Perilaku Seksual Remaja TINJAUAN PUSTAKA

2.3.3 Perubahan universal pada remaja Secara umum remaja memiliki empat perubahan : 1. Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja. 2. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru bagi remaja muda. Masalah yang timbul lebih banyak dan sulit diselesaikan dibandingkan dengan masalah yang dihadapi sebelumnya. 3. Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang terjadi pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. 4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalence terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut untuk bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. Hurlock, 1980.

2.4 Perilaku Seksual Remaja

2.4.1 Pengertian Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Budi Rajab, 2007 Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksual nya bisa berupa orang lain, orang dalam hayalan atau diri sendiri, sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Akan tetapi, pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah, misalnya pada para gadis yang terpaksa menggugurkan kandungan nya. Permasalahan seksualitas yang umum dihadapi remaja adalah masalah dorongan seksual. Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri. Perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh yang kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis. Ketertarikan antar lawan jenis ini kemudian berkembang kepada kencan yang lebih serius. Akhirnya, rasa ingin tahu yang sangat kuat mengalahkan pemahaman tentang norma, kontrol diri dan pemikiran rasional sehingga tampil dalam bentuk perilaku coba-coba berhubungan seks yang akhirnya malah bikin ketagihan. Budi Rajab, 2007 Universitas Sumatera Utara Perilaku seksual harus dibedakan dengan hubungan seksual karena selama ini sering kali ada kesalahan pengertian dalam memaknai keduanya. Perilaku seksual itu tidak semuanya negatif, tapi malah mengandung hal-hal yang positif. Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Perilaku seksual ini sangat luas sifatnya, misalnya : berdandan, melirik, merayu, menggoda dan sebagainya. Perilaku seksual, merupakan hasil interaksi kepribadian dengan lingkungan sekitarnya. 2.4.2 Hal yang mendasari perilaku seks pada remaja 1. Harapan untuk kawin dalam usia yang relatif muda 20 tahun. 2. Semakin derasnya arus informasi yang didapat menimbulkan rangsangan seksual remaja terutama remaja di daerah perkotaan, yang mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks dimana akhirnya memberikan dampak terjadinya penyakit hubungan seks dan kehamilan diluar perkawinan pada remaja. Manuaba, 1998. 2.4.3 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku seksual Perilaku seksual terjadi karena beberapa faktor yaitu : 1. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya. Lingkungan yang telah dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seksual. Keinginan untuk dapat diterima oleh lingkungan pergaulannya begitu besar, sehingga dapat mengalahkan semua nilai yang didapat, baik dari orang tua maupun dari sekolahnya. Universitas Sumatera Utara 2. Adanya tekanan dari pacarnya. Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang nanti dihadapinya. 3. Adanya kebutuhan badaniah Seks menurut beberapa ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Jadi, wajar saja jika semua orang, tidak terkecuali remaja menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan resiko yang akan mereka dihadapi. 4. Rasa penasaran Pada usia remaja, rasa keingintahuannya begitu besar terhadap seks. Apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya. 5. Pelampiasan diri Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri. Misalnya, karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya. Maka, dengan pikirannya tersebut, ia akan merasa putus asa lalu mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya ke dalam pergaulan bebas. Universitas Sumatera Utara 6. Lingkungan keluarga Bagi seorang remaja, mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orangtuanya tidak berdasarkan kepentingan kedua belah pihak orangtua dan anak. Akibatnya remaja tersebut merasa tertekan, sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks. 2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja 1. Pengalaman Seksual Makin banyak pengalaman mendengar, melihat dan mengalami hubungan seksual, maka makin kuat stimulasi yang dapat mendorong munculnya perilaku seksual. Misalnya : - Media massa film, internet, gambar atau majalah porno. - Obrolan dari teman atau pacar tentang pengalaman seks. - Melihat orang-orang yang tengah berpacaran atau melakukan hubungan seksual. 2. Faktor kepribadian Seperti harga diri, kontrol diri, tanggung jawab, kemampuan membuat keputusan dan nilai-nilai yang dimiliki. 3. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan Orang yang memiliki penghayatan yang kuat tenang nilai-nilai keagamaan, integritas yang baik juga cenderung mampu menampilkan perilaku seksual yang selaras dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari perilaku yang produktif. Universitas Sumatera Utara 4. Berfungsinya keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol, penanaman nilai moral dan keterbukaan komunikasi. 5. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab. Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA PENELITIAN