memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran sering disebut measurement error. Masalah lain juga timbul dalam penentuan status gizi
adalah alat ukur dan pengukuran. Secara garis besar usaha untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik
dalam mengukur sebab maupun dampak dari suatu tindakan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a Memilih ukuran yang sesuai dengan apa yang ingin diukur. Misalnya
mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, dan tidak menggunakan alat ukur lain yang bukan diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan.
b Peneraan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus
selalu ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak digunakan lagi.
c Pengukuran silang antar pengamat. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk
mendapatkan presisi dan akurasi yang baik Supariasa, 2002.
2.1.4. Standar Penilaian Status Gizi
Standar baku rujukan CDC-NCHS 2000 ditetapkan sebagai pembanding dalam status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat di Indonesia.
Standar ini dipaparkan dalam persentil dan ketentuan eid indeks dari BBTB. Hasil pengukuran status gizi berdasarkan eid indeks dapat digolongkan
dalam persentase malnutrisi berat 70, malnutrisi sedang ≥ 70-80,
malnutrisi ringan ≥ 80 -90, gizi baik ≥ 90-110, overweight ≥ 110-120,
dan obesitas ≥ 120.
Untuk menentukan status gizi digunakan berat badan BB terhadap tinggi badan TB CDC, 2000. Tabel Referensi CDC-NCHS 2000 untuk menentukan
status gizi lampiran.
2.2 Panti Asuhan
Panti Asuhan adalah sebuah wadah yang menampung anak-anak yatim danatau piatu. Dimana anak-anak yatim danatau piatu ataupun anak yang
dititipkan orang tuanya karena tidak mampu biasanya tinggal, mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan, dan juga dibekali berbagai keterampilan agar dapat berguna di kehidupannya nanti Habeahan, 2009.
Adapun Panti Asuhan terdiri dari 3 tiga macam yaitu: a.
Panti asuhan yang didirikan oleh masyarakat dan anggarannya disediakan oleh masyarakat sendiri.
b. Panti asuhan yang didirikan oleh masyarakat tetapi anggaran operasionalnya
berasal dan dibantu oleh pemerintah dan organisasi lain. c.
Panti asuhan yang didirikan dan dibiayai oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah derah yang digunakan pemerintah sebagai Unit
Pelaksana Teknis UPT dalam struktur Dinas Sosial kabupatenkota Suyono H., 2007 yang dikutip oleh Habeahan, 2009.
Selain itu, Hurlock, 1995 laporan hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa perawatan anak di Panti Asuhan ada persepsi yang tidak
baik, karena anak dipandang sebagai makhluk sosial. Padahal selain pemenuhan kebutuhan fisiologis, anak membutuhkan kasih sayang bagi perkembangan psikis
yang sehat seperti halnya vitamin dan protein bagi perkembangan biologisnya. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang
terlantar semakin meningkat, sementara hanya sebagian kecil dari mereka kira- kira 15 yang mampu ditampung di panti asuhan, baik swasta maupun
pemerintah. Realitas juga menunjukkan bahwa mereka yang beruntung diasuh di panti asuhan saja menunjukkan perkembangan kepribadian dan penyesuaian
sosial yang kurang memuaskan, dapat dibayangkan keadaan yang lebih memprihatinkan lagi pada anak-anak terlantar yang belum terjangkau
penanganan dari pihak yang berwenang. Sementara masyarakat sering memberi kesan negatif pada anak-anak di panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, mengapa
atau bagaimana hal-hal negatif itu bisa terjadi. Oleh karena itu, berdasarkan persepsi masyarakat dan pendapat beberapa ahli bahwa dalam kehidupan di panti
asuhan, anak-anak tidak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi perkembangannya, maka kita perlu mengetahui kebutuhan psikologis anak di
panti asuhan agar mereka mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan yang mereka butuhkan, sehingga perkembangan fisiknya sejalan
Universitas Sumatera Utara
dengan perkembangan psikologis dan sosialnya. Perkembangan yang sehat dalam hal perkembangan fisik, psikologis dan sosial anak-anak di panti asuhan sangat
diperlukan agar mereka mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat luas terutama setelah mereka harus melampaui pasca terminasi dimana harus keluar
dari lingkungan panti asuhan setelah mampu hidup mandiri setelah tamat SMA Habeahan, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep