5.2 Pembahasan 5.2.1 Karakteristik Responden
Hasil data umur siswi menunjukkan 53 jumlah responden termasuk usia remaja penuh 16-19 tahun dan usia menarche rata-rata usia 12 tahun. Menarche
sebagai tanda pematangan organ reproduksi wanita, sangat beresiko terjadi gangguan apabila tidak melakukan perawatan menjaga kebersihan genitalia
dengan tepat dan benar. Menurut Kusmiran 2012, baik usia remaja muda dan usia remaja penuh sama-sama mempunyai resiko terhadap kesehatan reproduksi
meskipun pada usia remaja penuh, remaja sudah mempunyai nilai-nilai dan moral sendiri, dan sudah mulai mempunyai sikap yang jelas termasuk dalam perawatan
kebersihan diri.
5.2.2 Kejadian Keputihan Fisiologis dan Patologis
Hasil data penelitian diatas menunjukkan hampir semua siswi pernah mengalami keputihan fisiologis. Keputihan fisiologis adalah hal yang normal
terjadi pada wanita dan dapat terjadi pada semua usia termasuk remaja. Ada beberapa penyebab peningkatan jumlah cairan keputihan yang fisiologis, yaitu
peningkatan hormon pada sekitar masa haid atau hamil, pada saat kelelahan dan
stress, rangsangan seksual, serta pada pemakaian kontrasepsi Patel, et al., 2005.
Keputihan fisiologis dapat menjadi keputihan patologis bila perawatannya tidak tepat yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan memicu terjadinya
konsekuensi serius. Dari data yang diperoleh, bahwa sebagian besar responden pernah mengalami keputihan patologis yaitu 86 siswi 89,5 yang ditandai rasa
gatal dan berbau, ataupun rasa panas disertai rasa gatal disekitar alat genitalianya.
5.2.3 Gambaran Perilaku Kebersihan Genitalia
Perilaku kesehatan adalah semua hal atau kegiatan seseorang yang dapat diamati observable maupun yang tidak dapat diamati unobservable, berkaitan
dengan pemeliharaan atau peningkatan kesehatan Skinner, 1936 dalam Notoadmodjo, 2005. Pertanyaan mengenai perilaku menjaga kebersihan
genitalia meliputi pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan keputihan,
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan yang mendukung perilaku sehat untuk mencegah atau menangani keputihan, paparan informasi tentang keputihan serta tindakan
menjaga kebersihan genitalia. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang terdiri dari kelas x, xi, dan xii di SMA Swasta Santo Thomas 2
Medan, 49 memiliki perilaku kebersihan genitalia yang baik dan 51 berperilaku cukup. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Rahmayanti 2012 menemukan 61,9 responden memiliki perilaku yang baik terhadap kebersihan genitalia pada siswi SMA Negeri 9 Kebon Pala Jakarta
Timur. Hal ini disebabkan semakin banyak sumber informasi yang didapatkan siswi mengenai perilaku kebersihan genitalia yang benar melalui media cetak
atau elektronik, bimbingan orang tua, guru, dan petugas kesehatan. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang tinggi
akan berdampak pada sikap yang terbentuk terhadap perilaku menjaga kebersihan genitalia. Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan Putriani 2012
di SMA Hang Kesturi Medan menunjukkan gambaran pengetahuan yang baik mengenai keputihan berdampak terhadap sikap dan terbentuknya tindakan
mengatasi keputihan. Penelitian yang dilakukan Permatasari 2012 di SMA Negeri 9 Semarang menunjukkan adanya hubungan tingkat pengetahuan remaja
putri tentang personal higiene dengan tindakan pencegahan keputihan p=0.001. Hal ini sesuai dengan teori Bloom dalam Notoatmodjo 2003 mengatakan bahwa
perilaku dibagi dalam 3 tiga domain atau ranah yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan mengenai cara mencegah terjadinya keputihan yang baik
menjadi salah satu unsur penting dalam menentukan sikap dan pelaksanaan pencegahan seperti membedakan antara keputihan fisiologis dan patologis serta
penyebab terjadinya keputihan patologis, sehingga pencegahan keputihan dapat dilakukan secara tepat.
Pelayanan kesehatan akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku sehat termasuk menjaga kebersihan genitalia pada remaja. Dalam hal ini
diperlukan peran petugas kesehatan agar memfasilitasi individu untuk meningkatkan pemahaman remaja tentang mengenal keputihan, bagaimana
pencegahannya, dan upaya mencari pengobatan ke fasilitas yang profesional.
Universitas Sumatera Utara
Responden dengan perilaku menjaga kebersihan genitalia yang cukup, dimungkinkan karena proses pembentukan perilaku yang baik yang belum
terlihat.
5.2.4 Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan