Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010
Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010
Oleh: ANDY WILLIAM
070100033
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh: ANDY WILLIAM
070100033
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010
Nama : Andy William
NIM : 070100033
Pembimbing Penguji I
(dr. Sri Sofyani, Sp.A(K)) (Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, M.S., Sp.FK) NIP 19530417 198003 2 001
Penguji II
(dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes.) NIP 19690609 199903 2 001
Medan, 17 Desember 2010
Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH) NIP 19540220 198011 1 001
(4)
ABSTRAK
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk mengetahui kekurangan gizi tersebut, dapat dilakukan penilaian status gizi yang juga merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan pada anak. Menurut Centers
for Disease Control (CDC), status gizi pada anak terbagi atas gizi baik,
malnutrisi ringan, malnutrisi sedang, malnutrisi berat, overweight, dan obesitas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Penelitian ini bertujuan untuk menilai status gizi anak Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi dengan menggunakan baku yang telah tersedia dari grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan eid indeks dari BB/TB melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan anak panti asuhan. Populasi penelitian adalah seluruh anak-anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi pada tahun 2010 yang berjumlah 104 orang. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode total sampling. Data yang dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS untuk dianalisa secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.
Dari penelitian ini didapatkan sebagian besar anak memiliki status gizi baik dengan jumlah 80 orang (76,9%), kemudian anak dengan status gizi malnutrisi ringan sebanyak 15 orang (14,4%) dan sisanya adalah anak yang
overweight sebanyak 9 orang (8,7%). Sedangkan malnutrisi sedang, malnutrisi
berat, dan obesitas tidak ditemukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panti asuhan telah baik dalam menangani masalah gizi anak-anak panti asuhan.
(5)
ABSTRACT
Nutrition holds an important key in human's life cycle. In children, malnutrition will cause growing and development disorder and the consequences will continue until adulthood if this problem left untreated. In order to know the malnutrition status of a child, an assessment of nutrition status is done, which is one of child’s growth indicator. According to Centers for Disease Control (CDC), pediatric nutrition status consists of good nutrition status, mild malnutrition status, moderate malnutrition status, severe malnutrition status, overweight, and obesity.
This is a descriptive research with cross-sectional design. The purpose of this research is to assess the nutrition status of the children from Terima Kasih Abadi Orphanage, using the standard provided by CDC-NCHS 2000 graphic based on weight-by-height eid-index through measuring body weight and height of the children in the orphanage. The research population is all of the children from Terima Kasih Abadi Orphanage, with a total of 104 people by the year 2010. The research sample is taken through using total sampling method. The data obtained were explored through the help of SPSS, to present a descriptive analysis in the form of distribution frequency tables and graphics.
The result shows that most of the children have a good nutrition status, which is a total of 80 chidren (76.9%), 15 children have mild malnutrition status (14.4%), and the rest of the 9 children are overweight (8.7%). While moderate malnutrition, severe malnutrition, and obesity were not found in the given result.
The result of the experiment proves that the orphanage have handled the children’s problem of nutrition well.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010”. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai tugas akhir dalam pemenuhan persayaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga laporan hasil penelitian ini tidak mungkin disebut sebagai suatu karya yang sempurna. Kekurangan dan ketidaksempurnaan tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam rintangan dan halangan yang selalu datang baik secara pribadi pada penulis maupun dalam masalah teknis pengerjaan. Penulis merasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis yang kelak dapat memberi manfaat di kemudian hari.
Oleh karena kekurangan pada diri penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, maka semua itu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran USU Medan.
2. Ibu dr. Sri Sofyani, Sp.A(K), sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukkan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Pimpinan Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi, Bapak Pdt. Drs. F. Zendrato, S.Th, yang telah memberikan kesempatan serta sarana untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
(7)
4. Seluruh pengasuh serta anak-anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi yang telah membantu saya dalam pengumpulan data karya tulis ilmiah ini.
5. Seluruh pegawai dan staf pengajar bagian IKK Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 6. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Kedokteran USU yang telah
mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih atas bantuannya.
7. Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, drg. Aminudhin dan dra. Mery Soengjadi, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan studi saya termasuk dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
8. Terima kasih juga saya sampaikan kepada kakak saya, drg. Fridolin Widia yang telah mendukung saya dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya tuliskan yang telah memberikan bantuan kepada saya dalam pengerjaan karya tulis ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan, November 2010
Penulis,
Andy William
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi ... 5
2.1.1 Pengertian Status Gizi ... 5
2.1.2 Penilaian Status Gizi ... 6
2.1.3 Pemeriksaan Antropometris ... 11
2.1.4 Standar Penilaian Status Gizi ... 17
2.2. Panti Asuhan ... 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20
3.2. Definisi Operasional ... 20
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan penelitian ... 23
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
4.3.1 Populasi Penelitian ... 23
4.3.2 Sampel Penelitian ... 23
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 24
4.5. Metode Analisis Data ... 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 26
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26
5.1.2 Karakteristik Responden ... 26
5.1.2.1 Status Gizi Responden ... 27
5.1.2.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Kelompok Usia ... 28
(9)
5.1.2.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Jenis Kelamin ... 29 5.2. Pembahasan ... 30 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ... 35 6.2. Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Panti Asuhan
Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan
Barat tahun 2010 ... 27 Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi Responden di Panti Asuhan
Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan
Barat tahun 2010 ... 28 Tabel 5.3 D ist ribus i St at us Giz i Respo nden berdasarkan
Kelompok Usia di Panti Asuhan Yayasan Terima
Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat tahun 2010 ... 28 Tabel 5.4 D ist ribus i St at us Giz i Respo nden berdasarkan
Jenis Kelamin di Panti Asuhan Yayasan Terima
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep Penilaian Status Gizi ... 20 Gambar 2. Gra fik D ist r ibu s i St at us G iz i berd a sar ka n
Kelompok Usia ... 32 Gambar 3. Gra fik D ist r ibu s i St at us G iz i berd a sar ka n
(12)
DAFTAR SINGKATAN
BB = Berat Badan
CDC = Centers for Disease Control
Cm = Centimeter
Kg = Kilogram
KMS = Kartu Menuju Sehat
NCHS = National Center for Health Statistics SMA = Sekolah Menengah Atas
SPSS = Statistical Package for the Social Science
TB = Tinggi Badan
U = Usia
UPT = Unit Pelaksana Teknis WHO = World Health Organization
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Lembar Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 3. Lembar Persetujuan Peserta
Lampiran 4. Lembar Ethical Clearance Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
Lampiran 6. Lembar Grafik CDC-NCHS 2000 Lampiran 7. Data Induk (Master Data) dan Output
(14)
ABSTRAK
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk mengetahui kekurangan gizi tersebut, dapat dilakukan penilaian status gizi yang juga merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan pada anak. Menurut Centers
for Disease Control (CDC), status gizi pada anak terbagi atas gizi baik,
malnutrisi ringan, malnutrisi sedang, malnutrisi berat, overweight, dan obesitas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Penelitian ini bertujuan untuk menilai status gizi anak Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi dengan menggunakan baku yang telah tersedia dari grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan eid indeks dari BB/TB melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan anak panti asuhan. Populasi penelitian adalah seluruh anak-anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi pada tahun 2010 yang berjumlah 104 orang. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode total sampling. Data yang dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS untuk dianalisa secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.
Dari penelitian ini didapatkan sebagian besar anak memiliki status gizi baik dengan jumlah 80 orang (76,9%), kemudian anak dengan status gizi malnutrisi ringan sebanyak 15 orang (14,4%) dan sisanya adalah anak yang
overweight sebanyak 9 orang (8,7%). Sedangkan malnutrisi sedang, malnutrisi
berat, dan obesitas tidak ditemukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panti asuhan telah baik dalam menangani masalah gizi anak-anak panti asuhan.
(15)
ABSTRACT
Nutrition holds an important key in human's life cycle. In children, malnutrition will cause growing and development disorder and the consequences will continue until adulthood if this problem left untreated. In order to know the malnutrition status of a child, an assessment of nutrition status is done, which is one of child’s growth indicator. According to Centers for Disease Control (CDC), pediatric nutrition status consists of good nutrition status, mild malnutrition status, moderate malnutrition status, severe malnutrition status, overweight, and obesity.
This is a descriptive research with cross-sectional design. The purpose of this research is to assess the nutrition status of the children from Terima Kasih Abadi Orphanage, using the standard provided by CDC-NCHS 2000 graphic based on weight-by-height eid-index through measuring body weight and height of the children in the orphanage. The research population is all of the children from Terima Kasih Abadi Orphanage, with a total of 104 people by the year 2010. The research sample is taken through using total sampling method. The data obtained were explored through the help of SPSS, to present a descriptive analysis in the form of distribution frequency tables and graphics.
The result shows that most of the children have a good nutrition status, which is a total of 80 chidren (76.9%), 15 children have mild malnutrition status (14.4%), and the rest of the 9 children are overweight (8.7%). While moderate malnutrition, severe malnutrition, and obesity were not found in the given result.
The result of the experiment proves that the orphanage have handled the children’s problem of nutrition well.
(16)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk mengetahui kekurangan gizi tersebut, dapat dilakukan penilaian status gizi yang juga merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan pada anak. Menurut Centers
for Disease Control (CDC), status gizi pada anak terbagi atas gizi baik,
malnutrisi ringan, malnutrisi sedang, malnutrisi berat, overweight, dan obesitas. Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi. Kejadian kekurangan gizi sering terluput dari penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya usia harapan hidup (Atmarita, 2004 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005, angka gizi buruk dan gizi kurang adalah 28% dari jumlah anak Indonesia. Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5% (1989) menjadi 24,6% (2000).
Demikian halnya dengan status gizi buruk pada anak-anak di Sumatera Utara pada tahun 2003 yang tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 12,35% dan gizi kurang 18,59%. Gizi kurang pada anak akan menghambat pertumbuhan dan kurangnya zat tenaga dan kurang protein (zat pembangun) sehingga perlu diperhatikan menu yang seimbang khususnya pada anak-anak untuk pencapaian Indonesia Sehat 2010 (Adisasmito W., 2007 yang dikutip oleh Habeahan, 2009)
Indonesia Sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Visi pembangunan gizi adalah
(17)
mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat atau keluarga yang optimal (Dinkes, 2006).
Data-data di atas terdapat pada populasi yang umum. Namun demikian, status gizi anak yang hidup di panti asuhan belum banyak diketahui. Panti asuhan adalah sebuah wadah yang menampung anak yatim piatu. Di mana anak-anak yatim piatu (ataupun anak-anak yang dititipkan orang tuanya karena tidak mampu) biasanya tinggal, mendapatkan pendidikan, dan juga dibekali berbagai keterampilan agar dapat berguna di kehidupannya nanti (Habeahan, 2009)
Daly, et al. (1979) mengutarakan bahwa konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu asupan makanan dan tingkat kesehatan. Asupan makanan dipengaruhi oleh pendapatan (dana yang tersedia), makanan, dan tersedianya bahan makanan. Sedangkan tingkat kesehatan dipengaruhi oleh pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat (sanitasi), termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan (Supariasa, 2002).
Di Indonesia sebagaimana halnya dengan negara-negara berkembang lainnya, masalah kesehatan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu keadaan gizi yang tidak baik dan merajalelanya penyakit infeksi (Moehji, 1992 yang dikutip oleh Nasution R.E.S., 2007).
Antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi terdapat hubungan sebab akibat yang timbal balik dan sangat erat. Gizi yang buruk dapat menyebabkan terjadinya infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Sebaliknya pula, penyakit infeksi yang sering diderita akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan zat gizi sedangkan nafsu makan menurun sehingga dapat mengakibatkan anak yang gizinya baik akan menderita gangguan gizi (Sajogyo, 1986 yang dikutip oleh Nasution R.E.S., 2007).
Dari penjelasan di atas, ada beberapa faktor yang mungkin muncul pada anak panti asuhan dibandingkan dengan populasi anak pada umumnya, mengingat panti asuhan dikelola sebagai tempat pengasuhan anak secara berkelompok, berbeda dengan anak-anak yang berada dalam tatanan rumah tangga yang diasuh secara langsung oleh ibu rumah tangga (anggota rumah
(18)
tangga). Akibatnya pengasuhan dan perhatian terhadap nutrisi dan kesehatan mereka masing-masing secara langsung kurang, sehingga kemungkinan angka malnutrisi tinggi. Demikian pula perbandingan jumlah anak yang lebih besar daripada jumlah pengasuh, sehingga perhatian terhadap status gizi pun akan lebih rendah. Kemungkinan lain berupa masalah dana yang rendah sehingga kebutuhan gizi tidak sebanding dengan asupan yang diterima anak-anak panti asuhan.
Terkait dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran status gizi anak panti asuhan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran status gizi anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Menilai status gizi anak Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi 1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengukur berat badan dan tinggi badan anak Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi
2. Mengetahui ada tidaknya gizi kurang (malnutrisi) pada anak Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi
3. Mengetahui distribusi status gizi anak Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi berdasarkan usia dan jenis kelamin
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: a. Bagi peneliti:
1) untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan,
(19)
2) dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat,
3) dapat meningkatkan kemampuan dalam menerapkan pengetahuan statistik kedokteran ke dalam penelitian,
4) dapat meningkatkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam meneliti berbagai macam bidang penelitian lainnya.
b. Bagi mahasiswa, dapat digunakan sebagai bahan informasi, masukan, dan perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis,
c. Bagi pengasuh panti asuhan, sebagai bahan masukan yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka untuk menangani masalah status gizi anak-anak panti asuhan, menghindari faktor-faktor yang memperparah dan mengatasinya jika sudah timbul masalah, dapat juga melalui konsultasi pada ahli gizi,
d. Bagi anak-anak panti asuhan, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka akan pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh,
e. Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang cara menilai status gizi anak dan pentingnya memberikan perhatian yang cukup mengenai masalah status gizi pada anak-anak panti asuhan,
f. Bagi pemerintah, terutama departemen sosial, dapat digunakan sebagai upaya peningkatan pelayanan sosial pada anak di panti asuhan.
(20)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi
2.1.1 Pengertian Status Gizi
Sebelum membahas status gizi, pertama sekali kita perlu mengetahui pengertian dari gizi itu sendiri. Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, 2002).
Jadi, status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2006 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).
Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level yang paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan (Riyadi, 2001 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).
Hal yang sama diutarakan oleh Daly, et al. (1979) bahwa konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supariasa, 2002).
(21)
Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di samping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap (Arisman, 2009).
2.1.2 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai.
Pada prinsipnya, penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian pada periode kehidupan lain. Komponen penilaian status gizi meliputi (1) survei asupan makanan, (2) pemeriksaan biokimia, (3) pemeriksaan klinis, serta (4) pemeriksaan antropometris (Arisman, 2009).
Survei asupan makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002).
Anamnesis tentang asupan pangan harus mencantumkan pula (selain wawancara asupan pangan) pertanyaan yang terkait dengan baik status gizi maupun kesehatan gigi. Anamnesis juga wajib mencantumkan pola konsumsi obat karena kemungkinan interaksi antara makanan dan obat.
