana upaya untuk menciptakan citra atau opini masyarakat yang positif. Jadi pengertian peran ganda Humas instansi Pemerintah dan lembaga BUMN Badan Usaha Milik Pemerintah tersebut diatas dalam upaya menunjang Supporting of PR government activities pelaksanaan tugas dan fungsi aparat kehumasan lembaga bersangkutan. Dan oleh karena itu maka pejabat Humas tersebut harus memiliki kemampuan untuk menguasai permasalahan yang dihadapi oleh instansinya, sebagai berikut : 1. Kemampuan untuk mengamati dan menganalisis persoalan yang menyangkut kepentingan instansinya atau khalayak yang menjadi target sasarannya. 2. Kemampuan melakukan hubungan komunikasi timbal balik yang kreatif, dinamis, efektif, saling mendukung bagi kedua belah pihak dan menarik perhatian terhadap audiensnya. 3. Kemampuan untuk mempengaruhi dan menciptakan pendapat umum opini publik yang menguntungkan instansilembaganya. 4. Kemampuan untuk menjalin hubungan baik atau kerja sama, dan saling mempercayai dengan berbagai pihak yang terkait. Dalam rangka untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi kehumasan tersebut ada beberapa kegiatan yang dihadapinya secara rutin yaitu sebagai berikut : 1. Kemampuan membangun dan membina saling pengertian antara kebijaksanaan pimpinan lembagainstansi dengan khalayak eksternal dan internal. 2. Sebagai pusat pelayanan dan pemberian informasi, baik bersumber dari instansilembaga maupun berasal dari pihak publiknya. 3. Menyelenggarakan pendokumentasian setiap ada publikasi peristiwa dari suatu kegiatan atau acara penting dilingkungan instansilembaga. 4. Mengumpulkan berbagai data dan informasi yang berasal dari berbagai sumber, khususnya yang berkaitan dengan kepentingan lembagainstansi atau mengenai pembentukan opini publiknya. 5. Kemampuan membuat produk publikasi Humas, misalnya kliping, press release, news letter. Majalah PR, buletin, brosur, poster dan lain sebaginya.

2.4 Tinjauan Tentang Efektivitas

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi pengertian efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkandisebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan. Komunikasi dikatakan efektif atau berhasil adalah apabila pesan yang disampaikan komunikator itu dapat diterima, adanya saling pengertian sesuai dengan apa yang diharapkan dan diinginkan komunikator serta dapat mengubah sikap komunikan. Artinya kredibilitas komunikator, mendukung pada keefektivitasan komunikasi. Menurut Andre Hardjana untuk mengukur keefektifan suatu komunikasi, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Sumber pesan Source Merupakan orang yang memberikan pesan kepada pengguna. 2. Isi Pesan content Isi pesan yang diterima atau tersalur. 3. Media media Merupakan saluran yang digunakan oleh komunikator atau sumber dalam menyampaikan pesannya kepada komunikan atau pemakai. 4. Penerima atau pemakai receiver or uses Merupakan penerima pesan yang dituju atau komunikan yang dituju. Hardjana : 2000

2.5 Tinjauan Tentang Sosialisasi Pelatihan

Pelatihan merupakan sarana penting dalam pengembangan sumber daya manusia yang baik. Pengembangan di bidang pelatihan karyawan menurut Edwin B Flippo 1995:76 merupakan suatu usaha peningkatan Knowledge dan Skill seorang karyawan untuk menerapkan aktivitas kerja tertentu. Dengan pelatihan perusahaan memperoleh masukan yang baik menghadapi tantangan-tantangan manajemen yang terus berkembang dengan memiliki karyawan yang dapat memenuhi penyelesaian masalah- masalah yang ada. Pelatihan terdiri dari program-program yang disusun terencana untuk memperbaiki kinerja di level individual, kelompok, dan organisasi, memperbaiki kinerja yang dapat diukur perubahannya melalui pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sosial dari karyawan itu. Wayne F. Cascio:1995:245.

