Analisis Sektor Unggulan Kabupaten/Kota Di Kawasan Mebidangro Sumatera Utara

(1)

TESIS

Oleh:

ELRIDA SURYANI HARAHAP

127018006/EP

MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN/KOTA

DI KAWASAN MEBIDANGRO SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ELRIDA SURYANI HARAHAP

127018006/EP

MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul Tesis : ANALISIS SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN/KOTA DI KAWASAN MEBIDANGRO SUMATERA UTARA Nama Mahasiswa : Elrida Suryani Harahap

Nomor Pokok : 127018006

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Rujiman, M.A. Ketua

) (Dr. Rahmanta, M.Si.

Anggota )

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E., M.Ec.) (Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA)


(4)

Telah diuji pada Tanggal: 18 Juni 2014

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Rujiman, M.A. Anggota :

PERNYATAAN 1. Dr. Rahmanta, M.Si.

2. Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. 3. Dr. H.B. Tarmizi, S.U. 4. Dr. Abdul Kadir, M.Si.


(5)

”ANALISIS SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN/KOTA DI KAWASAN MEBIDANGRO SUMATERA UTARA”

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Juni 2014 Penulis,


(6)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN/KOTA DI KAWASAN MEBIDANGRO SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Terkadang pembangunan harus tetap berjalan, walaupun sumber daya yang dimiliki terbatas. Sebagai konsekuensinya, pembangunan harus difokuskan kepada sektor-sektor unggulan yang memberikan dampak pengganda yang besar. Dalam pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah juga dibutuhkan

kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous

development). Identifikasi sektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi. Mebidangro merupakan kawasan strategis di Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, terdiri atas Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo yang ditetapkan melalui Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Metropolitan Mebidangro. Kemajuan ekonomi kawasan Mebidangro akan memberikan dampak kepada kemajuan ekonomi kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan sebagai salah satu kabupaten/kota yang termasuk kawasan Mebidangro mempunyai pengaruh yang kuat sebagai pusat pertumbuhan di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hal di atas maka penelitian ini akan menganalisis tentang : (1) klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian kabupaten/kota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara; (2) pergeseran sektor perekonomian kawasan strategis Mebidangro Sumatera Utara; (3) sektor basis dan sektor unggulan dalam perekonomian kabupaten/kota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara; (4) keterkaitan/daya tarik potensi ekonomi antara Kota Medan dengan kabupaten/kota lainnya di kawasan Mebidangro Sumatera Utara. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Tipologi Klassen, Analisis Shift Share, Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Model Rasio Pertumbuhan, Analisis Overlay dan Analisis Gravitasi. Analisis menunjukan bahwa sektor jasa menjadi sektor maju dan tumbuh pesat sekaligus sektor basis dan unggulan di tiap kabupaten/kota kawasan Mebidangro. Efek bauran industripProportional shift (P > 0) baik di kawasan Mebidangro secara keseluruhan maupun di empat kabupaten/kota di kawasan Mebidangro adalah sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Ada dua sektor di keempat kabupaten/kota kawasan Mebidangro yang nilai

regional shift (differential shift) D > 0 rata-ratanya positif yaitu sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa.

Kata kunci : Sektor Unggulan, Tipologi Klassen, Shift Share, Location Quotient, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay, Analisis Gravitasi


(7)

THE ANALYSIS OF SUPERIORITY SECTORS OF DISTRICTS/TOWNS IN MEBIDANGRO AREA OF NORTH SUMATERA

ABSTRACT

Sometimes development should continue even though human resources are very limited. As a consequence, development must be focused on superiority sectors which give double effects. In achieving regional development target, development policy, based on endogenous development, is highly needed. Identifying potential economic sector is needed to optimize the process of and the success in the economic development. Mebidangro which consists of Medan, Binjai, Deli Serdang District, and Karo District in North Sumatera becomes a strategic area in Indonesia. It has been stipulated in Perpres No. 62/2011 on Metropolitan Layout Planning of Mebidangro. The economic advancement in Mebidangro area will affect the economic development of other districts/towns, and it has significant influence as the growth center in North Sumatera Province. Based on the explanation above, the researcher would analyze 1) the classification of the development in the economic sector of districts/towns in Mebidangro, North Sumatera; 2) the shift in the economic sector in Mebidangro strategic area; 3) the basic and superiority sectors in economy of districts/towns in Mebidangro area; and 4) the interrelatedness/attractiveness of the economic potency between Medan and other districts/towns in Mebidangro area of North Sumatera. The data were analyzed by using Klassen Typology Analysis, Location Quotient (LQ) Analysis, Shift Share Analysis, Growth Ratio Model Analysis, Overlay Analysis, and Gravitation Analysis. The result of the analysis showed that service sector was rapidly advanced and developed and became basic and superiority sectors in each district/town in Mebidangro area. The mix effects of proportional shift industry (P > 0) in Mebidangro area as a whole and in the four districts/towns in Mebidangro area were construction sector, commerce sector, hotels and restaurants, transportation and communication sectors, financial sector, rental and service companies, and service sector. There are two sectors in the four districts/towns in Mebidangro area which have the value of regional shift (differential shift) D > 0 with positive average: processing industrial sector and service sector.

Keywords: Superiority Sector, Klassen Typology, Location Quotient, Shift Share, MRP (Growth Ratio Model), Overlay, Gravitation Analysis


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc., (CTM), Sp.A(K)

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin S, S.E., M.Ec. selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Rujiman, M.A. selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S., Bapak H.B. Tarmizi, S.U. dan Dr. Abdul Kadir, M.Si selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan


(9)

8. Seluruh pegawai administrasi pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Drs. Suharno, M.Sc, selaku Kepala Provinsi Sumatera Utara yang

telah memberikan izin belajar kepada penulis, Bapak Helmi dan teman-teman di BPS Provinsi Sumatera Utara yang membantu penulis dalam menyediakan data dan referensi yang dibutuhkan.

10. Teman-teman MEP angkatan 23 yang insipratif.

11. Kedua orang tuaku, suami dan kedua anakku tersayang “Adzka dan Asya”. Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan, namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat untuk seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah SWT meridhoinya. Aamiin.

Medan, Juni 2014

Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : ELRIDA SURYANI HARAHAP

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Rantauprapat / 24 Oktober 1985

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jl. Karya Jaya Gg. Eka Jaya Keluarga Medan

Johor

Nama Suami : Fajar Santoso Pulungan

Nama anak : Adzka Dafa Alfathir Pulungan

Asya Djahin Pulungan Nama Orang Tua Laki-laki : Drs. Basri Harahap Nama Orang Tua Perempuan : Rosmaidah Daulay, S.Pd.

Sekolah Dasar : SD Negeri 6 Rantauprapat 1992 - 1998

Riwayat Pendidikan Formal

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 4 Rantauprapat 1998 - 2001 Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 5 Rantauprapat 2001 - 2004

Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta 2004 - 2008 Sekolah Pascasarjana : Universitas Sumatera Utara, Medan 2012 - 2014


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.LatarBelakang ... 1

1.2.RumusanMasalah ... 7

1.3.TujuanPenelitian ... 7

1.4.ManfaatPenelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1.Konsep Pembangunan Ekonomi ... 9

2.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ... 11

2.3.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 14

2.4. Pembangunan dan Pertumbuhan Daerah ... 17

2.5 .Sektor Unggulan dan Kriteria Sektor Unggulan ... 20

2.6. Teori Basis Ekonomi ... 21

2.7. Model Gravitasi ... 24

2.8. Penelitian Terdahulu ... 25

2.9.Kerangka Konseptual ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1.Ruang Lingkup Penelitian ... 29

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 29

3.3. Teknik Analisis Data ... 29

3.3.1. Analisis Tipologi Klassen ... 31

3.3.2. Analisis Shift Share ... 33

3.3.3. Analisis Location Quotient (LQ) ... 36

3.3.4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 37

3.3.5. Analisis Tipologi Overlay ... 39

3.3.6. Analisis Gravitasi ... 40

3.4. Definisi dan Batasan Variabel Penelitian ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 43

4.1.1. Letak Geografis dan Pembagian Wilayah ... 43

4.1.2. Kependudukan ... 45

4.2. Keadaan Perekonomian Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro ... 46


(12)

4.2.2. Struktur Ekonomi ... 53

4.2.3. PDRB Perkapita ... 57

4.3. Analisis Data ... 60

4.3.1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro Sumatera Utara ... 60

4.3.2. Perubahan dan Pergeseran Sektor Perekonomian Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro Sumatera Utara ... 88

4.3.3. Sektor Basis dan Sektor Unggulan dalam Perekonomian Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro Sumatera Utara ... 94

4.3.4. Keterkaitan/Daya Tarik Potensi Ekonomi antara Kota Medan dengan Kabupaten/Kota Lainnya di Kawasan Mebidangro Sumatera Utara ... 109

4.4. Pembahasan Persektor... 110

4.4.1. Pembahasan Persektor Kawasan Mebidangro ... 110

4.4.2. Pembahasan Persektor Kota Medan ... 119

4.4.3.Pembahasan Persektor Kota Binjai ... 129

4.4.4. Pembahasan Persektor Kabupaten Deli Serdang ... 138

4.4.5. Pembahasan Persektor Kabupaten Karo ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 158

5.1. Kesimpulan ... 158

5.2. Saran ... 159


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. PDRB ADHB Menurut Provinsi (Milyar Rupiah) di Pulau

Sumatera, 2008-2012 ... 3 1.2. PDRB ADHB (Juta Rupiah), Kontribusi Sektoral (Persentase)

dan Laju Pertumbuhan (Persentase) Kota Medan tahun 2012 ... 6 3.1. Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen ... 33

4.1. Luas Wilayah dan Jumlah Kecamatan Kawasan Mebidangro

Tahun 2012 ... 44

4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kawasan Mebidangro

Tahun 2012 ... 45

4.3. PDRB ADHB (Juta Rupiah) Kawasan Mebidangro

tahun 2008-2012 ... 47

4.4. PDRB Perkapita ADHB Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo,

Mebidangro dan Sumatera Utara Tahun 2008-2012 ... 58 4.5. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kawasan Mebidangro

dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ... 61

4.6. Klasifikasi Sektor PDRB Kawasan Mebidangro Menurut Tipologi

Klassen Tahun 2008 ... 62 4.7. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kabupaten/Kota di

Kawasan Mebidangro dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 .... 63 4.8. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro

Berdasarkan Tipologi Klassen Tahun 2008 ... 64 4.9. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kawasan Mebidangro

dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 ... 66 4.10. Klasifikasi Sektor PDRB Kawasan Mebidangro Menurut Tipologi

Klassen Tahun 2009 ... 66 4.11. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kabupaten/Kota di

Kawasan Mebidangro dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 .... 67 4.12. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro

Berdasarkan Tipologi Klassen Tahun 2009 ... 68 4.13. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kawasan Mebidangro

dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 70 4.14. Klasifikasi Sektor PDRB Kawasan Mebidangro Menurut Tipologi

Klassen Tahun 2010 ... 71 4.15. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kabupaten/Kota di

Kawasan Mebidangro dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 .... 72 4.16. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro

Berdasarkan Tipologi Klassen Tahun 2010 ... 73 4.17. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kawasan Mebidangro

dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 ... 75 4.18. Klasifikasi Sektor PDRB Kawasan Mebidangro Menurut Tipologi


(14)

4.19. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kabupaten/Kota di

Kawasan Mebidangro dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 .... 76 4.20. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro

Berdasarkan Tipologi Klassen Tahun 2011 ... 77 4.21. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kawasan Mebidangro

dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 ... 79 4.22. Klasifikasi Sektor PDRB Kawasan Mebidangro Menurut Tipologi

Klassen Tahun 2012 ... 80 4.23. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kabupaten/Kota di

Kawasan Mebidangro dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 .... 81 4.24. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro

Berdasarkan Tipologi Klassen Tahun 2012 ... 82 4.25. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Secara Rata-rata

Kawasan Mebidangro dan Provinsi Sumatera Utara ... 84 4.26. Klasifikasi Sektor PDRB Kawasan Mebidangro Secara Rata-rata

Menurut Tipologi Klassen ... 84 4.27. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Secara Rata-rata

Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro dan Provinsi Sumatera Utara ... 85 4.28. Klasifikasi Sektor PDRB Secara Rata-rata Kabupaten/Kota di Kawasan

Mebidangro Berdasarkan Tipologi Klassen ... 86 4.29. Komponen National Share (N) Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 (Juta Rupiah) ... 89 4.30. Komponen Pertumbuhan Proporsional (P) Kabupaten/Kota di Kawasan

Mebidangro Tahun 2008-2012 (Juta Rupiah) ... 90 4.31. Komponen Pertumbuhan Diferensial (D) Kabupaten/Kota di Kawasan

Mebidangro Tahun 2008-2012 (Juta Rupiah) ... 92 4.32. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Rata-rata

Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro Tahun 2008-2012... 94 4.33. Hasil Perhitungan MRP Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 101 4.34. Hasil Analisis Overlay Sektor-sektor Ekonomi Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 104 4.35. Hasil Analisis Overlay Sektor-sektor Ekonomi Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 105 4.36. Hasil Analisis Overlay Sektor-sektor Ekonomi Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 106 4.37. Hasil Analisis Overlay Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2008-2012 ... 107 4.38. Hasil Analisis Overlay Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 108 4.39. Peringkat atau Level Analisis Gravitasi Antara Kota Medan

dengan Kabupaten/Kota Lainnya di Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 109 4.40. Analisis Sektor Pertanian Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 110 4.41. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian Kawasan Mebidangro


(15)

4.42. Analisis Sektor Industri Pengolahan Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 113 4.43. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 114 4.44. Analisis Sektor Konstruksi Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 115 4.45. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kawasan

Mebidangro Tahun 2008-2012... 116 4.46. Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kawasan

Mebidangro Tahun 2008-2012... 117 4.47. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Kawasan Mebidangro Tahun 2008-2012 ... 118 4.48. Analisis Sektor Jasa-jasa Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 119 4.49. Analisis Sektor Pertanian Kota Medan Tahun 2008-2012 ... 120 4.50. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 121 4.51. Analisis Sektor Industri Pengolahan Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 122 4.52. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 123 4.53. Analisis Sektor Konstruksi Kota Medan Tahun 2008-2012 ... 124 4.54. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 125 4.55. Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 126 4.56. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Kota Medan Tahun 2008-2012 ... 127 4.57. Analisis Sektor Jasa-jasa Kota Medan Tahun 2008-2012 ... 128 4.58. Analisis Sektor Pertanian Kota Binjai Tahun 2008-2012 ... 129 4.59. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 130 4.60. Analisis Sektor Industri Pengolahan Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 132 4.61. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 133 4.62. Analisis Sektor Konstruksi Kota Binjai Tahun 2008-2012 ... 134 4.63. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 135 4.64. Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 136 4.65. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Kota Binjai Tahun 2008-2012 ... 137 4.66. Analisis Sektor Jasa-jasa Kota Binjai Tahun 2008-2012 ... 138 4.67. Analisis Sektor Pertanian Kabupaten Deli Serdang


(16)

4.68. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2008-2012 ... 140 4.69. Analisis Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2008-2012 ... 141 4.70. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2008-2012 ... 142 4.71. Analisis Sektor Konstruksi Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2008-2012 ... 143 4.72. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2008-2012 ... 144 4.73. Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2008-2012 ... 145 4.74. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008-2012 ... 146 4.75. Analisis Sektor Jasa-jasa Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2008-2012 ... 147 4.76. Analisis Sektor Pertanian Kabupaten Karo Tahun 2008-2012 ... 148 4.77. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 149 4.78. Analisis Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 150 4.79. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 151 4.80. Analisis Sektor Konstruksi Kabupaten Karo Tahun 2008-2012 ... 152 4.81. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 153 4.82. Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 154 4.83. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Kabupaten Karo Tahun 2008-2012 ... 155 4.84. Analisis Sektor Jasa-jasa Kabupaten Karo Tahun 2008-2012 ... 157


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara dan Nasional

Tahun 2008-2012 ... 4

1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro

Tahun 2012 (Persentase) ... 5 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 28 4.1. Peta Wilayah Kawasan Mebidangro ... 43 4.2. Kontribusi Masing-masing Kabupaten/Kota di Kawasan