Anamnesis tentang asupan pangan merupakan satu tahap penilaian status gizi yang paling sulit dan tidak jarang membuat penilai frustasi karena berbagai sebab. Pertama, manusia memiliki sifat lupa sehingga orang sering tidak mampu mengingat dengan pasti jenis (apalagi jumlah) makanan yang telah disantap. Kedua, manusia sering mengedepankan gengsi jika diberi tahu bahwa makanan mereka akan dinilai, pola “pangan” pun dipaksakan berubah. Ketiga, sejauh ini,
(22)
belumlah mungkin penghitungan komposisi makanan secara akurat, kecuali kegiatan pangan dapat terawasi dengan ketat. Di samping itu, masih banyak kendala lain yang berpotensi menyendatkan langkah penilaian ini.
Pada prinsipnya, kedekatan antara keduanya perlu ditumbuhkan agar responden menaruh kepercayaan pada pewawancara. Bahasa yang digunakan oleh pewawancara harus dimengerti secara benar oleh responden. Selain itu, wawasan pangan pewawancara harus luas, ia harus mengetahui jenis makanan yang beredar, baik legal maupun ilegal, di daerah tempat ia ditugaskan (Arisman, 2009).
Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2002).
Uji biokimiawi yang penting ialah pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein. Ada dua jenis protein, viseral dan somatik, yang layak dijadikan parameter penentu status gizi. Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan occult blood dan telur cacing saja (Arisman, 2009).
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan zat gizi yang spesifik.
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda
(23)
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) (Supariasa, 2002).
Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk riwayat kesehatan. Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan adalah kemampuan mengunyah dan menelan, keadaan nafsu makan, makanan yang digemari dan yang dihindari, serta masalah saluran pencernaan (Arisman, 2009).
Pemeriksaan antropometris secara umum artinya penilaian ukuran tubuh
manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).
Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak yang berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh (Arisman, 2009).
Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penelitian suatu gizi mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dengan menyadari kelebihan dan kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis suatu penyakit perlu digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan memberikan gambaran yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode adalah sebagai berikut:
a) Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode, seperti tujuan ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropometri. Apabila ingin melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya menggunakan metode biokimia.
(24)
b) Unit Sampel yang Akan Diukur
Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individual, rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi. Apabila unit sampel yang akan diukur adalah kelompok atau masyarakat yang rawan gizi secara keseluruhan maka sebaiknya menggunakan metode antropometri, karena metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa dipertanggungjawabkan.
c) Jenis Informasi yang Dibutuhkan
Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis informasi yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan, berat dan tinggi badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang asupan makanan, maka metode yang digunakan adalah survei konsumsi. Di lain pihak, apabila ingin mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yang digunakan adalah biokimia. Membutuhkan informasi tentang keadaan fisik seperti berat badan dan tinggi badan, sebaiknya menggunakan metode antropometri.
d) Tingkat Reabilitas dan Akurasi yang Dibutuhkan
Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reabilitas dan akurasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis dalam menilai tingkatan pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subjektif sekali. Penilaian ini membutuhkan tenaga medis dan paramedis yang sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang ini. Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reabilitas dan akurasi yang sangat tinggi. Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga dan sarana-sarana lain yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan biokimia sangat dianjurkan. e) Tersedianya Fasilitas dan Peralatan
Berbagai jenis fasilitas dan perlatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat sulit diperoleh. Pada umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara antropometri relatif lebih mudah diperoleh
(25)
dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia. Pengadaan jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan, ada yang diimport dari luar negeri dan ada yang didapat dari dalam negeri. Umumnya peralatan yang diimport lebih mahal dibandingkan dengan yang produksi dalam negeri.
f) Tenaga
Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi penggunaan metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam pengumpulan data status gizi antara lain: ahli gizi, dokter, ahli kimia, dan tenaga lain. Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan tenaga ahli kimia atau analis kimia, karena menyangkut berbagai jenis bahan dan reaksi kimia yang harus dikuasai. Berbeda dengan penilaian status gizi secara antropometri, tidak memerlukan tenaga ahli, tetapi tenaga tersebut cukup dilatih beberapa hari saja sudah dapat menjalankan tugasnya. Kader gizi di Posyandu adalah tenaga gizi yang tidak ahli, tetapi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, walaupun disana-sini masih ada kekurangannya. Tugas utama kader gizi adalah melakukan pengukuran antropometri, seperti tinggi badan dan berat badan serta usia anak. Penilaian status gizi secara klinis, membutuhkan tenaga medis (dokter). Tenaga kesehatan lain selain dokter, tidak dapat diandalkan, mengingat tanda-tanda klinis tidak spesifik untuk keadaan tertentu. Stomatitis angular, sering tidak benar diinterpretasikan sebagai kekurangan riboflavin. Keadaan ini di India diakibatkan dari kebanyakan mengunyah daun sirih atau buah pinang yang banyak mengandung kapur, yang dapat menyebabkan iritasi pada bibir. g) Waktu
Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempengaruhi metode yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan, dan tahunan. Apabila kita ingin menilai status gizi di suatu masyarakat dan waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya dengan menggunakan metode antropometri. Sangat mustahil kita menggunakan
(26)
metode biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat, apalagi ditunjang dengan tenaga, biaya, dan peralatan yang memadai.
h) Dana
Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan metode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi.
Jadi, pemilihan metode penilaian status gizi harus selalu mempertimbangkan faktor tersebut di atas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saling mengait. Oleh karena itu, untuk menentukan metode penilaian status gizi, harus memperhatikan secara keseluruhan dan mencermati kelebihan dan kekurangan tiap-tiap metode itu (Supariasa, 2002).
2.1.3 Pemeriksaan Antropometris
Pertumbuhan dipengaruhi oleh determinan biologis yang meliputi jenis kelamin, lingkungan dalam rahim, jumlah kelahiran, berat lahir pada kehamilan tunggal atau majemuk, ukuran orang tua dan konstitusi genetis, serta faktor lingkungan (termasuk iklim, musim, dan keadaan sosial-ekonomi). Pengaruh lingkungan, terutama gizi, lebih penting daripada latar belakang genetis atau faktor biologis lain, terutama pada masa pertumbuhan. Ukuran tubuh tertentu dapat memberikan keterangan mengenai jenis malnutrisi (Arisman, 2009).
Pengukuran status gizi anak berdasarkan antropometri adalah jenis pengukuran paling sederhana dan praktis karena lebih mudah dilakukan, murah, cepat, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar, serta hasil pengukurannya lebih akurat. Secara umum antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap berat badan, tinggi badan, dan lingkaran-lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, 2002).
Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi.
(27)
Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu untuk: (1) penapisan status gizi, (2) survei status gizi, dan (3) pemantauan status gizi. Penapisan diarahkan pada orang per orang untuk keperluan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan itu. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu (Arisman, 2009).
Ukuran antropometris bergantung pada kesederhanaan, ketepatan, kepekaan, serta ketersediaan alat ukur; di samping keberadaan nilai baku acuan yang akan digunakan sebagai pembanding. Jika nilai baku suatu negara (Indonesia) belum tersedia, boleh digunakan baku Internasional. Pembolehan ini didasarkan atas asumsi bahwa potensi tumbuh-kembang anak pada umumnya serupa. Hubungan berbagai ukuran antropometris (terutama berat dan tinggi badan) pada anak normal yang sehat secara relatif mantap. Baku acuan ditujukan sebagai perbandingan semata, bukan menggambarkan keidealan. Interpretasi perbandingan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan saat seseorang dipaksa untuk memutuskan apakah nilai yang diharapkan itu harus 100% atau 90%, atau dengan proporsi lain lagi. Sekedar pembakuan, WHO menganjurkan penggunaan data dari NCHS sebagai acuan (Arisman, 2009).
Penilaian antropometris status gizi didasarkan pada pengukuran berat dan tinggi badan, serta usia. Data ini dipakai dalam menghitung 3 macam indeks, yaitu indeks (1) berat terhadap tinggi badan (BB/TB) yang diperuntukkan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang; (2) tinggi terhadap usia (TB/U) yang digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi di masa lampau; dan (3) berat terhadap usia (BB/U) yang menunjukkan secara sensitif gambaran status gizi saat ini (saat diukur). Kekurangan tinggi terhadap usia meriwayatkan satu masa ketika pertumbuhan tidak terjadi (gagal) pada usia dini selama periode yang cukup lama (Soekirman, 2000 yang dikutip oleh Agustina, 2009).
Pertambahan berat badan merupakan parameter yang paling sesuai karena cukup sensitif, erat hubungannya dengan konsumsi energi dan protein yang merupakan dua jenis zat gizi yang paling sering menimbulkan masalah kesehatan gizi pada skala nasional atau daerah luas regional di Indonesia. Parameter ini juga
(28)
cukup sensitif terhadap perubahan-perubahan akut mengenai konsumsi bahan makanan pokok dan mudah pelaksanaannya. Pemantauannya dapat dilakukan berkesinambungan oleh masyarakat itu sendiri dengan biaya murah tanpa memerlukan peralatan rumit dan keahlian khusus (Sediaoetama, 2006 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: usia, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.
Faktor usia sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan usia akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan usia yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan usia digunakan adalah tahun usia penuh (Completed Year).
Contoh: Usia: 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun 6 tahun 11 bulan, dihitung 6 tahun
Untuk melengkapi data usia dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1) Meminta surat kelahiran, kartu keluarga, atau catatan lain yang dibuat oleh
orang tuanya. Apabila tidak ada, jika memungkinkan cobalah minta catatan kelahiran pada pamong desa,
2) Jika diketahui kalender lokal seperti bulan Arab atau bulan lokal (Jawa, Sunda, dll), cocokan dengan kalender nasional,
3) Jika tetap tidak diketahui, catatan kelahiran anak berdasarkan daya ingat orang tua atau berdasarkan kejadian-kejadian penting, seperti lebaran, tahun baru, puasa, pemilihan kepala desa atau peristiwa nasional, seperti Pemilu, banjir, gunung meletus, dll. Sebelum pengumpulan data, buatlah daftar tentang tanggal, bulan dan tahun kejadian dari peristiwa peristiwa penting di daerah dimana kita ingin mengumpulkan data,
4) Cara lain jika memungkinkan dapat dilakukan dengan membandingkan anak yang diketahui usianya dengan anak kerabat/tetangga yang diketahui pasti
(29)
tanggal lahirnya, misalnya: beberapa bulan lebih tua atau lebih muda.
5) Jika tanggal lahirnya tidak diketahui dengan tepat, sedangkan bulan dan tahunnya diketahui, maka tanggal lahir anak tersebut ditentukan tanggal 15 bulan yang bersangkutan.
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
Berat badan merupakan pilhan utama karena berbagai pertimbangan, anta ra lain:
1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan ko nsums i makanan dan kesehatan.
2) Memberikan gambaran status giz i sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara meluas.
4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.
5) KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk didikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.
6) Karena masalah usia merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai
(30)
indeks yang tidak tergantung pada umur.
7) Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain. 2) Mudah diperoleh dan relatif mudah harganya.
3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg. 4) Skalanya mudah dibaca.
5) Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Jenis timbangan yang digunakan adalah detecto yang terdapat di Puskesmas. Timbangan kamar mandi (bath room scale) tidak dapat dipakai menimbang anak balita, karena menggunakan per, sehingga hasilnya dapat berubah-ubah menurut kepekaan per-nya.
Menimbang anak dengan cara yang sama tetapi dapat digunakan kantong celana timbang, kain sarung, atau keranjang. Harus selalu diingat bahwa sebelum anak ditimbang, jarum menunjukkan skala 0 (nol) setelah ditambahkan kain sarung atau keranjang. Kesulitan dalam menimbang anak adalah anak terlalu aktif, sehingga sulit melihat skala dan anak biasanya menangis.
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lain dari keadaan sekarang, jika umur diketahui dengan tepat. Di samping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan.
Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
Cara mengukur:
1. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus dasar setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.
(31)
2. Lepaskan sepatu atau sandal.
3. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris, kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan.
4. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus menempel pada dinding.
5. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur.
Untuk mendapatkan data antropometri yang baik harus dilakukan sesuai dengan standar prosedur pengumpulan data antropometri. Tujuan dari prosedur standarisasi adalah memberikan informasi yang cepat dan menunjukkan kesalahan secara tepat sehingga perubahan dapat dilakukan sebelum sumber kesalahan dapat dipastikan. Penyelia mempelajari hal-hal apa yang perlu diperhatikan untuk menjamin presisi dan akurasi pengukuran dan ketrampilan apa yang perlu diberikan.
Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990), memberikan pengertian mengenai presisi dan akurasi. Presisi adalah kemampuan mengukur subyek yang sama secara berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh penyelia.
Berbagai penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Di antara penyebab antara lain pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul, dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisi siap sempurna. Di samping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah anak menggunakan sandal atau sepatu. Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol, belum dalam keadaan seimbang, dan timbangan tidak berdiri tegak lurus.
Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur dapat terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat pelatihan yang
(32)
memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran sering disebut
measurement error. Masalah lain juga timbul dalam penentuan status gizi
adalah alat ukur dan pengukuran.
Secara garis besar usaha untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik dalam mengukur sebab maupun dampak dari suatu tindakan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Memilih ukuran yang sesuai dengan apa yang ingin diukur. Misalnya mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, dan tidak menggunakan alat ukur lain yang bukan diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan.
b) Peneraan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus selalu ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak digunakan lagi.
c) Pengukuran silang antar pengamat. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mendapatkan presisi dan akurasi yang baik (Supariasa, 2002).
2.1.4. Standar Penilaian Status Gizi
Standar (baku) rujukan CDC-NCHS 2000 ditetapkan sebagai pembanding dalam status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat di Indonesia. Standar ini dipaparkan dalam persentil dan ketentuan eid indeks dari BB/TB.
Hasil pengukuran status gizi berdasarkan eid indeks dapat digolongkan dalam persentase malnutrisi berat (< 70%), malnutrisi sedang (≥ 70-80%), malnutrisi ringan (≥ 80 -90%), gizi baik (≥ 90-110%), overweight (≥ 110-120%), dan obesitas (≥ 120%).
Untuk menentukan status gizi digunakan berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB) (CDC, 2000). Tabel Referensi CDC-NCHS 2000 untuk menentukan
status gizi (lampiran).
2.2 Panti Asuhan
Panti Asuhan adalah sebuah wadah yang menampung anak-anak yatim dan/atau piatu. Dimana anak-anak yatim dan/atau piatu (ataupun anak yang dititipkan orang tuanya karena tidak mampu) biasanya tinggal, mendapatkan
(33)
pendidikan, dan juga dibekali berbagai keterampilan agar dapat berguna di kehidupannya nanti (Habeahan, 2009).
Adapun Panti Asuhan terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu:
a. Panti asuhan yang didirikan oleh masyarakat dan anggarannya disediakan oleh masyarakat sendiri.
b. Panti asuhan yang didirikan oleh masyarakat tetapi anggaran operasionalnya berasal dan dibantu oleh pemerintah dan organisasi lain.
c. Panti asuhan yang didirikan dan dibiayai oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah derah yang digunakan pemerintah sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam struktur Dinas Sosial kabupaten/kota (Suyono H., 2007 yang dikutip oleh Habeahan, 2009).