2.5.1 Pengertian Pelatihan

Pelatihan menurut Wexley dan Yukl 1976:282 merupakan suatu istilah yang menunjukkan perencanaan, pembentukan dan memfasilitasi anggota organisasi atau karyawan dalam penggabungan keahlian, pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan keadaan yang ada. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, pelatihan berarti suatu perubahan yang sistematis dari Knowledge, Skill, Attitude, and Behavior yang terus mengalami peningkatan yang dimiliki oleh setiap karyawan dengan itu dapat mewujudkan sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau perusahaan dalam pemenuhan standar Sumber Daya Manusia yang diinginkan.

2.5.2 Jenis Pelatihan

Berdasarkan sumbernya metode pelatihan dibagi menjadi dua, antara lain : 1. In-House Training IHT dapat berupa kegiatan On The Job Training OTJT, seminar, sosialisasi, lokakarya, pelatihan internal perusahaan, dan pelatihan berbasis komputer yang sumbernya berasal dari dalam perusahaan. 2. External Training terdiri dari kursus-kursus, seminar, dan lokakarya yang diselenggarakan oleh asosiasi profesional, lembaga pendidikan, trainer profesional, yang dilakukan pihak lain di luar perusahaan.

2.5.3 Tujuan Pelatihan

Menurut Andrew F. Sikula 1981:236 tujuan pelatihan dan pengembangan adalah : 1. Productivity Dengan pelatihan akan dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan perubahan tingkah laku. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. 2. Quality Penyelenggaraan pelatihan tidak hanya dapat memperbaiki kualitas dari tenaga kerja namun diharapkan akan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam bekerja. Dengan demikian kualitas dari output yang dihasilkan akan tetap terjaga bahkan meningkat. 3. Human Resource Planning Dengan adanya pelatihan akan memudahkan seorang pekerja untuk mengisi kekosongan jabatan dalam suatu perusahaan, sehingga perencanaan tenaga kerja dapat dilakukan sebaik- baiknya. Dalam perencanaan sumber daya manusia salah satu diantaranya mengenai kualitas dan kuantitas dari tenaga kerja yang direncanakan, untuk memperoleh tenaga kerja dengan kualitas yang sesuai dengan yang diarahkan. 4. Morale Diharapkan dengan adanya pelatihan akan dapat meningkatkan prestasi kerja dari karyawan sehingga akan dapat menimbulkan peningkatan upah karyawan. Hal tersebut akan dapat meningkatkan moril kerja karyawan untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugasnya. 5. Indirect Compensation Pemberian kesempatan pada karyawan untuk mengikuti pelatihan dapat diartikan sebagai pemberian balas jasa atas prestasi yang telah dicapai pada waktu yang lalu, dimana dengan mengikuti program tersebut tenaga kerja yang bersangkutan mempunyai kesempatan untuk lebih dapat mengembangkan diri. 6. Health and Safety Merupakan langkah terbaik dalam rangka mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan kerja dalam suatu perusahaan sehingga akan menciptakan suasana kerja yang tenang, aman dan adanya stabilitas pada sikap mental mereka. 7. Obsolence Prevention Pelatihan akan mendorong inisiatif dan kreativitas tenaga kerja, langkah ini diharapkan akan dapat mencegah tenaga kerja dari sifat kadaluarsa. Artinya kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. 8. Personal Growth Memberikan kesempatan bagi seorang tenaga kerja untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja termasuk meningkatkan perkembangan pribadinya.

