Kerangka Teori Kerangka Teori dan konsepsi

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, maka Penelitian dengan judul “PENGOPLOSAN BERAS DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN , belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Dengan demikian, maka dari segi keilmuan penelitian ini dapat dikatakan asli, sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan obyektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah .

F. Kerangka Teori dan konsepsi

1. Kerangka Teori

No state shall make on enforce any law wich shall abridge the privileges or immunities of citizens…, nor shall any state deprive any person of life, liberty, or property without due process of law, nor deny any person within its jurisdiction the equal protection of the laws. Tidak satu Negara pun dapat membuat atau menjalankan hukum yang dapat mengurangi hak dan kekebalan dari warga negara…, juga tidak satu negara pun yang dapat menghilangkan kehidupan, kebebasan, atau hak milik dari seseorang tanpa melalui proses hukum yang adil, tidak ada satu negara pun yang dapat menolak perlakuan yang sama terhadap warga negaranya di depan hukum Amandemen XIV dari Konstitusi Negara Amerika serikat 12 12 Munir Fuadi, Dinamika Teori Hukum, Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia, 2007, hlm. 110 Universitas Sumatera Utara Keadilan dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu ; 13 a. Keadilan Kumutatif, b. Keadilan Distributif dan c. Keadilan Hukum. Keadilan kumutatif merupakan suatu keputusan yang konstan untuk memberikan setiap orang haknya to give each one his due dengan tujuan untuk menyesuaikan atau menyeimbangkan interaksi antar individu, sehingga masing-masing bisa memperoleh haknya secara sama. Jadi keadilan kumutatif merupakan keadilan yang berasal dari suatu kebajikan yang khusus dan pada prinsipnya memberlakukan asas “sama rata sama rasa” tanpa melihat pada kualifikasi pencari keadilan tersebut, jadi keadilan kumutatif memberlakukan orang secara sama equal. Keadilan distributif diartikan sebagai suatu keputusan yang konstan dari negara sebagai otoritas kekuasaan untuk memberikan setiap orang akan haknya, dengan tujuan untuk mendistribusikan barang-barang yang dapat dimiliki dalam jenis dan jumlah yang masing-masing bervariasi, sesuai dengan jasa baik merits, kecuranganketercelaan demerits, kemampuan dan kebutuhan dari setiap individu dalam suatu masyarakat. Sehingga terhadap keadilan distributif ini ada yang menganggap sebagai bagian dari “keadilan untuk memberi hasil remunerative justice atau keadilan untuk mempertahankan hak vindicative justice. Dalam hal ini, keadilan distributif memberikan setiap orang sesuai prestasinya, atau memberikan setiap orang sesuai tingkat kesalahannya, karena itu berbeda dengan keadilan kumutatif yang menekankan kepada pengertian 13 Ibid Universitas Sumatera Utara “kesamaan”, sedangkan keadilan distributif lebih menekankan kepada pengertian “proporsional”. Keadilan hukum legal justice berarti keadilan telah dirumuskan oleh hukum dalam bentuk hak dan kewajiban, dimana pelanggaran terhadap keadilan ini akan ditegakkan lewat proses hukum, umumnya oleh pengadilan. Namun ada pengertian lain dari keadilan hukum ini yang sebenarnya lebih merupakan keadilan sosial, yaitu suatu keputusan yang konstan dari warga negara untuk memberikan kepada negara hak dari negara tersebut, dengan tujuan untuk menyesuaikan setiap tindakan individu dengan kepentingan bersama dalam negara. 14 Seorang guru besar dalam bidang filosofis moral dari Glasgow University pada tahun 1750, sekaligus pula sebagai ahli teori hukum, “Bapak ekonomi modern” yakni Adam Smith mengatakan bahwa tujuan keadilan adalah untuk melindungi dari kerugian the end of justice is to secure from injury. 15 Teori Keadilan Adam Smith, hanya menerima satu konsep atau teori keadilan yaitu keadilan kumutatif. Alasannya, yang disebut keadilan sesungguhnya hanya punya satu arti yaitu keadilan kumutatif yang menyangkut kesetaraan, keseimbangan, keharmonisan hubungan antara satu orang atau pihak dengan orang atau pihak lain. 16 Prinsip keadilan kumutatif tersebut adalah sebagai berikut; 14 Ibid, hlm 118 15 R.L. Meek, D.D. Raphael dan P.G. Stein, dalam Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonmi. Hal. 5 16 http:m31ly.wordpress.com200911136, Keadilan Dalam Bisnis, diakses tanggal 14 Mei 2010 Universitas Sumatera Utara 1. Prinsip No Harm Prinsip keadilan kumutatif menurut Adam Smith adalah no harm, yaitu tidak merugikan dan melukai orang lain baik sebagai manusia, anggota keluarga atau anggota masyarakat baik menyangkut pribadinya, miliknya atau reputasinya. Pertama, keadilan tidak hanya menyangkut pemulihan kerugian, tetapi juga menyangkut pencegahan terhadap pelanggaran hak dan kepentingan pihak lain. Kedua, pemerintah dan rakyat sama-sama mempunyai hak sesuai dengan status sosialnya yang tidak boleh dilanggar oleh kedua belah pihak. Pemerintah wajib menahan diri untuk tidak melanggar hak rakyat dan rakyat sendiri wajib mentaati pemerintah selama pemerintah berlaku adil, maka hanya dengan inilah dapat diharapkan akan tercipta dan terjamin suatu tatanan sosial yang harmonis. Ketiga, keadilan berkaitan dengan prinsip ketidakberpihakan impartiality, yaitu prinsip perlakuan yang sama didepan hukum bagi setiap anggota masyarakat. 2. Prinsip Non-Intervention Di samping prinsip no harm, juga terdapat prinsip no intervention atau tidak ikut campur dan prinsip perdagangan yang adil dalam kehidupan ekonomi. Prinsip ini menuntut agar demi jaminan dan penghargaan atas hak dan kepentingan setiap orang, tidak seorangpun diperkenankan untuk ikut campur tangan dalam kehidupan dan kegiatan orang lain. Campur tangan dalam bentuk apapun akan merupakan pelanggaran terhadap hak orang tertentu yang merupakan suatu harm kerugian dan itu berarti telah terjadi ketidakadilan. Universitas Sumatera Utara 3. Prinsip Keadilan Tukar Prinsip keadilan tukar atau prinsip pertukaran dagang yang fair, terutama terwujud dan terungkap dalam mekanisme harga dalam pasar. Dalam keadilan tukar ini, Adam Smith membedakan antara harga alamiah dan harga pasar atau harga aktual. Harga alamiah adalah harga yang mencerminkan biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh produsen, yaitu terdiri dari tiga komponen biaya produksi berupa; upah buruh, keuntungan untuk pemilik modal, dan sewa. Sedangkan harga pasar atau harga aktual adalah harga yang aktual ditawarkan dan dibayar dalam transaksi dagang di dalam pasar. Pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang saling memerlukan. Pelaku usaha perlu menjual barang dan jasanya kepada konsumen. Sebaliknya konsumen memerlukan barang danatau jasa yang dihasilkan dan dijual oleh pelaku usaha guna memenuhi keperluannya sehingga kedua belah pihak saling memperoleh manfaat atau keuntungan. Dalam prakteknya sering kali konsumen dirugikan oleh pelaku usaha yang tidak jujur, nakal yang jika ditinjau dari aspek hukum merupakan tindak pelanggaran hukum. Akibatnya konsumen menerima barang dan atau jasa tidak sesuai dengan kualitas, kuantitas dan harganya. Di sisi lain karena ketidak tahuan dan kekurang sadaran konsumen akan hak-haknya maka konsumen menjadi korban pelaku usaha 17 . Lemahnya posisi konsumen dibandingkan posisi produsen juga disebabkan karena mulai dari proses sampai hasil produksi barang dan atau jasa yang dihasilkan tanpa campur 17 Abdul Halim Barkatullah , Hukum Perlindungan Konsumen, Banjarmasin: FH. Unlam Press, 2008, hlm. V. Universitas Sumatera Utara tangan konsumen sedikitpun. 18 Pada peristiwa semacam inilah dibutuhkan hukum untuk memberikan perlindungan konsumen. Sampai saat ini secara universal diakui adanya hak-hak konsumen yang secara universal pula harus dilindungi dan dihormati yaitu : 19 a. Hak keamanan dan keselamatan b. Hak atas informasi c. Hak untuk memilih d. Hak untuk di dengar e. Hak atas lingkungan hidup Dalam konteks hukum perlindungan konsumen terdapat prinsip-prinsip yang berlaku dalam bidang hukum. Prinsip-prinsip itu ada yang masih berlaku sampai sekarang tetapi ada pula yang ditinggalkan seiring dengan tuntutan kesadaran hukum masyarakat yang terus meningkat. Prinsip-prinsip yang muncul tentang kedudukan kosumen dalam hubungan hukum dengan pelaku usaha berangkat dari doktrin atau teori yang dikenal dalam perjalanan sejarah hukum perlindungan konsumen, termasuk dalam kelompok ini adalah: 20 a. Let the buyer beware caveat emptor b. The due care theory c. The prifity of contract d. Prinsip kontrak bukan merupakan syarat 18 Husni Syawali, op.cit., hlm. 37 19 Ibid, hlm. 39 20 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia 2006, hlm 63 Universitas Sumatera Utara

1. Let the buyer beware caveat emptor

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 2 21

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 3 13

PELAKSANAAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 11

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NASABAH DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

Kedudukan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

1 1 53

Undang Undang No. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 1 45

KEDUDUKAN HUKUM PASIEN EUTHANASIA DITINJAU DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN

0 2 12