Selain itu, Hurlock, (1995) laporan hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa perawatan anak di Panti Asuhan ada persepsi yang tidak baik, karena anak dipandang sebagai makhluk sosial. Padahal selain pemenuhan kebutuhan fisiologis, anak membutuhkan kasih sayang bagi perkembangan psikis yang sehat seperti halnya vitamin dan protein bagi perkembangan biologisnya.
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang terlantar semakin meningkat, sementara hanya sebagian kecil dari mereka (kira-kira 15%) yang mampu ditampung di panti asuhan, baik swasta maupun pemerintah. Realitas juga menunjukkan bahwa mereka yang beruntung (diasuh di panti asuhan) saja menunjukkan perkembangan kepribadian dan penyesuaian sosial yang kurang memuaskan, dapat dibayangkan keadaan yang lebih memprihatinkan lagi pada anak-anak terlantar yang belum terjangkau penanganan dari pihak yang berwenang. Sementara masyarakat sering memberi kesan negatif pada anak-anak di panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, mengapa atau bagaimana hal-hal negatif itu bisa terjadi. Oleh karena itu, berdasarkan persepsi masyarakat dan pendapat beberapa ahli bahwa dalam kehidupan di panti asuhan, anak-anak tidak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi perkembangannya, maka kita perlu mengetahui kebutuhan psikologis anak di panti asuhan agar mereka mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan yang mereka butuhkan, sehingga perkembangan fisiknya sejalan
(34)
dengan perkembangan psikologis dan sosialnya. Perkembangan yang sehat dalam hal perkembangan fisik, psikologis dan sosial anak-anak di panti asuhan sangat diperlukan agar mereka mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat luas terutama setelah mereka harus melampaui pasca terminasi dimana harus keluar dari lingkungan panti asuhan setelah mampu hidup mandiri/ setelah tamat SMA (Habeahan, 2009).
(35)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini, kerangka konsep tentang menilai status gizi anak dapat dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka konsep penilaian status gizi yang dilihat dari pemeriksaan antropometri
Ket: Yang diamati dalam penelitian adalah kotak yang bergaris tebal ( )
3.2. Definisi Operasional 1. Pemeriksaan Antropometri
- Batasan: penilaian ukuran tubuh manusia - Tujuan: sebagai indikator status gizi
- Variabel ukur (parameter): berat badan dan tinggi badan - Skala ukur: numerik
2. Berat Badan
- Alat ukur: timbangan injak (kapasitas maksimum 120 kg, ketelitian 0,5 cm)
- Satuan ukur: kilogram (kg) Pemeriksaan Antropometri
• Berat Badan • Tinggi Badan
Status Gizi (berdasarkan usia dan jenis kelamin)
• Gizi Baik
• Malnutrisi Ringan • Malnutrisi Sedang • Malnutrisi Berat • Overweight
(36)
- Cara pengukuran: pertama sekali pastikan timbangan injak diletakkan di lantai yang datar, lihat posisi jarum harus menunjuk ke angka 0 (nol), anak sebaiknya memakai baju yang tipis dan tidak memegang atau mengantongi sesuatu. Kemudian anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi lalu baca angka yang ditunjukkan oleh jarum pada timbangan
- Skala ukur: numerik 3. Tinggi Badan
- Alat ukur: mikrotoa/microtoise (kapasitas maksimum 200 cm, ketelitian 0,1 cm)
- Satuan ukur: centimeter (cm)
- Cara pengukuran: badan dengan posisi berdiri tegak menghadap ke depan, tumit menempel pada dinding. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun, kemudian baca angka pada batas tersebut. Pastikan anak tidak memakai sandal atau sepatu.
- Skala ukur: numerik 4. Usia dan Jenis Kelamin
- Batasan: 2-20 tahun untuk laki-laki dan 2-18 tahun untuk perempuan (sesuai dengan usia yang tersedia dalam grafik CDC-NCHS 2000). - Satuan ukur: tahun (usia)
- Cara pengukuran: data diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung terhadap anak-anak panti yang dicocokkan dengan data yang sudah diterima sebelumnya dari pengasuh panti. Dalam penelitian, responden dibagi dalam dua kelompok usia, yaitu anak-anak (2-12 tahun) dan remaja (13-20 tahun untuk laki-laki dan 13-18 tahun untuk perempuan).
- Skala ukur: numerik (usia), ordinal (jenis kelamin) 5. Status Gizi
- Batasan: keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi
(37)
- Alat ukur: Grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan eid indeks dari BB/TB
- Cara pengukuran: mengumpulkan data dari pemeriksaan antropometri (BB dan TB) untuk kemudian dicari dengan baku yang telah tersedia dari grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan usia dan jenis kelamin yaitu dengan memproyeksikan titik hasil pengukuran tinggi badan sesuai dengan usia subjek ke kurva persentil 50 tinggi badan, lalu ke kurva persentil 50 berat badan yang kemudian dilanjutkan dengan ketentuan eid indeks dari BB/TB, digolongkan dalam persentase malnutrisi berat (< 70%), malnutrisi sedang (≥ 70-80%), malnutrisi ringan (≥ 80-90%), gizi baik (≥ 90 -110%), overweight (≥ 110-120%), dan obesitas
(≥ 120%).
(38)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran status gizi anak-anak panti asuhan. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.
4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi, Jalan Pengayoman Ujung No. 1, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kotamadya Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dengan beberapa alasan yaitu, Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi adalah panti asuhan dengan jumlah 104 anak yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, sehingga penelitian mencakup jumlah populasi yang relatif banyak untuk dijadikan sampel penelitian dan dapat mewakili panti asuhan lainnya, belum pernah diadakan penelitian pada panti asuhan ini sebelumnya, serta lebih mudah dijangkau peneliti.
Pengukuran dan pengumpulan data telah dilaksanakan pada Oktober 2010, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.
4.3. Populasi dan Sampel Penilitian 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh anak-anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi pada tahun 2010 yang berjumlah 104 orang.
4.3.2 Sampel Penelitian
Dalam mengambil sampel penelitian digunakan metode total sampling, yaitu seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan sebagai sampel penelitian. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
(39)
seluruh anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi pada tahun 2010 yang berusia 2-20 tahun untuk anak laki-laki dan yang berusia 2-18 tahun untuk anak perempuan. Kriteria eksklusi adalah anak yang tidak bersedia untuk ikut serta dalam penelitian, anak yang sedang sakit, anak yang belum bisa berdiri, dan anak yang memiliki kelainan postur tubuh (cacat kongenital maupun akibat kecelakaan).
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpul merupakan data primer dengan parameter pengukuran berupa berat badan dan tinggi badan. Responden pada penelitian ini adalah anak-anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi tahun 2010 yang berusia antara 2-20 tahun untuk anak laki-laki dan 2-18 tahun untuk anak perempuan.
Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan alat timbangan injak sesuai dengan prosedur pengukuran timbangan injak dan dinilai dalam satuan kilogram (kg). Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan mikrotoa (microtoise) sesuai dengan prosedur pengukuran mikrotoa dan dinilai dalam satuan centimeter (cm). Sementara data usia dan jenis kelamin anak diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung terhadap anak-anak panti yang dicocokkan dengan data yang sudah diterima sebelumnya dari pengasuh panti.
Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dikumpulkan untuk kemudian dicari status gizi yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin masing-masing anak dengan menggunakan baku yang telah tersedia dari grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan eid indeks dari BB/TB yang digolong dalam malnutrisi berat (< 70%), malnutrisi sedang (≥ 70-80%), malnutrisi ringan
(≥ 80-90%), gizi baik (≥ 90 -110%), overweight (≥ 110-120%), dan obesitas
(≥ 120%) dan dilakukan pencatatan sesuai dengan jenis variabel yang diteliti.