2.5.4 Manfaat Pelatihan

Manfaat pelatihan menurut William B Werther dan Keith Davis 1996:282, The Benefits of Training may extend throughout a person’s career and help develop that person for future responbilities”. Manfaat dari pelatihan mampu meningkatkan jenjang karier seseorang dan membantu pengembangan untuk penyelesaian-penyelesaian tanggung jawabnya di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Henry Simamora 1995:84 manfaat dari program pelatihan dan pengembangan yaitu : a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas, b. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar-standar kinerja yang dapat diterima, c. Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan, d. Memenuhi persyaratan-persyaratan perencanaan sumber daya manusia, e. Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja, dan f. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

2.5.5 Proses Pelatihan

Terdapat 7 tahap dalam proses perancangan pelatihan yang efektif menurut Noe 2005:6. Tahap pertama adalah mengadakan penilaian terhadap kebutuhan. Tahap kedua adalah memastikan bahwa pegawai memiliki motivasi dan keahlian dasar yang diperlukan pelatihan. Tahap ketiga adalah menciptakan lingkungan belajar. Tahap keempat adalah memastikan bahwa peserta mengaplikasikan isi dari pelatihan dalam pekerjaannya. Tahap kelima adalah mengembangkan rencana evaluasi yang meliputi identifikasi hal yang mempengaruhi hasil outcomes yang diharapkan dari pelatihan seperti perilaku, pembelajaran, keahlian. Memilih rancangan evaluasi yang memungkinkan untuk menentukan hal yang berpengaruh terhadap hasil dari pelatihan, dan perencanaan untuk menunjukkan bagaimana pelatihan mempengaruhi “bottom line”. Tahap keenam adalah memilih metode pelatihan berasarkan tujuan pembelajaran dan lingkungan pembelajaran. Tahap ketujuh adalah mengevaluasi program dan membuat perubahan atau revisi pada tahapan awal agar supaya dapat meningkatkan efektivitas pelatihan.

2.6 Tinjauan Tentang Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik KIP

Keterbukaan informasi publik mempunyai makna yang luas, karena semua pengelolaan badan –badan publik harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Sesuai dengan undang-undang tersebut maka semua badan publik berkewajiban untuk menyampaikan informasi publik secara terbuka kepada masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik berisi : a. Bahwa informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional. b. Bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan yang baik. c. Bahwa keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. d. Bahwa pengelolaan informasi publik merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat informasi. e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang- Undang tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dengan disahkannya Undang-Undang keterbukaan informasi publik ini akan membawa nuansa perubahan yang sangat besar dalam tatanan kehidupan bermasyarakat ,berbangsa dan bernegara yang diharapkan dapat mendorong percepatan terwujudnya tata kelola Pemerintahan yang baik Good Governance, transparansi, akuntabilitas menuju tercapainya masyarakat yang sejahtera. Dengan berlakunya Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ini tentunya memerlukan kegiatan sosialisasi untuk memberikan pemahaman yang utuh terhadap substansi Undang- Undang Keterbukaan Informasi Publik yang diharapkan seluruh Badan Publik dapat memahami dan melaksanakan amanat yang terkandung dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik.

2.6.1 Prinsip-Prinsip Utama Undang-Undang Keterbukaan Informasi PublikUU KIP

1. Setiap badan publik wajib menjamin keterbukaan informasi publik. 2. Setiap Informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik. 3. Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat, terbatas dan tidak permanen. 4. Setiap informasi publik harus dapat diperoleh dengan cepat, tepat waktu biaya ringan dan cara sederhana. 5. Informasi publik bersifat proaktif. 6. Informasi publik harus bersifat utuh, akurat, dan dapat dipercaya. 7. Penyelesaian sengketa secara cepat, murah, kompeten dan independen. 8. Ancaman pidana bagi penghambat informasi

2.7 Tinjauan Tentang Pemahaman Unit Kerja Badan PublikPeserta

Salah satu dampak dari efektivitas komunikasi adalah perubahan sikap yang nantinya menimbulkan sebuah pemahaman dari tiap-tiap unit kerjanya atau badan publik yang menjadi peserta yang hadir dalam pelatihan sosialisasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik. Sikap merupakan konstelasi komponen –komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek Azwar, 1995 : 5. Dalam program pelatihan, peserta merupakan salah satu unsur yang penting karena program pelatihan merupakan suatu kegiatan yang diberikan kepada karyawan oleh pihak perusahaan atau lembaga dalam rangka untuk meningkatkan kapabilitas karyawan, berupa pemberian bekal pengetahuan dan keterampilan baik teknik maupun non teknik kepada karyawan, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Unit kerja disini yang dimaksud ialah badan publik, setiap badan publik mempunyai kewajiban untuk membuka akses atas informasi publik yang berkaitan dengan badan publik tersebut untuk masyarakat luas. Lingkup badan publik dalam undang-undang Keterbukaan informasi publik meliputi lembaga eksekutif, yudikatif, legislatif, serta penyelenggara negara lainnya yang mendapatkan dana dari anggaran pendapatan dan belanja negara APBN anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD dan mencakup pula organisasi nonpemerintah, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, seperti lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan, serta organisasi lainnya yang mengelola atau menggunakan dana yang sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBNAPBD.

2.7.1 Kewajiban Unit Kerja Badan Publik

Kewajiban unit kerja badan publik diantaranya : 1. Menyediakan dan memberikan informasi 2. Menetapkan standar prosedur operasional 3. Menunjuk dan mengangkat Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi PPID 4. Menyediakan sarana dan prasarana 5. Menetapkan standar biaya 6. Menyediakan anggaran 7. Menanggapi keberatan 8. Membuat dan mengumumkan laporan pelayanan informasi

2.7.2 Hak Unit Kerja Badan Publik

Hak unit kerja badan publik, diantaranya : 1. Menolak memberikan informasi yang dikecualikan 2. Menolak bila tidak sesuai dengan peraturan perundangan 3. Informasi yang tidak dapat diberikan : a. Membahayakan negara. b. Yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan negara dari persaingan tidak sehat. c. Informasi yang berkaitan dengan hak pribadi. d. Informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan. e. Informasi yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan. 83

BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Pemerintah Kota Bandung

Sejauh tahun 1998 Kota Bandung menetapkan tanggal 25 September sebagai “Hari Jadi Kota Bandung”, sebelumnya terdapat beberapa pandangan tentang hari jadi Kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung mengidentikkan hari jadi dengan tanggal pembentukan Gemeenete Bandung 1 April 1906. Beberapa waktu lamanya tanggal 1 April diperingati sebagai hari jadi Kota Bandung. Sementara itu di kalangan masyarakat ada tanggapan bahwa hari jadi Kota Bandung adalah 25 Mei 1801. Dengan kata lain, sebelum tahun 1998 pemahaman mengenai hari jadi Kota Bandung sangat simpang siur, kesimpang siuran itu terjadi akibat proses sejarah berdirinya Kota Bandung tidak atau belum dipahami secara jelas. Hal itu dapat dipahami karena Kota Bandung adalah salah satu kota di Indonesia yang usianya sudah tua. Menyadari akan pentingnya pelurusan sejarah agar tidak mewariskan sejarah yang keliru salah kepada generasi penerus, sejak tahun 1997 Pemerintah Kota Bandung berusaha untuk menelusuri hari jadi Kota Bandung yang benar berdasarkan pembuktian fakta dan sejarah. Usaha itu dilakukan melalui seminar 10 Maret 1997, seserahan 22 Januari 1998, ditindaklanjuti oleh beberapa diskusi. Diskusi difokuskan pada pembahasan tiga buah sumber tertulis yaitu, surat Daendels bertanggal 23 Mei 1810, naskah sadjadah Bandung dan melibatkan sejumlah pakar diberbagai bidang seperti sejarawan, pakar pemerintahan, budayawan, dan sejumlah tokoh masyarakat dari berbagai kalangan. Selanjutnya dibentuk tim kerja untuk menelusuri hari jadi Kota Bandung yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Penelitian itu menghasilkan tanggal 25 September 1810 sebagai “Hari Jadi Kota Bandung”. Berikut nama-nama Wali Kota Bandung dari tahun 1906 sampai sekarang. Tabel 3.1.1 WALIKOTA BANDUNG Tahun 1906-Sekarang NO NAMA MASA JABATAN 1. E.A. Maurenbrecher exofficio 1906-1907 2. R.E. Krijboom exofficio 1907-1908 3. J.A. van Der Ent exofficio 1909-1910 4. J.J. Verwijk exofficio 1910-1912