Mebidangro Terhadap PDRB Mebidangro Tahun 2012 ... 48

4.3. Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Mebidangro dan

Sumatera Utara tahun 2008-2012 ... 49 4.4. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Rata-rata di Mebidangro dan

Sumatera Utara Periode 2008-2012 ... 50 4.5. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Rata-rata di Mebidangro

dan Kabupaten/Kota yang Termasuk Kawasan Mebidangro

Periode 2008-2012 ... 51 4.6. Kontribusi Sektor Ekonomi Rata-rata di Kawasan Mebidangro

Selama Periode 2008-2012 ... 54 4.7. Kontribusi Sektor Ekonomi Rata-rata di Kabupaten/Kota yang

Termasuk Kawasan Mebidangro Periode 2008-2012 ... 55 4.8. Kontribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Rata-rata di

Kabupaten/Kota Kawasan Mebidangro Periode 2008-2012 ... 57 4.9. Laju Pertumbuhan PDRB Perkapita Medan, Binjai, Deli Serdang,

Karo, Mebidangro dan Sumatera Utara Periode 2008-2012 ... 59 4.10. Grafik Perkembangan LQ Sektor Pertanian Kota Medan


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 163

2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 164

3. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 165

4. PDRB Atas Dasar Harga KonstanKota Binjai

Tahun 2008-2012` ... 166

5. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2008-2012 ... 167

6. PDRB Atas Dasar Harga KonstanKabupaten Deli Serdang

Tahun 2008-2012 ... 168

7. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 169

8. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 170

9. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 171

10. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 172

11. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2008-2012 ... 173

12. PDRB Atas Dasar Harga KonstanProvinsi Sumatera Utara

Tahun 2008-2012 ... 174 13. Jarak Kota Medan dengan Kabupaten/Kota Lain di Mebidangro .... 174

14. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 175 15. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 175 16. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 176 17. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kabupaten Deli

SerdangTahun 2008-2012 ... 177 18. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 178

19. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 179 20. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2008-2012 ... 180 21. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Medan menurut Tipologi Klassen


(19)

22. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Binjai menurut Tipologi Klassen

Tahun 2008 ... 182 23. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang menurut

Tipologi KlassenTahun 2008 ... 183 24. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Karo menurut Tipologi

Klassen Tahun 2008 ... 184 25. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Medan menurut Tipologi Klassen

Tahun 2009 ... 185 26. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Binjai menurut Tipologi Klassen

Tahun 2009 ... 186 27. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang menurut

Tipologi Klassen Tahun 2009 ... 187 28. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Karo menurut Tipologi

Klassen Tahun 2009 ... 188 29. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Medan menurut Tipologi Klassen

Tahun 2010 ... 189 30. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Binjai menurut Tipologi Klassen

Tahun 2010 ... 190 31. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang menurut

Tipologi Klassen Tahun 2010 ... 191 32. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Karo menurut Tipologi

Klassen Tahun 2010 ... 192 33. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Medan menurut Tipologi Klassen

Tahun 2011 ... 193 34. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Binjai menurut Tipologi Klassen

Tahun 2011 ... 194 35. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang menurut

Tipologi Klassen Tahun 2011 ... 195 36. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Karo menurut Tipologi

Klassen Tahun 2011 ... 196 37. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Medan menurut Tipologi Klassen

Tahun 2012 ... 197 38. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Binjai menurut Tipologi Klassen

Tahun 2012 ... 198 39. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang menurut

Tipologi Klassen Tahun 2012 ... 199

40. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Karo menurut Tipologi

Klassen Tahun 2012 ... 200 41. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Medan Secara Rata-rata menurut

Tipologi Klassen ... 201 42. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Binjai Secara Rata-rata

Menurut Tipologi Klassen ... 202 43. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang Secara Rata-rata

Menurut Tipologi Klassen ... 203 44. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Karo Secara Rata-rata

menurut Tipologi Klassen ... 204 45. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Medan


(20)

46. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 206 47. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2008-2012 ... 207 48. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 208 49. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 209 50. Hasil Perhitungan Komponen Shift Share Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 210 51. Hasil Perhitungan Komponen Shift Share Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 211 52. Hasil Perhitungan Komponen Shift Share Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 212 53. Hasil Perhitungan Komponen Shift Share Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2008-2012 ... 213 54. Hasil Perhitungan Komponen Shift Share Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 214 55. Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Referensi (RPR)

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2012 ... 215 56. Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Studi (RPS)

Kawasan Mebidangro Tahun 2008-2012 ... 216 57. Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Studi (RPS) Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 217 58. Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Studi (RPS) Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 218 59. Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Studi (RPS)

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008-2012 ... 219 60. Hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Studi (RPS)

Kabupaten Karo Tahun 2008-2012 ... 220

61. Hasil Perhitungan Analisis Overlay Kawasan Mebidangro

Tahun 2008-2012 ... 221 62. Hasil Perhitungan Analisis Overlay Kota Medan

Tahun 2008-2012 ... 222 63. Hasil Perhitungan Analisis Overlay Kota Binjai

Tahun 2008-2012 ... 223 64. Hasil Perhitungan Analisis Overlay Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2008-2012 ... 224 65. Hasil Perhitungan Analisis Overlay Kabupaten Karo

Tahun 2008-2012 ... 225 66. Nilai Indeks Gravitasi Kota Medan dengan Kabupaten/Kota Lainnya