4.5. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dari setiap pengukuran diolah dan dimasukkan dalam bentuk tabel-tabel distribusi untuk mempermudah pengolahan
(40)
dan pembahasan data serta pengambilan kesimpulan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 17.0 (Statistical Package for the Social Science version 17) dan kemudian seluruh data dimasukkan ke dalam komputer (data entry) untuk dianalisa secara deskriptif dan dilakukan pembahasan sesuai dengan pustaka yang ada. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.
(41)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi adalah yayasan yang berbadan hukum dengan No. Izin dari Departemen Sosial Kota Medan No. 12.18/KASOS/XI/2005, Departemen Sosial Sumatera Utara No. 4676-2645, dan Departemen Kehakiman dan Hak Azazi Manusia No. C-94.HT.0102.TH.2004 yang didirikan oleh Bapak Pdt. Drs. F. Zendrato, S.Th sejak tahun 2004. Sejak tahun 2004 sampai dengan sekarang panti asuhan ini berada di Jalan Pengayoman Ujung No.1, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Kotamadya Medan.
Panti asuhan ini merupakan yayasan yang didirikan oleh masyarakat sebagai tempat anak-anak terlantar yang kurang mampu untuk mendapat pendidikan sampai pada batas waktu tertentu, dan anggaran operasionalnya berasal dari masyarakat (pendirinya) serta adanya bantuan tetap pada setiap bulannya oleh pemerintah sebagai donatur tetap dan berbagai donatur tidak tetap lainnya.
Pada panti asuhan yang berbentuk asrama ini terdapat 1 gedung serba guna, 7 kamar, 2 rumah, dan sebuah lapangan yang luas. Gedung serba guna dipakai sebagai tempat untuk mengadakan acara, ibadah, juga sebagai tempat makan bagi mereka. 7 kamar dibagi menjadi 5 untuk anak laki-laki dan sisanya 2 untuk anak perempuan. 1 dari rumah tersebut adalah untuk tempat tinggal pendeta selaku pemimpin yayasan dan 1 lagi dipakai untuk tempat tinggal pengasuh anak-anak tersebut.
5.1.2 Karakteristik Responden
Untuk mengetahui karakteristik responden maka dilakukan pengumpulan data melalui pengukuran dan wawancara langsung terhadap anak-anak dengan bantuan pengasuh di panti asuhan. Dalam penelitian, responden dibagi dalam dua kelompok usia, yaitu anak-anak dan remaja. Pembagian berdasarkan data yang
(42)
diperoleh, anak-anak adalah responden yang berusia 5-12 tahun, sedangkan remaja adalah responden yang berusia 13-18 tahun. Berikut hasil pengumpulan data mengenai karakteristik responden berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin:
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat tahun 2010
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Kelompok Usia
Anak-Anak 56 53,8
Remaja 48 46,2
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
75 29
72,1 27,9
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 104 orang anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi terdapat 56 orang (53,8%) yang termasuk dalam kelompok usia anak-anak dan 48 orang (46,2%) yang termasuk dalam kelompok usia remaja. Sebagian besar anak berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 75 orang (72,1%), dan selebihnya berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 29 orang (27,9%).
5.1.2.1 Status Gizi Responden
Status gizi anak ditentukan dengan menggunakan baku yang telah tersedia dari grafik CDC-NCHS 2000 yang kemudian dilanjutkan dengan ketentuan eid indeks dari BB/TB. Status gizi anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi dapat dilihat pada tabel berikut:
(43)
Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi Responden di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat tahun 2010
Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)
Gizi baik 80 76,9
Malnutrisi ringan 15 14,4
Malnutrisi sedang 0 0
Malnutrisi berat 0 0
Overweight 9 8,7
Obesitas 0 0
Total 104 100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar anak memiliki status gizi baik dengan jumlah 80 orang (76,9%), kemudian anak dengan status gizi malnutrisi ringan sebanyak 15 orang (14,4%) dan sisanya adalah anak yang overweight sebanyak 9 orang (8,7%). Sedangkan malnutrisi sedang, malnutrisi berat, dan obesitas tidak ditemukan.
5.1.2.2 Distribusi Status Gizi berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok usia dibagi dalam 2 kelompok yaitu anak-anak dan remaja, sehingga frekuensi status gizi dapat terbagi secara merata dan dapat dilihat perbedaan status gizi di antara kedua kelompok usia pada tabel berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan Kelompok Usia di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat tahun 2010
Status Gizi
Kelompok Usia
Anak-Anak Remaja
n % n %
Gizi baik 44 78,6 36 75
Malnutrisi ringan 7 12,5 8 16,7
Malnutrisi sedang 0 0 0 0
Malnutrisi berat 0 0 0 0
Overweight 5 8,9 4 8,3
Obesitas 0 0 0 0
(44)
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui dari 56 orang pada kelompok usia anak-anak, terdapat 44 orang (78,6%) yang memiliki status gizi baik, 7 orang (12,5%) memiliki status gizi malnutrisi ringan, dan sisanya 5 orang (8,9%) yang memiliki status gizi overweight. Kemudian dari 48 orang pada kelompok usia remaja terdapat 36 orang (75%) yang memiliki status gizi baik, 8 orang (16,7%) memiliki status gizi malnutrisi ringan, dan sisanya 4 orang (8,3%) yang memiliki status gizi overweight.
5.1.2.3 Distribusi Status Gizi berdasarkan Jenis Kelamin
Berikut hasil penilaian data mengenai frekuensi status gizi berdasarkan jenis kelamin responden:
Tabel 5.4 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat tahun 2010
Status Gizi
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
n % n %
Gizi baik 57 76 23 79,3
Malnutrisi ringan 13 17,3 2 6,9
Malnutrisi sedang 0 0 0 0
Malnutrisi berat 0 0 0 0
Overweight 5 6,7 4 13,8
Obesitas 0 0 0 0
Total 75 100 29 100
Berdasarkan tabel 5.4, dari 75 orang anak yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 57 orang (76%) berstatus gizi baik, 13 orang (17,3%) malnutrisi ringan, dan 5 orang (6,7%) yang overweight. Kemudian dari 29 orang anak yang berjenis kelamin perempuan terdapat 23 orang (79,3%) berstatus gizi baik, 2 orang (6,9%) malnutrisi ringan, dan 4 orang (13,8%) berstatus gizi overweight.
(45)
5.2. Pembahasan
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Menurut Centers for Disease Control (CDC), status gizi pada anak terbagi atas gizi baik, malnutrisi ringan, malnutrisi sedang, malnutrisi berat, overweight, dan obesitas. Kekurangan gizi pada anak akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk mengetahui kekurangan gizi tersebut, dapat dilakukan penilaian status gizi yang juga merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan pada anak.
Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memasukkan data hasil pengukuran masing-masing berat badan dan juga tinggi badan anak ke dalam grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan eid indeks dari BB/TB, kemudian setelah itu dilakukan pencatatan dan pengolahan data.
Penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak panti asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi diperoleh kebanyakan responden adalah laki-laki dengan kelompok usia terbanyak adalah anak-anak (5-12 tahun), sementara pada penelitian A. Sadik, kebanyakan responden berumur antara 11-14 tahun dengan jenis kelamin kebanyakan laki-laki daripada perempuan. Hal ini disebabkan karena sampel pada panti asuhan kebanyakan adalah anak laki-laki.
Hasil penilitian menunjukkan bahwa status gizi yang paling banyak ditemukan pada anak panti asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi secara berurutan adalah status gizi baik, dengan jumlah 80 orang (76,9%), diikuti dengan status gizi malnutrisi ringan sebanyak 15 orang (14,4%), dan status gizi overweight sebanyak 9 orang (8,7%). Sedangkan status gizi lainnya seperti malnutrisi sedang, malnutrisi berat dan obesitas tidak ditemukan.
