9
9
BAB II LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teoritis
1. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu mela
lui interaksi dengan lingkungan”.
1
Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap. Winkel dalam
buku Riyanto mengatakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkunganya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbek as”.
2
Slameto berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkunganya
”.
3
Selanjutnya untuk lebih memahami tentang belajar Evelina Silengar menyebutkan bahwa ciri-ciri belajar yaitu:
1 Adanya kemampuan baru atau perubahan tingkah laku baik bersifat
pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotorik, maupun nilai dan sikap afektif.
2 Perubahan itu tidak sesaat saja, melainkan menetap dan dapat
tersimpan.
1
Oemar Hamalik, Proses Belajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 28
2
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, hal. 05
3
Evelina Siregar, Teorl Belajar Dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, cet. 1. hal. 05
10
3 Perubahan dilakukan harus dengan usaha, perubahan tersebut
akibat interaksi dengan lingkungannya. 4
Perubahan bukan disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, kelelahan, penyakit atau obat-obatan
Sedangkan menurut Sardiman A.M. menyatakan: “Belajar
merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun
teori”.
4
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses seseorang yang dilakukan secara sadar dan kontinu untuk
memperoleh perubahan seluruh aspek tingkah laku baik bersifat pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotorik, maupun nilai dan
sikap afektif sebagai hasil dari pengalaman menggunakan panca inderanya dan interaksi seseorang dengan lingkungannya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
5
Faktor intern adalah suatu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar seperti faktor
jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu seperti faktor
keluarga, faktor sekolah dan masyarakat. 1
Faktor intern meliputi: a
Faktor jasmaniah yang terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh. b
Faktor psikologi terdiri atas intelegensi, perhatian, bakat minat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c Faktor kelelahan, baik kelelahan jasmani ataupun rohani.
2 Faktor ekstern meliputi :
a Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, hubungan
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
4
Sardiman. A. M, Interaksi Belajar Mengajar, Jakarta:Raja Grafindo, 2003, hal. 22
5
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, cet. ke V, hal. 60
11
b Faktor sekolah yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum,
hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah dan alat pelajaran.
c Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,
massa media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
c. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas secara bahasa berarti kegiatan, kesibukan, keaktivan, kerja, atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian
dalam, artinya segala sesuatu yang dilakukan oleh sesorang dengan maksud mengerjakan hal-hal yang tertentu da
pat diartikan dengan “aktivitas”. Aktivitas artiny
a “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik,
merupakan suatu aktifltas Aktivitas belajar diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
oleh siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dimana siswa bekerja atau berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga dengan demikian siswa
tersebut memperoleh pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan aspek- aspek lain tentang apa yang ia lakukan.
6
Aktivitas yang dilakukan di kelas terjadi bila ada kegiatan yang dilakukan guru dengan siswa. dimaksud
aktifitas belajar dalam hal ini adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental dalam proses kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan
proses belajar mengajar. Lebih lanjut Sardi
man M.A berpendapat bahwa “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi
melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas ”.
7
Pembelajaran di kelas sangat berkaitan dengan aktivitas baik itu guru maupun siswa. Dalam diri siswa terdapat potensi yang hidup dan
6
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, cet ke-3, h. 172
7
Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hal. 95
12
berkembang yang masing-masing siswa tersebut memiliki keinginan melakukan sesuatu dan bekerja sendiri.
Pada pendidikan modern pembelajaran lebih menitikberatkan pada aktivitas siswa, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan aktivitas
siswa dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut,
sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan aktivitas keaktifan dalam proses belajar dan pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa aktivitas belajar
merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar
yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar
aktif yang dapat merubah siswa baik sisi kognitif intelektualitas, afektif sikap, maupun sisi psikomotorik ketrampilan.
Aktivitas belajar mengandung beberapa kiat yang dapat menumbuhkan belajar aktif pada diri siswa dan mengenal potensi siswa
dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam proses belajar mengajar.