5. C.C.B. van Vlenier exofficio

1912-1913

6. B. van Bijveld exofficio

1913-1920

7. B. Coops

1920-1921

8. S.A. Reitsma

1921-1928

9. B. Coops

1928-1934

10. Ir. J.E.A. van Volsogen Kuhr

1934-1936 11. Mr. J.M. Wesselink 1936-1941 12. R.A. Atmadinata 1941-1945

13. R. Syamsoerizal

1945-1947

14. Ir. Oekar Bratakoesoemah

1947 – 1949

15. R. Enoch

1949-1957

16. R. Priatna Kusumah

1957 – 1966

17. R. Didi Djukardi

1966 – 1968

18. R. Hidayat Sukarmadidjaja

1968 – 1970 19. R. Otje Djoendjoenan Setiakusumah 1971 – 1976 20. H.Utju Djoenaedi 1976 – 1978 21. R. Husen Wangsaatmadja 1978 – 1983 22. H. Ateng Wahyudi 1983 - 1988 – 1993

23. H. Wahyu Hamidjaja

1993 – 1998

24. H. AA Tarmana

1998 – 2003

25. H. Dada Rosada .SH. Msi

2003 – Sekarang Sumber : www.bandung.go.id

3.2 Lambang Dan Bendera Kota Bandung

Sebagai salah satu bentuk identitas dari sebuah perusahaan diperlukan adanya lambang, demikian juga dengan Pemerintahan Kota Bandung. Lambang Kota Bandung ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota besar Bandung tahun 1953, tertanggal 8 Juni 1953, yang diijinkan dengan Keputusan Presiden tertanggal 28 april 1953 No. 104 dan diundangkan dalam Berita Propinsi Jawa Barat tertanggal 28 Agustus 1954 No. 4 lampiran No. 6 Lambang tersebut bertokoh PERISAI yang berbentuk JANTUNG. Logo dari Pemeritah Kota Bandung dapat dilihat gambar 3.2.1 berikut: : Gambar 3.2.1 Lambang Kota Bandung Sumber : www.bandung.go.id Perisai tersebut terbagi dalam dua bagian oleh sebuah Balok - Lintang mendatar bertajuk empat buah, yang berwarna hitam dengan pelisir berwarna putih perak pada pinggir sebelah atasnya : 1. Bagian atas latar kuning emas dengan lukisan sebuah gunung berwarna hijau yang bertumpu pada balok-lintang. 2. Bagian bawah latar putih perak dengan lukisan empat bidang jalur mendatar berombak yang berwarna biru. 3. Di bawah perisai itu terlukis sehelai pita berwarna kuning emas yang melambai pada kedua ujungnya, Pada pita itu tertulis dengan huruf- huruf besar latin berwarna hitam dalam bahasa kawi, yang berbunyi Gemah Ripah Wibawa Mukti. Sebagai tokoh lambang itu diambil bentuk perisai atau tameng, yang dikenal kebudayaan dan peradaban sebagai senjata dalam perjuangan untuk mencapai sesuatu tujuan dengan melindungi diri. Perkakas perjuangan yang demikian itu dijadikan lambang yang mempunyai arti menahan segala mara bahaya dan kesukaran. Dan arti dari warna-warna tersebut, diantaranya : 1. KUNING EMAS, berarti : kesejahteraan, keluhungan. 2. HITAM SABEL, berarti : kokoh, tegak, kuat. 3. HIJAU SINOPEL, berarti : kemakmuran sejuk. 4. PUTIH PERAK, berarti : kesucian. 5. BIRU AZUUR, berarti : kesetiaan. 6. Gemah ripah wibawa mukti, berarti : tanah subur rakyat makmur Selain lambang, identitas lain yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandung yaitu dalam bentuk bendera. Bendera yang digunakan oleh Kotamadya Bandung adalah berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara Kota Besar Bandung tanggal 8 Juni 1953 No. 993853. Dapat dilihat dari gambar 3.2.2 dibawah ini bendera dari Pemerintah Kota Bandung : Gambar 3.2.2 Bendera Kota Bandung Sumber : www.bandung.go.id Bentuk bendera tersebut adalah seperti yang tercantum pada diktum Keputusan tersebut diatas sebagai berikut : 1. Bendera yang dipergunakan oleh Kota Besar Bandung dan tiga bidang jalur mendatar, masing-masing berturut-turut dari atas kebawah berwarna HIJAU, KUNING dan BIRU 2. Perbandingan-perbandingan antara lebarnya dan jalur-jalur tersebut dibawah huruf urutan dari atas kebawah adalah 2:1:2 3. Perbandingan antara panjang dan lebarnya bendera itu 7:5