Dwi Kusuma (2005), pada penelitiannya di Panti Asuhan Budhi Asih kota Cirebon mendapatkan status gizi berdasarkan indeks BB/TB pada anak panti asuhan tersebut seluruhnya merupakan status gizi baik (100%). Dan menurut
(46)
penelitian A. Sadik (2010) di Ghana didapatkan status gizi anak panti asuhan yang terbanyak secara berurutan adalah status gizi baik berjumlah 32 orang (80%), diikuti dengan status gizi kurang sebanyak 6 orang (15%), dan status gizi lebih sebanyak 2 orang (5%).
Hasil yang didapatkan peneliti memiliki kemiripan dengan kedua penelitian di atas, dimana status gizi terbanyak adalah status gizi baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa asumsi masyarakat tentang gizi anak panti asuhan tergolong rendah, tidak selalu benar. Selain itu, ditemukan status gizi kurang memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan status gizi lebih. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi seseorang, didapati bahwa anak panti asuhan memiliki kecenderungan berstatus gizi kurang daripada status gizi lebih. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh A. Sadik dalam penelitiannya di Ghana, dimana jumlah anak dengan status gizi kurang lebih banyak daripada jumlah anak dengan status gizi lebih.
Gizi lebih pada penelitian ini terjadi oleh karena adanya riwayat malnutrisi pada responden yang kemudian mempengaruhi pertumbuhannya di masa lampau (TB). Pada saat responden tersebut diasuh, diketahui bahwa tinggi badan responden lebih rendah dinilai dari berat badan yang dimilikinya, dan diketahui dari hasil penelitian ini kebanyakan anak berstatus gizi baik, hal ini menyebabkan nilai rasio BB/TB relatif lebih tinggi sehingga hasil pengukuran status gizi berdasarkan eid indeks berada pada status gizi lebih.
(47)
Gambar 2. Grafik Distribusi Status Gizi berdasarkan Kelompok Usia Gambar 2. memperlihatkan bahwa kebanyakan anak-anak pada panti asuhan ini memiliki status gizi baik, baik pada kelompok usia anak-anak maupun remaja. Berdasarkan kelompok usia, status gizi baik lebih banyak terdapat pada kelompok usia anak-anak. Hal yang sama dijumpai pada status gizi overweight. Sedangkan pada status gizi malnutrisi ringan, lebih banyak dijumpai pada kelompok usia remaja. Dari hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa anak cenderung memiliki status gizi baik dan lebih. Ini dikarenakan anak-anak lebih diperhatikan dalam asupan makanan dibandingkan remaja yang lebih mandiri. Hal ini sesuai dengan hasil yang mendukung adanya jumlah remaja yang menderita malnutrisi lebih banyak dibanding anak-anak, dikarenakan remaja memiliki preferensi terhadap jenis makanan tertentu daripada anak-anak sehingga asupan makanan menjadi kurang. Adapun pembagian makanan di panti asuhan adalah berdasarkan jatah sehingga berkemungkinan menyebabkan kekurangan
(48)
asupan pada tubuh remaja yang sedang berkembang pesat dibandingkan dengan anak-anak.
Gambar 3. Grafik Distribusi Status Gizi berdasarkan Jenis Kelamin Gambar di atas memperlihatkan bahwa responden laki-laki maupun perempuan kebanyakan memiliki status gizi yang baik. Berdasarkan jenis kelamin, status gizi baik lebih banyak terdapat pada jenis kelamin perempuan. Hal yang sama dijumpai pada status gizi overweight. Sedangkan pada status gizi malnutrisi ringan, lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki. Secara keseluruhan, perempuan memiliki status gizi baik dan lebih yang berjumlah lebih banyak daripada laki-laki karena lemak lebih mudah terbentuk pada tubuh perempuan dibandingkan laki-laki oleh karena pengaruh hormonal. Selain itu, anak laki-laki cenderung memiliki aktifitas yang lebih banyak daripada perempuan, sehingga lebih mudah mengalami malnutrisi apabila tidak dipenuhi dengan asupan makanan dan gizi yang cukup.
(49)
Pada penelitian ini masih dijumpai keterbatasan yaitu mengenai penentuan usia responden, diakibatkan karena responden merupakan anak yatim piatu ataupun anak terlantar sehingga dalam hal penentuan usia ada kemungkinan kurang tepat. Faktor usia sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan usia akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan usia yang tepat.
(50)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Distribusi status gizi didapatkan paling banyak status gizi baik dengan jumlah 80 orang (76,9%).
2. Dijumpai adanya malnutrisi yaitu malnutrisi ringan, dalam jumlah kecil sebanyak 15 orang (14,4%) dan overweight sebanyak 9 orang (8,7%). Sedangkan malnutrisi sedang, malnutrisi berat, dan obesitas tidak ditemukan (0%).
3. Distribusi status gizi berdasarkan kelompok usia didapatkan paling banyak status gizi baik, pada kelompok usia anak-anak (78,6%) maupun remaja (75%). Status gizi baik dan overweight lebih banyak pada kelompok usia anak-anak. Sedangkan status gizi malnutrisi ringan lebih banyak dijumpai pada kelompok usia remaja.
4. Distribusi status gizi berdasarkan jenis kelamin didapatkan paling banyak status gizi baik, pada jenis kelamin laki-laki (76%) maupun perempuan (79,3%). Status gizi baik dan overweight lebih banyak pada jenis kelamin perempuan. Sedangkan status gizi malnutrisi ringan lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki.
6.2. Saran
Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menurut penelitian ini, penyimpangan status gizi yang muncul masih lebih tinggi pada gizi kurang daripada gizi lebih, sehingga masih perlu
(51)
ditingkatkan perhatian terhadap asupan makanan mereka, terutama untuk mengurangi kejadian gizi kurang.
2. Masih diperlukannya penelitian serupa pada kelompok umur yang sama dalam skala besar terhadap populasi di komunitas dengan melibatkan variabel yang lebih banyak lagi sehingga benar-benar menggambarkan kondisi di masyarakat.
3. Bagi pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti pihak panti asuhan, disarankan untuk tetap mempertahankan perhatiannya terhadap masalah gizi anak-anak.
(52)
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, B., 2009. Status Gizi Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMTP) di Puskesmas Tambusai Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.
Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed. 2. Jakarta: Kedokteran EGC.
CDC, 2005. Growth Charts. Available from:
2010]
Dinas Kesehatan, 2006. Indonesia Sehat 2010. Available from:
Habeahan, J., 2009. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat Anak-Anak di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009. Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kusumayanti, D., 2005. Hubungan Penilaian Mutu Hidangan dengan Status Gizi
Anak Asuh di Panti Asuhan Budhi Asih Kota Cirebon Tahun 2005.
Skripsi, Cirebon.
Narendra, M.B., Sularyo, T.S., & Soetjiningsih, 2008. Buku Ajar I: Tumbuh
Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto.
Nasution, R.E.S., 2007. Gambaran Pemanfaataan Posyandu, Status Gizi, dan
(53)
Timur Tahun 2007. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Sadik, A., 2010. Orphanage Children in Ghana: Are Their Dietary Needs Met?. Pakistan Journal of Nutrition, 9: 844-852.
Short, J.R., 2002. Sinopsis Pediatri. Binarupa Aksara.
Simarmata, D., 2009. Kajian Ketersediaan Pangan Rumah Tangga, Status
Ekonomi Keluarga, Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Kecamatan Perbaungan Tahun 2009.
Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Supariasa, I.D.N., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kedokteran EGC.
Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2005. Data Statistik Indonesia. Available
(54)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Andy William
Tempat / tanggal lahir : Medan, 01 November 1989 Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jln. S. Parman No. 22F, Medan Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Orang Tua : drg. Aminudhin dra. Mery Soengdjadi
Riwayat Pendidikan :
1. TK Methodist 3, Medan (1993-1995) 2. SD Budi Murni 3, Medan (1995-2001) 3. SMP St. Thomas 1, Medan (2001-2004) 4. SMA Methodist 2, Medan (2004-2007)
(55)
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat,
Nama saya Andy William, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan Kedokteran Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010”.
Status gizi anak yang hidup di panti asuhan belum banyak diketahui. Anak panti asuhan berbeda pola hidupnya dengan populasi anak pada umumnya, mereka hidup bersama-sama dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan keluarga inti. Masalah lain yang mungkin terjadi pada gizi mereka adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan karena dibatasi oleh dana yang dimiliki. Hal ini semua membuat saya tertarik untuk menelitinya dengan mengetahui status gizi mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keseluruhan dari status gizi anak-anak yang ada di panti asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi. Adapun manfaat penelitian ini, diharapkan bila terbukti dari hasil bahwa status gizi adik normal maka tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan dari bagaimana panti asuhan memperhatikan gizi adik-adik sekalian. Namun apabila didapati status gizi adanya kurang/rendah, maka ini dapat menjadi masukan bagi para pengasuh panti asuhan untuk lebih memperhatikan masalah gizi adik-adik, bagi masyarakat untuk turut mendukung dan ikut ambil bagian, bagi pemerintah untuk meningkatkan pelayanan sosial, serta bagi mahasiswa sebagai masukan sehingga dapat melanjutkan penelitian untuk mengetahui lebih dalam lagi masalah dan faktor-faktor yang mungkin ada.
Pada penelitian ini, saya akan menimbang berat badan dengan timbangan injak dan mengukur tinggi badan dengan mikrotoa, yang merupakan alat pengukur tinggi badan yang diletakkan dalam posisi tergantung pada dinding yang rata setinggi 200 cm dan hasil pengukuran dinilai dalam satuan centimeter
(56)
(cm). Kemudian setelah didapat hasilnya, akan dinilai status gizi adik dengan menggunakan grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan eid indeks dari BB/TB.
Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan kepada adik. Partisipasi adik dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun.
Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka adik dapat menghubungi saya:
Nama : Andy William
Alamat : Jl. S. Parman No. 22F, Medan Telp. : 061-77586161 atau 08163128300
Terima kasih saya ucapkan kepada adik-adik yang telah berpartisipasi di dalam penelitian ini. Keikutsetaan adik dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan adik yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian ini yang telah kami persiapkan.
Medan,...2010 Hormat saya,
(57)
LEMBARAN PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ... Umur : ... Alamat : ...
Dengan ini menyatakan :
Setelah mendapat penjelasan sepenuhnya dan menyadari serta memahami tentang maksud dan tujuan serta tata laksana penelitian yang berjudul :
GAMBARAN STATUS GIZI ANAK DI PANTI ASUHAN YAYASAN TERIMA KASIH ABADI KECAMATAN MEDAN BARAT TAHUN 2010
Saya menyatakan bersedia / tidak keberatan untuk dilibatkan dan berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan sewaktu – waktu dapat mengundurkan diri karena berbagai alasan.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari pihak manapun.
Medan,...2010
Peneliti, Yang Membuat Pernyataan,
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, B., 2009. Status Gizi Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMTP) di Puskesmas Tambusai Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed. 2. Jakarta: Kedokteran EGC.
CDC, 2005. Growth Charts. Available from:
2010]
Dinas Kesehatan, 2006. Indonesia Sehat 2010. Available from:
Habeahan, J., 2009. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Anak-Anak di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kusumayanti, D., 2005. Hubungan Penilaian Mutu Hidangan dengan Status Gizi Anak Asuh di Panti Asuhan Budhi Asih Kota Cirebon Tahun 2005. Skripsi, Cirebon.
Narendra, M.B., Sularyo, T.S., & Soetjiningsih, 2008. Buku Ajar I: Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto.
Nasution, R.E.S., 2007. Gambaran Pemanfaataan Posyandu, Status Gizi, dan Pola Penyakit pada Anak Balita di Kelurahan Durian Kecamatan Medan
(2)
Timur Tahun 2007. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sadik, A., 2010. Orphanage Children in Ghana: Are Their Dietary Needs Met?. Pakistan Journal of Nutrition, 9: 844-852.
Short, J.R., 2002. Sinopsis Pediatri. Binarupa Aksara.
Simarmata, D., 2009. Kajian Ketersediaan Pangan Rumah Tangga, Status Ekonomi Keluarga, Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Kecamatan Perbaungan Tahun 2009. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Supariasa, I.D.N., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kedokteran EGC. Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2005. Data Statistik Indonesia. Available
(3)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Andy William
Tempat / tanggal lahir : Medan, 01 November 1989 Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jln. S. Parman No. 22F, Medan Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Orang Tua : drg. Aminudhin dra. Mery Soengdjadi
Riwayat Pendidikan :
1. TK Methodist 3, Medan (1993-1995) 2. SD Budi Murni 3, Medan (1995-2001) 3. SMP St. Thomas 1, Medan (2001-2004) 4. SMA Methodist 2, Medan (2004-2007)
(4)
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat,
Nama saya Andy William, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan Kedokteran Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010”.
Status gizi anak yang hidup di panti asuhan belum banyak diketahui. Anak panti asuhan berbeda pola hidupnya dengan populasi anak pada umumnya, mereka hidup bersama-sama dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan keluarga inti. Masalah lain yang mungkin terjadi pada gizi mereka adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan karena dibatasi oleh dana yang dimiliki. Hal ini semua membuat saya tertarik untuk menelitinya dengan mengetahui status gizi mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keseluruhan dari status gizi anak-anak yang ada di panti asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi. Adapun manfaat penelitian ini, diharapkan bila terbukti dari hasil bahwa status gizi adik normal maka tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan dari bagaimana panti asuhan memperhatikan gizi adik-adik sekalian. Namun apabila didapati status gizi adanya kurang/rendah, maka ini dapat menjadi masukan bagi para pengasuh panti asuhan untuk lebih memperhatikan masalah gizi adik-adik, bagi masyarakat untuk turut mendukung dan ikut ambil bagian, bagi pemerintah untuk meningkatkan pelayanan sosial, serta bagi mahasiswa sebagai masukan sehingga dapat melanjutkan penelitian untuk mengetahui lebih dalam lagi
(5)
(cm). Kemudian setelah didapat hasilnya, akan dinilai status gizi adik dengan menggunakan grafik CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan eid indeks dari BB/TB.
Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan kepada adik. Partisipasi adik dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun.
Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka adik dapat menghubungi saya:
Nama : Andy William
Alamat : Jl. S. Parman No. 22F, Medan Telp. : 061-77586161 atau 08163128300
Terima kasih saya ucapkan kepada adik-adik yang telah berpartisipasi di dalam penelitian ini. Keikutsetaan adik dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan adik yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian ini yang telah kami persiapkan.
Medan,...2010 Hormat saya,
(6)
LEMBARAN PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ... Umur : ... Alamat : ...
Dengan ini menyatakan :
Setelah mendapat penjelasan sepenuhnya dan menyadari serta memahami tentang maksud dan tujuan serta tata laksana penelitian yang berjudul :
GAMBARAN STATUS GIZI ANAK DI PANTI ASUHAN YAYASAN TERIMA KASIH ABADI KECAMATAN MEDAN BARAT TAHUN 2010
Saya menyatakan bersedia / tidak keberatan untuk dilibatkan dan berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan sewaktu – waktu dapat mengundurkan diri karena berbagai alasan.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari pihak manapun.
Medan,...2010