Gagne dan Briggs dalam Martinis Yamin mengatakan rangkaian pembelajaran yang dilakukan dalam dalam kelas untuk menumbuhkan
aktivitas dan partisipasi siswa, yaitu: 1
Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa. 2
Menjelaskan tujuan instruksional kemampuan dasar kepada siswa.
3 Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4 Memberikan stimulus masalah, topik, dan konsep yang akan
dipelajari. 5
Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. 6
Memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7 Memberikan umpan balik feed back.
13
8 Melakukan evalusi terhadap siswa berupa tes sehingga
kemampuan siswa selalu terpantau dan rerukur. 9
Meyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran
8
d. Klasifikasi Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar siswa pada dasarnya dapat diklasiflkasikan menjadi 8 kelompok.
9
Pengelompokan tersebut didasarkan pada pendapat Paul D. Dierich, yaitu:
1 Kegiatan-kegiatan Visual seperti Membaca, melihat gambar,
eksperimen, demonstrasi, mengamati orang lain, dll. 2
Kegiatan-kegiatan Lisan oral seperti Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3 Kegiatan-kegiatan Mendengarkan seperti Mendengarkan penyajian
bahan, mendengarkan
percakapan atau
diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio, dll. 4
Kegiatan-kegiatan Menulis seperti Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman,
mengerjakan tes dan mengisi angket. 5
Kegiatan-kegiatan Menggambar seperti Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dll.
6 Kegiatan-kegiatan Metrik, seperti Melakukan percobaan, memilih alat-
alat, pameran, membuat model, permainan, dll. 7
Kegiatan-kegiatan Mental seperti Merenung, mengingat, memecahkan masalah, membuat keputusan, dll.
8 Kegiatan-kegiatan Emosional seperti Minat, berani, tenang dan lain-
lain.
8
Martimis Yamin, Kiat Pembelajar Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, cet. ke- 3, hal. 84
9
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, cet ke- 9, hal. 90-91
14
Adapun Syaiful Bahri mengatakan beberapa aktivitas dalam proses pembelajaran diantaranya:
1 Mendengarkan
2 Memandang
3 Meraba, Membau, dan MencicipiMengecap
4 Menulis atau Mencacat
5 Membaca
6 Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi
7 Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram, Dan Bagan-Bagan
8 Menyusun Paper atau Kertas Kerja
9 Mengingat
10 Berpikir
11 Latihan atau Praktek.
10
e. Hasil Belajar
Satu diantara tujuan proses pembelajaran adalah untuk mengetahui hasil belajar yang didapatkan oleh siswa setelah melakukan pembelajaran.
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang membedakan yaitu tujuan pengajaran, pengalaman proses belajar mengajar,
dan hasil belajar.
11
Hasil Belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yang memiliki arti yang berb
eda, yaitu “hasil” dan “belajar”. Dan Irwanto mengungkapkan secara sederhana belajar merupakan proses perubahan dari
belum mampu menjadi sudah mampu yang, terjadi dalam jangka waktu tertentu.
12
Jadi, hasil belajar adalah suatu pencapaian terakhir yang menghasilkan perubahan input secara fungsional melalui suatu proses
perubahan yang belum mampu menjadi mampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Ahmad Sofyan mengungkapkan, bahwa hasil belajar adalah “pengajar harus mengetahui sejauh mana siswa telah mengerti bahan yang
10
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hal. 38- 42
11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2009, cet ke-14, hal. 02.
12
Irwanto, Psikologi Umum, Jakarta:Prenhallindo. 2002, hal 105
15
telah diajarkan atau sejauh mana tujuan kompetensi dari kegiatan pembelaja
ran yang dikelola dapat dicapai”.
13
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono mengatakan, hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan
siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.
14
Sementar a itu, Nana Sudjana mengatakan “hasil belajar ialah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
15
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perolehan kemampuan belajar yang didapatkan siswa setelah melalui berbagai macam
pengalaman pada dirinya dalam proses kegiatan pembelajaran, untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat
diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberikan petunjuk kepada guru di kelas.
Beberapa macam model pembelajaran menurut Arends diantaranya adalah Model Pembelajaran Langsung, Model Pembelajaran Kooperatif,
Model Pembelajaran Kooperatif.
16
1 Model Pembelajaran Langsung
13
Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006, hal .04
14
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, cet II, hal. 190.
14
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2009, cet ke-14, hal. 22.
16
Mohammad Asikin, Model-model Pembelajaran Matematika, Semarang:UNNESA Press, 2001, hal. 03
16
Model ini secara khusus dilakukan untuk menunjang proses belajar siswa dengan guru secara langsung yang berkaitan dengan
pengetahuan guru mentransfer ilmu dengan cara prosedur dan terstruktur. Model pembelajaran ini yang paling dominan dikelas
adalah guru. 2
Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model ini memiliki ciri pokok yaitu siswa belajar dalam
kelompok secara bersama-sama yang dibentuk dari siswa-siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu,
penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Tujuan dari pembelajaran ini adalah hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
3 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran ini menekankan pada materi yang mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan persoalan tersebut lebih
disukai dengan berbagai altematif cara pemecahannya. Tujuannya untuk membantu siswa mengembangkan pemecahan masalah, belajar
bekerja sama dan menjadi pelajar yang mandiri. 4
Model Pembelajaran Diskusi Diskusi adalah suatu model pembelajaran melalui interaksi
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Dengan tujuan untuk memecahakan masalah, bertukar pikiran, menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal
dengan pembelajaran secara berkelompok. Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar
17
kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan
yang bersifat interdependensi efektif diantara anggota kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif
tentang apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan diri secara individu dan
sumbangan dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil.
17
Senada dengan Sanjaya dalam Rusman berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok.
18
Riyanto menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik
Academic Skill, sekaligus ketrampilan sosial social skill termasuk IQ interpersonal skill.
19
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
20
1 Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajamya. 2
Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3 Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, agama, etnis dan jenis
kelamin yang berbeda-beda. 4
Pembelajaran lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
17
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008, cet. I, hal. 194
18
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesional Guru, Jakarta: Rajawali Press, 2011, hal. 203
19
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009, hal. 27
20
Ibrohim,dkk, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya:Universitas Negeri Surabaya, 2001, hal. 06
18
Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif sehingga untuk mencapai hasil yang maksimal perlu diterapkan
lima unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1 Saling ketergantungan positif, artinya keberhasilan kelompok sangat
dipengaruhi oleh usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu mcnyusun tugas
sedemikian rupa,
sehingga setiap
anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan
mereka. 2
Tanggung jawab perseorangan, artinya setiap anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan kelompok
3 Tatap muka, artinya setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk
bertemu dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan mendorong siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota
kelompoknya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, di mengisi kekurangan masing-masing.
4 Komunikasi antar anggota, unsur ini menghenaaki agar siswa dibekali
dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi, karena keberhasilan kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk
saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5 Evaluasi proses kelompok, guru perlu menjadwalkan waktu khusus
bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara efektif.
21
b. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif banyak sekali metode yang dikenalkan antara tipe pembelajaran yang satu dengan yang lain memiliki
perbedaan, baik pada keunggulan, cara pembelajaran maupun kekurangannya. Tipe pembelajaran kooperatif yang sudah diterapkan
yaitu: STAD Student Teams Achievement Division, TAI team Assisted
21
Anita lie, Cooperatif: Mempraktikan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas, Jakarta: Grasindo, 2002, hal 31
19
Individualization, TGT Teams Games Tournament, Jigsaw, penelitian kelompok Group Investigation;
22
1 STAD Student Teams Achievement Division.
Dalam STAD siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan beranggotakan 4-5 siswa, dalam kelompok tersebut harus
berbagai macam siswa, seperti tingkatan dalam prestasi, jenis kelamin, rasa atau suku dan agama. Selanjutnya guru memberikan materi
kepada tiap kelompok, setiap siswa dalam kelompok tersebut harus mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri. Dalam penilaiannya guru
memeberikan skor kepada masing- masing siswa sesuai kesepakatan bersama.