(21)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN/KOTA DI KAWASAN MEBIDANGRO SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Terkadang pembangunan harus tetap berjalan, walaupun sumber daya yang dimiliki terbatas. Sebagai konsekuensinya, pembangunan harus difokuskan kepada sektor-sektor unggulan yang memberikan dampak pengganda yang besar. Dalam pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah juga dibutuhkan

kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous

development). Identifikasi sektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi. Mebidangro merupakan kawasan strategis di Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, terdiri atas Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo yang ditetapkan melalui Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Metropolitan Mebidangro. Kemajuan ekonomi kawasan Mebidangro akan memberikan dampak kepada kemajuan ekonomi kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan sebagai salah satu kabupaten/kota yang termasuk kawasan Mebidangro mempunyai pengaruh yang kuat sebagai pusat pertumbuhan di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hal di atas maka penelitian ini akan menganalisis tentang : (1) klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian kabupaten/kota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara; (2) pergeseran sektor perekonomian kawasan strategis Mebidangro Sumatera Utara; (3) sektor basis dan sektor unggulan dalam perekonomian kabupaten/kota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara; (4) keterkaitan/daya tarik potensi ekonomi antara Kota Medan dengan kabupaten/kota lainnya di kawasan Mebidangro Sumatera Utara. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Tipologi Klassen, Analisis Shift Share, Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Model Rasio Pertumbuhan, Analisis Overlay dan Analisis Gravitasi. Analisis menunjukan bahwa sektor jasa menjadi sektor maju dan tumbuh pesat sekaligus sektor basis dan unggulan di tiap kabupaten/kota kawasan Mebidangro. Efek bauran industripProportional shift (P > 0) baik di kawasan Mebidangro secara keseluruhan maupun di empat kabupaten/kota di kawasan Mebidangro adalah sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Ada dua sektor di keempat kabupaten/kota kawasan Mebidangro yang nilai

regional shift (differential shift) D > 0 rata-ratanya positif yaitu sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa.

Kata kunci : Sektor Unggulan, Tipologi Klassen, Shift Share, Location Quotient, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay, Analisis Gravitasi


(22)

THE ANALYSIS OF SUPERIORITY SECTORS OF DISTRICTS/TOWNS IN MEBIDANGRO AREA OF NORTH SUMATERA

ABSTRACT

Sometimes development should continue even though human resources are very limited. As a consequence, development must be focused on superiority sectors which give double effects. In achieving regional development target, development policy, based on endogenous development, is highly needed. Identifying potential economic sector is needed to optimize the process of and the success in the economic development. Mebidangro which consists of Medan, Binjai, Deli Serdang District, and Karo District in North Sumatera becomes a strategic area in Indonesia. It has been stipulated in Perpres No. 62/2011 on Metropolitan Layout Planning of Mebidangro. The economic advancement in Mebidangro area will affect the economic development of other districts/towns, and it has significant influence as the growth center in North Sumatera Province. Based on the explanation above, the researcher would analyze 1) the classification of the development in the economic sector of districts/towns in Mebidangro, North Sumatera; 2) the shift in the economic sector in Mebidangro strategic area; 3) the basic and superiority sectors in economy of districts/towns in Mebidangro area; and 4) the interrelatedness/attractiveness of the economic potency between Medan and other districts/towns in Mebidangro area of North Sumatera. The data were analyzed by using Klassen Typology Analysis, Location Quotient (LQ) Analysis, Shift Share Analysis, Growth Ratio Model Analysis, Overlay Analysis, and Gravitation Analysis. The result of the analysis showed that service sector was rapidly advanced and developed and became basic and superiority sectors in each district/town in Mebidangro area. The mix effects of proportional shift industry (P > 0) in Mebidangro area as a whole and in the four districts/towns in Mebidangro area were construction sector, commerce sector, hotels and restaurants, transportation and communication sectors, financial sector, rental and service companies, and service sector. There are two sectors in the four districts/towns in Mebidangro area which have the value of regional shift (differential shift) D > 0 with positive average: processing industrial sector and service sector.

Keywords: Superiority Sector, Klassen Typology, Location Quotient, Shift Share, MRP (Growth Ratio Model), Overlay, Gravitation Analysis


(23)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan terlebih dahulu memerlukan berbagai usaha yang konsisten dan terus menerus dari seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat suatu negara maupun wilayah.

Salah satu tujuan pembangunan secara makro adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat dan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan peningkatan hasil produksi dan pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Suatu masyarakat dipandang mengalami suatu pertumbuhan dalam kemakmuran masyarakat apabila pendapatan perkapita menurut harga konstan mengalami peningkatan.


(24)

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi dari capaian pada masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun-tahun sebelumnya.

Dalam pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah dibutuhkan

kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous

development), dengan menggunakan potensi sumber daya lokal. Identifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi dimaksud.

Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensial serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.

Mebidangro merupakan kawasan strategis di Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, terdiri atas Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo yang ditetapkan melalui Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Metropolitan Mebidangro. Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan kawasan Mebidangro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi. Kawasan Mebidangro memiliki kedudukan strategis terhadap pengembangan Segitiga Ekonomi Regional Indonesia –


(25)

Thailand – Singapura (IMT-GT). Posisinya yang strategis ini menjadi perhatian penting dalam pengembangan kawasan Mebidangro ke depan.

Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan. Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki PDRB atas harga berlaku terbesar kedua di Pulau Sumatera setelah Provinsi Riau. PDRB atas harga berlaku Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2008-2012 terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2008 nilai PDRB mencapai 213.931,17 milyar rupiah dan terus meningkat hingga tahun 2012 mencapai 351.118,2 milyar rupiah.

Tabel 1.1. PDRB ADHB menurut provinsi (milyar rupiah) di Pulau Sumatera, 2008-2012

Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Aceh 73.547,5 71.694,5 79.145,3 87.995,0 96.108,7

2. Sumatera Utara 213.931,7 236.353,6 275.056,5 314.372,4 351.118,2

3. Sumatera Barat 70.954,5 76.752,9 87.226,6 98.957,3 110.103,9

4. Riau 276.400,1 297.173,0 345.773,8 413.706,1 469.073,0

5. Jambi 41.056,5 44.127,0 53.857,7 63.355,3 72.654,2

6. Sumatera Selatan 133.664,9 137.331,8 157.735,0 182.390,5 206.330,9

7. Bengkulu 1.495,9 16.385,3 18.600,1 21.269,2 24.173,3

8. Lampung 73.719,3 88.934,8 108.404,3 127.908,3 144.561,4

9. Kep. Bangka

belitung 21.421,3 22.997,8 26.713,0 30.415,6 34.325,4

10. Kep Riau 58.574,9 63.892,9 71.614,5 80.237,8 91.716,7

Sumatera 978.186,8 1.055.936,6 1.224.126,8 1.420.607,5 1.600.165,6 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara

Perekonomian Provinsi Sumatera Utara juga dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator sangat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2012


(26)

mengalami fluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,14 persen. Selama periode tersebut, angka pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara selalu berada di atas angka pertumbuhan ekonomi Nasional, kecuali pada tahun 2012.

Gambar 1.1. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara dan Nasional tahun 2008-2012

Sedangkan untuk daerah yang termasuk ke dalam kawasan strategis Mebidangro, laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 rata-rata di atas 6 persen. Dari keempat kabupaten/kota tersebut hanya Kabupaten Deli Serdang yang angka pertumbuhan ekonominya berada di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 6,06 persen untuk Kabupaten Deli Serdang dan 6,22 persen untuk Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Kota Medan, Kota Binjai dan Kabupaten Karo memiliki pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 7,63 persen (Kota Medan), 6,34 persen (Kota Binjai) dan 6,34 persen (Kabupaten Karo). Kota Medan memiliki angka pertumbuhan ekonomi terbesar di antara seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

2008 2009 2010 2011 2012

Sumatera Utara 6.39 5.07 6.42 6.63 6.22

Nasional 6.06 4.63 6.22 6.49 6.23

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

P

er

tum

buha

n

E

k

o

no

m

i (

%

)

Tahun


(27)

Gambar 1.2. Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di kawasan Mebidangro tahun 2012 (persentase)

Pembangunan kawasan Mebidangro akan memberikan peluang bagi Provinsi Sumatera Utara untuk melakukan lompatan kemajuan koridor sektor ekonomi modern. Kemajuan ekonomi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi di kawasan strategis Mebidangro saja, tetapi akan berdampak juga ke daerah-daerah lain di kawasan Provinsi Sumatera Utara.

Kota Medan sebagai salah satu kabupaten/kota yang termasuk kawasan Mebidangro mempunyai pengaruh yang kuat sebagai pusat pertumbuhan di Provinsi Sumatera Utara. Selain Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan juga memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di antara kabupaten/kota lainnya di kawasan Mebidangro. Untuk itu perlu mengetahui daya tarik ekonomi khususnya antar wilayah kota Medan dengan kabupaten/kota lainnya di kawasan Mebidangro sebagai usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi antar daerah dan pemerataan pembangunan ekonomi. Dengan demikian akan dapat meningkatkan output regional dan efisiensi lokasi di daerah yang bersangkutan.

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Medan Binjai Deli Serdang Karo Sumatera

Utara 7.63

6.34 6.06 6.34 6.22


(28)

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kota Medan pada tahun 2012 mencapai 105,40 triliyun rupiah yaitu sekitar 30 persen dari PDRB ADHB Provinsi Sumatera Utara. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan kontribusi sektor terbesar untuk PDRB Kota Medan yaitu mencapai 25,52 persen. Laju pertumbuhan Kota Medan berada di atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 7,63 persen.

Tabel 1.2. PDRB ADHB (juta rupiah), kontibusi sektoral (persentase) dan laju pertumbuhan (persentase) Kota Medan tahun 2012

Uraian PDRB ADHB Kontribusi Laju

Sektoral Pertumbuhan

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian 2,579,127.20 2.45 7.14

2. Pertambangan dan Penggalian 2,932.26 0.00 -0.82

3. Industri pengolahan 14,567,460.19 13.82 3.70

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,618,516.16 1.54 2.64

5. Konstruksi 11,355,365.20 10.77 7.05

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 26,892,959.91 25.52 7.55

7. Pengangkutan dan Komunikasi 20,315,427.20 19.27 8.90

8. Keuangan, persewaan, dan Jasa Perusahaan 16,334,773.00 15.50 8.67

9. Jasa-jasa 11,733,881.04 11.13 10.08

TOTAL 105,400,442.18 100 7.63

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

Dalam melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas sebagai konsekuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Untuk meningkatkan perekonomian maka harus diketahui sektor apa yang menjadi basis atau unggulan sehingga pemerintah dapat memprioritaskan percepatan di sektor unggulan tersebut.


(29)

Mengingat kemajuan ekonomi kawasan Mebidangro akan memberikan dampak kepada kemajuan ekonomi kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis penentuan sektor unggulan perekonomian wilayah dan pola perubahan serta pertumbuhan sektoral dalam perekonomian kawasan MebidangroSumatera Utara dengan judul “Analisis Sektor Unggulan Kabupaten/Kota di Kawasan Mebidangro Sumatera Utara”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian kabupaten/kota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara?

2. Bagaimana pergeseran sektor perekonomian kabupaten/kota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara?

3. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan sektorunggulan dalam perekonomian kabupaten/kota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara?

4. Seberapa besar keterkaitan/daya tarik potensi ekonomi antara Kota Medan dengan kabupaten/kota lainnya di kawasan Mebidangro Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian kabupaten/kota dikawasan Mebidangro Sumatera Utara.

2. Menganalisis pergeseran sektor perekonomian kabupaten/kota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara.


(30)

3. Menentukan dan menganalisis sektor basis dan sektor unggulan dalam perekonomiankabupaten/kota dikawasan Mebidangro Sumatera Utara.

4. Menganalisis keterkaitan/daya tarik potensi ekonomi antara Kota Medan dengan kabupaten/kota lainnya di kawasan Mebidangro Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk pemerintah

a. Mengevaluasi arah kebijakan ekonomi pemerintah daerah, terutama dalam rangka perencanaan ekonomi makro regional khususnya kabupaten/kota di kawasan Mebidango Sumatera Utara.

b. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk penetapan kebijakan yang akan datang yang berkaitan dengan pembangunan regional khususnya kabupaten/kota di kawasan Mebidango Sumatera Utara.

2. Untuk akademisi sebagai bahan penelitian berikutnya yang terkait.

3. Untuk penulis sebagai pengembangan dan pelatihan diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.


(31)

2.1.Konsep Pembangunan Ekonomi

Penjelasan tentang definisi atau pengertian pembangunan ekonomi banyak dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi. Menurut Adam Smith dalam Suryana (2000), pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Bertambahnya penduduk suatu negara harus diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan dalam negeri.

Menurut Sukirno (2002), pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Di sini ada dua aspek penting yang saling berhubungan erat yaitu pendapatan total atau yang lebih dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006) pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis dan gradual, tetapi merupakan proses yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Berdasarkan pengertian tersebut pembangunan ekonomi terjadi secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dan selalu mengarah positif untuk perbaikan segala sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Industri dan perdagangan akan mewujudkan segala kreatifitas dalam pembangunan ekonomi dengan penggunaan teknologi industri serta dengan adanya perdagangan tercipta kompetisi ekonomi.


(32)

Pembangunan ekonomi juga merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat dinamis, menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Apapun yang dilakukan, hakikat pembangunan ekonomi itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, bukan merupakan gambaran ekonomi satu saat saja.

Dalam Sukirno (2006), pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada seluruh perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparitas) dan pengangguran (Todaro, 2008).

Arsyad (2010), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses. Proses yang dimaksud adalah proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.


(33)

Ada empat model pembangunan (Suryana, 2000) yaitu model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penghapusan kemiskinan dan model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk setiap rumah tangga.

Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasilnya serta pemantapan stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara kedaerahan.

2.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dalam melakukan analisa perkembangan ekonomi di suatu wilayah. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam suatu pembangunan ekonomi dan mempunyai implikasi kebijakan yang cukup luas, baik terhadap wilayahnya maupun terhadap wilayah lain.

Dalam Teori Klasik Adam Smith menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah akan memperluas pangsa pasar, dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi akan meningkatkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan


(34)

terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan.

Sementara itu David Ricardo, mengemukakan pandangan yang berbeda dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk rendah dan sumber daya alam yang relatif melimpah.

Keynes melihat pertumbuhan dalam kondisi jangka pendek dan menyatakan bahwa pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dari suatu negara. Semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, semakin besar pendapatan nasional yang diperoleh, demikian juga sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif ditentukan pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat. Keynes juga menyatakan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta pengawasan secara langsung.

Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi dapat didefenisikan sebagai

penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output

perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan.

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka


(35)

panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati penggunaanya telah cukup dikenal.

Menurut Simon dalam Jhingan (2004) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk meyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya.

Pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2006) sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu dengan PDRB tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektorekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor penting (Arsyad, 2010) yaitu:

1. Akumulasi Modal


(36)

peralatan fiskal dan sumber daya manusia (human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumber daya yang telah ada.

2. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun kemampuan merangsang pertumbuhan ekonomi tergantung pada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja yang ada secara produktif.

3. Kemajuan Teknologi

Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.

2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah melalui penyajian angka-angka pendapatan regional (PDRB).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat didefinisikan sebagai estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya.


(37)

Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi ke dalam sembilan sektor, sedangkan secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Dikatakan sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam. Yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder adalah sektor ekonomi yang inputnya berasal dari sektor primer, yang meliputi sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor konstruksi. Sedangkan sektor-sektor lainnya seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara keseluruhan disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.

Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor sesuai dengan keadaan pada tahun yang sedang berjalan. Penilaian terhadap produksi, biaya antara dan nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada masing-masing tahun.

Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap suatu tahun dasar. Semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara yang digunakan dan nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan harga pada tahun dasar. Penyajian ini memperlihatkan perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan. Angka PDRB yang atas dasar harga konstan menjelaskan laju pertumbuhan ekonomi


(38)

wilayah tersebut.

Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat dua metode yaitu:

1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari suatu lapangan usaha/sektor atau subsektor suatu wilayah dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional.

2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan memperhitungkan nilai tambah sektor/subsektor suatu wilayah dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional berdasarkan jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto atau neto, tenaga kerja dan alokator tidak langsung.

