Pemeriksaan Antropometris Status Gizi 1 Pengertian Status Gizi

metode biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat, apalagi ditunjang dengan tenaga, biaya, dan peralatan yang memadai. h Dana Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan metode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi. Jadi, pemilihan metode penilaian status gizi harus selalu mempertimbangkan faktor tersebut di atas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saling mengait. Oleh karena itu, untuk menentukan metode penilaian status gizi, harus memperhatikan secara keseluruhan dan mencermati kelebihan dan kekurangan tiap-tiap metode itu Supariasa, 2002.

2.1.3 Pemeriksaan Antropometris

Pertumbuhan dipengaruhi oleh determinan biologis yang meliputi jenis kelamin, lingkungan dalam rahim, jumlah kelahiran, berat lahir pada kehamilan tunggal atau majemuk, ukuran orang tua dan konstitusi genetis, serta faktor lingkungan termasuk iklim, musim, dan keadaan sosial-ekonomi. Pengaruh lingkungan, terutama gizi, lebih penting daripada latar belakang genetis atau faktor biologis lain, terutama pada masa pertumbuhan. Ukuran tubuh tertentu dapat memberikan keterangan mengenai jenis malnutrisi Arisman, 2009. Pengukuran status gizi anak berdasarkan antropometri adalah jenis pengukuran paling sederhana dan praktis karena lebih mudah dilakukan, murah, cepat, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar, serta hasil pengukurannya lebih akurat. Secara umum antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap berat badan, tinggi badan, dan lingkaran-lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak di bawah kulit Supariasa, 2002. Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi. Universitas Sumatera Utara Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu untuk: 1 penapisan status gizi, 2 survei status gizi, dan 3 pemantauan status gizi. Penapisan diarahkan pada orang per orang untuk keperluan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan itu. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu Arisman, 2009. Ukuran antropometris bergantung pada kesederhanaan, ketepatan, kepekaan, serta ketersediaan alat ukur; di samping keberadaan nilai baku acuan yang akan digunakan sebagai pembanding. Jika nilai baku suatu negara Indonesia belum tersedia, boleh digunakan baku Internasional. Pembolehan ini didasarkan atas asumsi bahwa potensi tumbuh-kembang anak pada umumnya serupa. Hubungan berbagai ukuran antropometris terutama berat dan tinggi badan pada anak normal yang sehat secara relatif mantap. Baku acuan ditujukan sebagai perbandingan semata, bukan menggambarkan keidealan. Interpretasi perbandingan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan saat seseorang dipaksa untuk memutuskan apakah nilai yang diharapkan itu harus 100 atau 90, atau dengan proporsi lain lagi. Sekedar pembakuan, WHO menganjurkan penggunaan data dari NCHS sebagai acuan Arisman, 2009. Penilaian antropometris status gizi didasarkan pada pengukuran berat dan tinggi badan, serta usia. Data ini dipakai dalam menghitung 3 macam indeks, yaitu indeks 1 berat terhadap tinggi badan BBTB yang diperuntukkan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang; 2 tinggi terhadap usia TBU yang digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi di masa lampau; dan 3 berat terhadap usia BBU yang menunjukkan secara sensitif gambaran status gizi saat ini saat diukur. Kekurangan tinggi terhadap usia meriwayatkan satu masa ketika pertumbuhan tidak terjadi gagal pada usia dini selama periode yang cukup lama Soekirman, 2000 yang dikutip oleh Agustina, 2009. Pertambahan berat badan merupakan parameter yang paling sesuai karena cukup sensitif, erat hubungannya dengan konsumsi energi dan protein yang merupakan dua jenis zat gizi yang paling sering menimbulkan masalah kesehatan gizi pada skala nasional atau daerah luas regional di Indonesia. Parameter ini juga Universitas Sumatera Utara cukup sensitif terhadap perubahan-perubahan akut mengenai konsumsi bahan makanan pokok dan mudah pelaksanaannya. Pemantauannya dapat dilakukan berkesinambungan oleh masyarakat itu sendiri dengan biaya murah tanpa memerlukan peralatan rumit dan keahlian khusus Sediaoetama, 2006 yang dikutip oleh Simarmata, 2009. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: usia, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Faktor usia sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan usia akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan usia yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor 1980, batasan usia digunakan adalah tahun usia penuh Completed Year. Contoh: Usia: 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun 6 tahun 11 bulan, dihitung 6 tahun Untuk melengkapi data usia dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1 Meminta surat kelahiran, kartu keluarga, atau catatan lain yang dibuat oleh orang tuanya. Apabila tidak ada, jika memungkinkan cobalah minta catatan kelahiran pada pamong desa, 2 Jika diketahui kalender lokal seperti bulan Arab atau bulan lokal Jawa, Sunda, dll, cocokan dengan kalender nasional, 3 Jika tetap tidak diketahui, catatan kelahiran anak berdasarkan daya ingat orang tua atau berdasarkan kejadian-kejadian penting, seperti lebaran, tahun baru, puasa, pemilihan kepala desa atau peristiwa nasional, seperti Pemilu, banjir, gunung meletus, dll. Sebelum pengumpulan data, buatlah daftar tentang tanggal, bulan dan tahun kejadian dari peristiwa peristiwa penting di daerah dimana kita ingin mengumpulkan data, 4 Cara lain jika memungkinkan dapat dilakukan dengan membandingkan anak yang diketahui usianya dengan anak kerabattetangga yang diketahui pasti Universitas Sumatera Utara tanggal lahirnya, misalnya: beberapa bulan lebih tua atau lebih muda. 5 Jika tanggal lahirnya tidak diketahui dengan tepat, sedangkan bulan dan tahunnya diketahui, maka tanggal lahir anak tersebut ditentukan tanggal 15 bulan yang bersangkutan. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. Berat badan merupakan pilhan utama karena berbagai pertimbangan, anta ra lain: 1 Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan ko nsums i makanan dan kesehatan. 2 Memberikan gambaran status giz i sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. 3 Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara meluas. 4 Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur. 5 KMS Kartu Menuju Sehat yang digunakan sebagai alat yang baik untuk didikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya. 6 Karena masalah usia merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai Universitas Sumatera Utara indeks yang tidak tergantung pada umur. 7 Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan: 1 Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain. 2 Mudah diperoleh dan relatif mudah harganya. 3 Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg. 4 Skalanya mudah dibaca. 5 Cukup aman untuk menimbang anak balita. Jenis timbangan yang digunakan adalah detecto yang terdapat di Puskesmas. Timbangan kamar mandi bath room scale tidak dapat dipakai menimbang anak balita, karena menggunakan per, sehingga hasilnya dapat berubah-ubah menurut kepekaan per-nya. Menimbang anak dengan cara yang sama tetapi dapat digunakan kantong celana timbang, kain sarung, atau keranjang. Harus selalu diingat bahwa sebelum anak ditimbang, jarum menunjukkan skala 0 nol setelah ditambahkan kain sarung atau keranjang. Kesulitan dalam menimbang anak adalah anak terlalu aktif, sehingga sulit melihat skala dan anak biasanya menangis. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lain dari keadaan sekarang, jika umur diketahui dengan tepat. Di samping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan quac stick, faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. Cara mengukur: 1. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus dasar setinggi tepat 2 meter. Angka 0 nol pada lantai yang datar rata. Universitas Sumatera Utara 2. Lepaskan sepatu atau sandal. 3. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris, kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan. 4. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus menempel pada dinding. 5. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur. Untuk mendapatkan data antropometri yang baik harus dilakukan sesuai dengan standar prosedur pengumpulan data antropometri. Tujuan dari prosedur standarisasi adalah memberikan informasi yang cepat dan menunjukkan kesalahan secara tepat sehingga perubahan dapat dilakukan sebelum sumber kesalahan dapat dipastikan. Penyelia mempelajari hal-hal apa yang perlu diperhatikan untuk menjamin presisi dan akurasi pengukuran dan ketrampilan apa yang perlu diberikan. Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto 1990, memberikan pengertian mengenai presisi dan akurasi. Presisi adalah kemampuan mengukur subyek yang sama secara berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh penyelia. Berbagai penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Di antara penyebab antara lain pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul, dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisi siap sempurna. Di samping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah anak menggunakan sandal atau sepatu. Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol, belum dalam keadaan seimbang, dan timbangan tidak berdiri tegak lurus. Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur dapat terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat pelatihan yang Universitas Sumatera Utara memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran sering disebut measurement error. Masalah lain juga timbul dalam penentuan status gizi adalah alat ukur dan pengukuran. Secara garis besar usaha untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik dalam mengukur sebab maupun dampak dari suatu tindakan, dapat dikelompokkan sebagai berikut: a Memilih ukuran yang sesuai dengan apa yang ingin diukur. Misalnya mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, dan tidak menggunakan alat ukur lain yang bukan diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan. b Peneraan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus selalu ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak digunakan lagi. c Pengukuran silang antar pengamat. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mendapatkan presisi dan akurasi yang baik Supariasa, 2002.

2.1.4. Standar Penilaian Status Gizi