Debit Efisiensi Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Durian Lingga Daerah Irigasi Namu Sira Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

semakin besar. Kandungan bahan organik tanah pada tepi saluran lebih besar dari dasar saluran dapat dilihat pada Tabel 3, sehingga nilai kerapatan massa dan kerapatan partikel pada tepi saluran lebih kecil dibandingkan dasar saluran dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Namun untuk nilai porositas tanah pada tepi saluran lebih besar dari dasar saluran. Menurut Hardjowigeno 2007 porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika kandungan bahan organik tinggi.

2. Debit

Pengukuran debit pada saluran tersier 1 dan saluran tersier 2 dengan menggunakan sekat ukur tipe Thompson di Desa Durian Lingga Daerah Irigasi Namu Sira Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 7 dan perhitungan pada Lampiran 3. Tabel 7. Hasil Pengukuran Debit Saluran Lokasi Jarak Pengukuran m Debit ldet Hulu Hilir Saluran 1 120 7,62 4,81 Saluran 1 90 7,62 6,01 Saluran 2 90 11,24 7,47 Pada saat pengukuran debit, jarak antara pengukuran di hulu dan hilir pada saluran 1 yaitu 120 meter, sedangkan pada saluran kedua jarak pengukurannya yaitu 90 meter. Panjangnya jarak pengukuran debit saluran antara hulu dan hilir menentukan besarnya debit pada bagian hilir. Semakin jauh jarak pengukuran maka debit pada bagian hilir semakin kecil. Terlihat pada saluran 1 dengan jarak 120 m debit hilirnya adalah 4,81 ldet, sementara pada saluran 2 dengan jarak lebih dekat yaitu 90 m diperoleh debit hilirnya 7,47 ldet. Namun dengan jarak saluran yang sama 90 m dengan mengasumsikan bahwa kehilangan air pada setiap meter adalah sama maka debit hilir pada saluran 1 yaitu 6,01 ldet. Universitas Sumatera Utara Dari tabel di atas diketahui bahwa debit air pada bagian hulu saluran lebih besar dibandingkan dengan bagian hilir. Hal ini disebabkan karena terjadi kehilangan air pada saat penyaluran dari tempat pengukuran debit hulu sampai pengukuran debit hilir seperti terjadinya proses evpotranspirasi, perkolasi dan rembesan sehingga mengakibatkan berkurangnya air di bagian hilir saluran.

3. Efisiensi

Besar efisiensi pada saluran tersier 1 dan saluran tersier 2 di Desa Durian Lingga Daerah Irigasi Namu Sira Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 8 dan perhitungan pada Lampiran 6. Tabel 8. Efisiensi Saluran Tersier No Lokasi Jarak m Efisiensi 1 Saluran 1 120 63,12 2 Saluran 1 90 78,87 3 Saluran 2 90 66,46 Pada saat pengukuran debit, jarak antara pengukuran di hulu dan hilir pada saluran 1 yaitu 120 meter, sedangkan pada saluran 2 jarak pengukurannya yaitu 90 meter. Efisiensi saluran 1 dengan jarak 120 m adalah 63,12 dan efisiensi untuk saluran 2 dengan jarak 90 m yaitu 66,46. Sementara itu efisiensi untuk saluran 1 dengan jarak pengukuran sama dengan saluran 2 yaitu 90 m adalah 78,87. Kehilangan air pada saluran 2 lebih besar dibanding dengan saluran 1, namun efisiensi pada saluran 2 lebih tinggi dibanding dengan saluran 1. Hal ini disebabkan oleh jarak pengukuran debit pada saluran 2 lebih pendek dibanding jarak pengukuran debit pada saluran 1. Sehingga efisiensi penyaluran air pada saluran 2 lebih tinggi dibanding saluran 1. Jika jarak pengukuran yang digunakan sama 90 m dengan mengasumsikan bahwa kehilangan air pada setiap meter adalah sama, maka efisiensi pada saluran 1 lebih tinggi dibanding saluran 2. Universitas Sumatera Utara Besarnya nilai efisiensi ini dipengaruhi oleh besarnya kehilangan air pada saluran. Pada jarak yang sama yaitu 90 meter, efisiensi pada saluran 1 lebih tinggi dibandingkan dengan saluran 2. Kehilangan yang terjadi dapat melalui evapotranspirasi, perkolasi dan rembesan. Dimana nilai evapotranspirasi, perkolasi dan rembesan dapat dilihat pada Tabel 9. Kehilangan air terbesar terjadi pada saluran 2, sehingga efisiensinya lebih kecil.

4. Kehilangan Air