3.3 Sejarah Dinas Komunikasi Dan Informatika Pemerintah Kota Bandung

Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung merupakan Lembaga Teknis Daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007, Tanggal 4 Desember 2007 serta merupakan penggabungan Satuan Kerja Pemerintah Daerah SKPD Dinas dan Kantor di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yaitu Dinas Informasi dan Komunikasi dengan Kantor Pengolahan Data Elektronik KPDE. Dengan demikian Diskominfo berdiri sejak diberlakukannya PERDA Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung. Dengan diterbirkan dan berlakunya Perda Kota Bandung Nomor : 13 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Perda Kota Bandung No. 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung Tanggal 7 Agustus 2009, maka Badan Komunikasi dan Informatika Kota Bandung menjadi Dinas Komunikasi dan Informatika DISKOMINFO Pemerintah Kota Bandung

3.4 Visi Dan Misi Dinas Komunikasi Dan Informatika Pemerintah Kota Bandung

3.4.1 Visi Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung

Terwujudnya efektifitas dan efisiensi komunikasi dan informatika penyelenggaraan pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa Bermartabat. Adapun penjelasan dari visi Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung adalah sebagai berikut: 1. Terwujudnya pusat layanan informasi Kota Bandung adalah terciptanya pusat pelayanan informasi bagi warga Kota Bandung terutama yang memerlukan informasi, baik yang menyangkut kebijakan umum Pemerintah Kota maupun perizinan-perizinan. Dengan pemahaman ini, akhirnya diharapkan akan terwujud masyarakat yang mengerti dan memahami informasi dalam berbagai kebijakan pemerintah yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Bandung sebagai kota jasa adalah kota yang menitikberatkan pada jasa. 3. Bandung kota jasa yang bermatabat bersih, makmur, taat, dan bersahabat yaitu: a. Bersih : Kota bersih dari sampah, praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, penyakit masyarakat, perbuatan tercela lainnya yang bertentangan dengan norma agama dan budaya masyarakat. b. Makmur : Kota Bandung sebagai kota jasa yang memberikan kemakmuran bagi warganya. c. Taat : Kota Bandung sebagai kota jasa harus memiliki warga yang taat terhadap agama, hukum, dan aturan-aturan yang ditetapkan untuk menjaga keamanan, kenyamanan, dan ketertiban kota. d. Bersahabat : Kota Bandung sebagai kota jasa harus memiliki warga yang bersahabat, santun, akrab, dan dapat menyenangkan bagi orang yang berkunjung serta menjadikan kota yang bersahabat dalam pemahaman kota yang ramah lingkungan.