2 TAI Team Assisted Individualization
TAI atau pembelajaran individual dibantu tim pada dasamya hampir sama dengan STAD, dalam penggunaan tim belajar empat
anggota berkemampuan campur dan penghargaan untuk tim berkinerja tinggi, bedanya bila STAD menggunakan satu langkah pengajaran di
kelas, TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individu.
3 TGT Teams Games Tournament
TGT atau
pertandingan-pertandingan tim
merupakan pengembangan dari STAD. Setelah siswa belajar dalam kelompoknya,
masing-masing anggota kelompok akan mengadakan lomba dengan anggota kelompok lain, sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Penilaian kelompok didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari masing masing anggota kelompok.
4 Jigsaw
Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok- kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri atas empat sampai lima orang
22
Robert E. Slavina, Cooperatif Learningteori: riset dan praktek, Bandung: Nusa Media, hal 11-16
20
yang berbeda tingkat kemampuan, ras, atau jenis kelaminnya. Masing- masing anggota kelompokdiberikan tugas untuk mempelajari topik
tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Setiap siswa dipertemukan dengan
siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yangsama, Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap ini
setiap siswa diperbolehkan bertanya, mengungkapkan pendapat, berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Pada akhir kegiatan
setiap anggota mengerjakan tes untuk semua sub topik dan topik yang dipelajari. Skor hasil tes tiap kelompok dihitung dan diumumkan
secara terbuka. 5
GI Group Investigation Group Investigation adalah strategi pembelajaran yang
dirancang agar siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah dan mengembangkan keterampilan meneliti. Didalam teknik
ini siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil menggunakan inkuiri kooperatif, diskusi kelompok dan perencanaan serta proyek
kooperatif. Tiap kelompok diberi tanggung jawab untuk memilih topik yang diminati, membagi tugas-tugas menjadi sub-sub topiknya
tersebut. Mereka juga mengintegrasikan materi sub-sub topiknya untuk menyusun laporan kelompok. Laporan hasil kerja kelompok
dilaporkan kesemua anggota kelompok.
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Linda Lungren dalam Ibrahim, ada beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah,
yaitu: 1
Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. 2
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. 3
Memperbaiki sikap terhadap IPS dan sekolah. 4
Memperbaiki kehadiran. 5
Angka putus sekolah menjadi rendah.
21
6 Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar.
7 Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.
8 Konflik antar pribadi berkurang.
9 Sikap apatis berkurang.
10 Pemahaman yang lebih mendalam.
11 Motivasi lebih besar.
12 Hasil belajar lebih tinggi.
13 Retensi lebih lama.
14 Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
23
Sedangkan kelemahan pembalajaran kooperatif diantaranya adalah: 1
Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup lama. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa akan
mengerti dan memahami pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh
siswa ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok. 2
Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari,
bahwa sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
3 Keberhasilan kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali penerapan strategi
ini.
3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
a. Pengertian STAD
Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavina dan kawan- kawannya dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling
sederhana dan paling langsung pendekatan pembelajaran kooperatif.
24
23
Ibrohim,dkk, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya:Universitas Negeri Surabaya, 2001, hal. 18
24
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 364
22
Tipe STAD lebih merupakan metode umum dalam mengatur kelas daripada metode komprehensif dalam mengajarkan pelajaran tertentu.
Student Team Achievement Divisions STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan
dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan
pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhimya seluruh
siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
b. Komponen STAD
Menurut Slavin ada lima komponen utama dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
25
1 Penyajian Kelas
Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks.
Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk
menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi. 2
Menetapkan siswa dalam kelompok Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD
karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi
dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus
lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri
dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan
25
Robert E. Slavina, Cooperatif Learningteori, riset dan praktek, Bandung: Nusa Media, 2005, hal. 143
23
agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri
teman sekelompoknya. 3
Tes dan Kuis Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua
kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan
memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
4 Skor peningkatan individual
Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang
paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Adapun penghitungan skor peningkatan individu dalam penelitian ini diambil dari peningkatan individu yang dikemukakan
oleh Slavina
26
seperti terlihat tabel di bawah ini:
Tabel 2. 1 Peningkatan Individu
Skor Kuis Poin Peningkatan
Lebih dari 10 Poin dibawah skor awal 5
10-1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
26
Robert E. Slavina, Cooperatif Learning teori, riset dan praktek, Bandung: Nusa Media, hal. 156
24
5 Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok
dilakukan dengan
memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar.
Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian
penghargaan ini tergantung dari kreativitas.
c. Langkah-langkah Penerapan STAD
Dalam menerapkan model pemefoalajaran tipe STAD ini guru harus memperhatikan gambaran secara baik tentang langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini agar tujuan yang dinginkan akan tercapai. Langkah-langkah penerapan STAD sebagai berikut:
Pertama, Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok. Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan
lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen
dengan jumlah maksimal 4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada Kemampuan akademik pandai, sedang dan rendah,
Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaansifat pendiam dan aktif, dll.
Kedua, Penyajian materi pelajaran, dalam penyajian ini guru harus memperhatikan dan menekankan pada ha-hal berikul:
1 Pendahuluan, di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa
dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan
mereka pelajari. 2
Pengembangan, Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk
memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan- peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami
konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
25
3 Praktek terkendali, Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan
materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar
siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.
Ketiga, kegiatan kelompok, Guru mernbagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain
materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab
pertanyaan. Keempat, Evaluasi, Dilakukan selama 5-10 menit secara mandiri
untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu
dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok. Kelima, Penghargaan kelompok, Dari hasil nilai perkembangan,
maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
Keenam, Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok Satu periode penilaian 3-4 minggu dilakukan perhitungan ulang skor
evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan saling membantu dengan siswa lain.
2 Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan
3 Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
4 Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain
Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1
Membutuhkan waktu yang cukup lam untuk memahami dan melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
26
2 Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang
kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang
pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
3 Tes Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini
setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab
soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuias atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri bekerja
sama dengan anggota kelompoknya. 4
Penentuan Skor, Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang diperoleh siswa masukkan dalam daftar skor individual, untuk
melihat peningkatan
kemampuan individual.
Rata-rata skor
peningkatan individual merupakan sumbangan bagi kinerja percapaian hasil kelompok.
5 Penghargaan terhadap kelompok, Berdasarkan skor peningkatan
individu diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.
4. Hakikat pembelajaran IPS
a. Pengertian IPS
Istilah pendidikan IPS dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan
padanan dari social studies dalam konteks kurikulum di negara-negara barat seperti Austrlia dan Amerika Serikat.
27
Pengertian IPS ditingkat persekolahan mempunyai perbedaan makna seperti IPS untuk Sekolah Dasar SD berarti program pengajaran,
IPS untuk Sekolah Menegah PertamaSMP berarti mata pelajaran yang
27
Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, Bandung: UPI Press, 2006, hal. 03
27
berdiri sendiri, sedangkan untuk sekolah menengah atas SMA berarti gabungan dari sejumlah mata pelajaran.
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dirnana anak didik
tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitamya.
Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin
mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang banyak mendasari perkembangan ilmu pengetahuan lain memiliki peran penting dalam kehidupan manusia.
b. Karekteristik Pendidikan IPS
Salah satu karekteristik dari defmisi IPS adalah bersifat dinamis, artinya IPS selalu berubah-rubah sesuai dengan perkembangan
masyarakat, baik aspek materi, pendekatan maupun tujuan sesuai dengan perkembanagan masyarakat.
Kosasih Jahri dalam Sapriya menjelaskan kareteristik Pendidikan IPS yaitu:
1 IPS berusaha mempertautkan teori ilmu denagn fakta sebaliknya.
2 Penelaahan dan pembahasan ilmu ips tidak hanya dari satu bidang
disiplin ilmu sajamelainkan bersifat komprehensif. 3
Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri. 4
Program pembelajaran IPS disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan
lainnya dengan kehidupan nyata di masayarakat. 5
IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang labil mudah berubah.
6 IPS mengutamakan hal-hal, arti dan menghayatan hubungan antar
manusia yang bersifat manusiawi.
28
7 Pembelajaran bukan hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga
nilai dan keterampilannya. 8
Berusaha memuskan setiap siswa yang berbeda melaui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan
masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya. 9
Dalam program penegmbanagnnya pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip karekteristik dan pendekatan-pendekatan
yang menjadi ciri IPS itu sendiri.
c. Tujuan IPS
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan
memberi bekal
kemampuan dasar
kepada siswa
untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kosasih Jahiri mengemukakan 5 tujuan pokok pembelajaran IPS : 1
Membina siswa
agar mampu
mengembangkan pengertianpengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep
ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisiplinerkomfrehensif dari berbagai cabang ilmu.
2 Membina siswa agar mampu mengembangkan dan mempraktekan
keanekaragaman keterampilan studi, kerja serta intelektualnya secara pantas dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial.
3 Membina mendorong siswa untuk memahami, menghargai dan
menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural. 4
Membina siswa ke arah turut mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan juga dapat mengembangkan-menyempurnakan nilai-
nilai yang ada pada dirinya. 5
Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik secara individu maupun sebagai warga
Negara.
28
29
Sejalan dengan pendapat di atas N. Daldjoeni mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah :
1 IPS Mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social science
jika ia nantinya masuk ke perguruan tinggi. 2
IPS bertujuan mendidik kewarganegaraan yang baik, dimana mata pelajaran yang disajikan guru sekaligus harus ditempatkan dalam
konteks budaya melalui pengolahan secara ilmiah dan psikologis yang tepat. IPS diramu berupa civies di masa lampau sebagai contohnya.
3 IPS yang pada hakekatnya merupakan kompromi antara 1 dan 2 di
atas, sehingga IPS didefinisikan sebagai suatu penyederhanaan dan penyaringan terhadap ilmu-ilmu sosial yang penyajiannya di sekolah
disesuaikan dengan kemampuan guru dan daya tangkap siswa. 4
IPS yang mempelajari closed area yaitu masalah-masalah sosial yang pantang dibicarakan di muka umum. Bahannya menyangkut
masalah ekonomi, politik maupun budaya agar siswa terlatih berpikir demokratis.
B. Kerangka Berfikir
Proses Pembelajaran sangat berkaitan dengan partisipasi aktif dari siswa. Siswa tidak hanya menerima dan menghafal begitu saja materi yang
diperolehnya dari guru, namun siswa mencari dan memperoleh pengetahuan yang baru oleh diri sendiri karena setiap siswa merupakan individu yang ingin
selalau mencari informasi-informasi baru, akan tetapi saat ini masih banyak guru yang menerapkan pembelajaran konvensional, dimana guru sebagai
pemegang peran utama pemberi informasi. Hal ini berdampak pada rendahnya aktivitas siwa terhadap pembelajaran IPS dan kurangnya inovasi pembelajaran
di kelas oleh guru yang mengakibatkan akan rendah pula prestasi belajar siswa.
30
C. Hipotesis Tindakan
Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD tidak dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Grogol
Selatan 02 Jakarta Selatan. Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan.
31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Grogol Selatan 02 Jakarta Selatan yang beralamat di Jl. Sukabumi Selatan Kebon Jeruk Jakarta Selatan. Peneliti
melakukan penelitian di sekolah tersebut karena dekat dengan rumah dan tempatnya yang mudah dijangkau oleh kendaraan umum.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan bulan Oktober 2012 - Februari 2013.
Tabel 3. 1 Waktu Penelitian
No Tahapan kegiatan penelitian
Pelaksanaan kegiatan Oktober
November Desember
Januari Pebruari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi pendahuluan
2 Persiapan penelitian
3 Pengajuan izin penelitian
4 Penelitian siklus I
5 Penelitian Siklus II
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 Penyusunan Laporan Penelitian
B.
Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas PTKClassroom Action Research
CAR. Dengan metode penelitian ini peneliti berfokus pada proses belajar mengajar dan hasil belajar pembelajaran dikelas, dalam hal ini kelas bukan
hanya diartikan oleh empat dinding kelasruang kelas akan tetapi lebih pada aktivitas belajar dan interaksi guru dengan siswa atau siswa dengan
siswa.