3.4.2 Misi Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung

Misi dari Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan dan mengembangkan kemitraan, pemberdayaan dan pendayagunaan prasarana dan sarana komunikasi dan informatika, 2. Meningkatkan layanan publik dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan komunikasi dialogis, 3. Meningkatkan pelayanan informasi dan pemberdayaan potensi masyarakat dalam rangka mewujudkan budaya masyarakat berbasis teknologi informasi, 4. Meningkatkan kerjasama, kemitraan dan pemberdayaan lembaga komunikasi dan informatika pemerintah dan masyarakat, 5. Mendorong peran media massa dalam rangka meningkatkan informasi yang beretika dan bertanggungjawab, dan 6. Meningkatkan sumber daya manusia bidang komunikasi dan informatika yang handal.

3.5 Struktur Organisasi Dinas Komunikasi Dan Informatika Pemerintah

Kota Bandung Untuk menunjang kelancaran kegiatan Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung maka diperlukan suatu struktur organisasi. Seperti yang tertulis pada perda Kota Bandung No.5 tahun 2001 tentang pembentukan dan susunan organisasi Dinas Daerah Kota Bandung. Berikut adalah gambar struktur organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung : Gambar 3.5.1 Struktur Organisasi Dinas Komunikasi Dan Informatika Sumber : www.bandung.go.id Berikut adalah susunan organisasi pada Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung : A. Kepala Dinas B. Sekretariat, membawahkan : 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 2. Sub Bagian Keuangan dan Program C. Bidang Pos dan Telekomunikasi, membawahkan : 1. Seksi Pengendalian Pos dan Telekomunikasi 2. Seksi Pemberdayaan Pos dan Telekomunikasi D. Bidang Telematika, membawahkan : 1. Seksi Sarana dan Prasarana Telematika 2. Seksi E-government dan Pemberdayaan Telematika E. Bidang Diseminasi Informasi, membawahkan : 1. Seksi Pengelolaan Data dan Informasi 2. Seksi Komunikasi dan Multimedia F. Bidang Hubungan Masyarakat, membawahkan : 1. Seksi Peliputan dan Dokumentasi 2. Seksi Kemitraan Media dan Publikasi

3.6 Tugas Pokok Dinas Komunikasi Dan Informatika Pemerintah Kota Bandung

Tugas pokok Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung adalah “Melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang penerangan”. Kewenangan Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung menurut peraturan daerah Bandung No.02 Tahun 2001 tentang kewenangan daerah Kota Bandung sebagai daerah otonomi diantaranya : 1. Penetapan program pelayanan informasi dan komunikasi. 2. Peningkatan peran dan koordinasi kehumasan pemerintah kota. 3. Fasilitas pelayanan kebutuhan informasi mengenai kebijakan dan pelaksanaan kebijakan Pemerintah Kota. 4. Sosialisasi wawasan kebangsaan, hukum dan perundang-undangan serta produk-produk hukum daerah. 5. Penyelenggaraan penertiban dan kegiatan media informasi pemerintah daerah. 6. Monitoring dan sensor peraturan daerah film-film dan VCD yang bertentangan dengan nilai agama dan susila. 7. Penyelenggaraan pusat pelayanan informasi. 8. Penyelenggaraan pendaftaraan dan pencatatan penertiban dan grafika, media cetak dan elektronik lokal. 9. Pemberian rekomendasi bagi pendirian gedung bioskop. 10. Pemberian pertimbangan kerjasama luar negeri di bidang-bidang penerangan di daerah. 11. Dokumentasi kegiatan dan produk-produk hukum daerah.

3.7 Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi Dan Informatika Pemerintah Kota Bandung

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Tugas pokok Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Bandung adalah “Melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang penerangan”. Oleh karena itu masing-masing Sub Bidang memiliki rincian tugas pokok dan fungsi satuan organisasi diantaranya :

1. Kepala Dinas