Metode-metode di atas, dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain: 1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah

dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya tiap sektor/subsektor.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah suatu kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor produksi seperti upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.


(39)

Metode umum perhitungan pendapatan nasional di Indonesia adalah dengan metode langsung dan pendekatan produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil produksi barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (double counting). Hal ini penting karena sering terjadi bahan mentah suatu sektor dihasilkan ole sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang menghasilkannya.

2.4. Pembangunan dan Pertumbuhan Daerah

Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Munir (2002), peniruan mentah-mentah terhadap pola kebijakan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain.

Setiap pembangunan daerah memiliki tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah dengan partisipasi masyarakatnya dengan memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya-sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Syafrijal, 2008).

Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, sarana dan prasarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan


(40)

(kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas (Adisamita, 2008).

Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilakukan di daerah. Pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahan. Tujuan pembangunan daerah hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka semakin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Sjafrizal, 2008).

Program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak boleh bertentangan dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Jadi pada hakikatnya perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh tiap daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksankan oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk mendistribusikan proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan memberikan sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.

Ada 2 kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah (Kuncoro, 2004) yaitu:

a. Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan


(41)

perekonomiannya.

b. Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda.

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan variabel ekonomi dari suatu subsistem spasial suatu wilayah dan juga dapat diartikan sebagai peningkatan kemakmuran suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis suatu wilayah sebagai suatu sistem ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah-wilayah lain melalui arus perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran komoditas.

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di daerah tersebut (Tarigan, 2005).

Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini dikarenakan dalam otonomi daerah masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya, guna meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan bagi mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya (Sjafrizal, 2008).

Perhitungan pendapatan daerah pada awalnya dibuat pada harga berlaku, namun agar dapat melihat dari kurun waktu ke waktu berikutnya harus dinyatakan dengan nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan. Pendapatan daerah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi), yang berarti secara kasar


(42)

dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah tersebut oleh seberapa besar terjadinya transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar daerah atau mendapat aliran dari luar daerah (Septa, 2007).

2.5. Sektor Unggulan dan Kriteria Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan. Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah (Sambodo dalam Gufron, 2008).

Menurut Ambardi dan Socia (2002), kriteria komoditas unggulan yang bisa menjadi motor penggerak pembangunan suatu daerah, diantaranya:

1. Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan

perekonomian. Artinya, komoditas unggulan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, maupun pengeluaran. 2. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang

kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya.

3. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya.

4. Komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku (jika bahan baku di daerah sendiri tidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali).


(43)

5. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi.

6. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara

optimal sesuai dengan skala produksinya.

7. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Di saat komoditas unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan lainnya harus mampu menggantikannya.

8. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

9. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk

dukungan. Misalnya, dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif, dan lain-lain.

10.Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan.

2.6. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi sektor produksi atau jenis kegiatan ekonomi yang terdapat dalam suatu wilayah atas kegiatan ekonomi basis (dasar) dan kegiatan ekonomi service

(pelayanan) atau lebih sering disebut kegiatan ekonomi nonbasis. Pada dasarnya, kegiatan yang hasilnya dijual ke luar daerah (atau mendatangkan dari luar daerah) disebut kegiatan basis. Sedangkan kegiatan nonbasis adalah kegiatan yang melayani kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri, baik pembeli maupun asal uangnya dari daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah.


(44)

Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis, Richardson (1978). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan nonbasis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas nonbasis.

Dalam model basis ekonomi dinyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah keuntungan kompetitif yang berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Berdasarkan teori ini perekonomian suatu wilayah dibagi menjadi dua yaitu sektor basis dan sektor nonbasis. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang cukup tinggi, sehingga mampu mengekspor barang dan jasa ke luar batas-batas perekonomian wilayah yang bersangkutan. Sedangkan sektor nonbasis merupakan kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian wilayah tersebut. Sektor nonbasis ini berfungsi sebagai sektor penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008).

Teori basis ekonomi dalam Arsyad (2010) merupakan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk kemudian di ekspor, sehingga akan


(45)

menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Asumsi tersebut memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.

Pengertian basis ekonomi di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan dinamis, maksudnya pada tahun tertentu mungkin saja sektor basis tersebut bisa beralih ke sektor lain. Sektor basis bisa mengalami kemajuan atau kemunduran. Penyebab kemajuan sektor basis adalah perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, perkembangan teknologi, dan adanya perkembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah perubahan permintaan dari luar daerah dan kehabisan cadangan sumber daya.

Untuk menganalisis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim adalah LQ (Location Quotient). Pada LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Teknik LQ mempunyai dua kelebihan yaitu sebagai berikut:

1. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak langsung (barang antara).

2. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui kecenderungan.


(46)

Kelebihan analisisLQ yang lainnya adalah dapat menjadi menarik apabila dilakukan dalam bentuk time series/tren, artinya dianalisis selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan (Tarigan, 2005).

2.7. Model Gravitasi

Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut (Tarigan, 2007).

Misalnya, ada dua kota (kota X dan Y) yang berdekatan, ingin diketahui berapa besar interaksi yang terjadi antara dua kota tersebut, interaksi itu ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah besarnya kedua kota tersebut, dapat diukur dari jumlah penduduk, banyaknya lapangan kerja, total pendapatan, jumlah atau luas bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Kemudahan dalam mendapatkan data membuat ukuran jumlah penduduk lebih sering digunakan sebagai alat ukur. Ukuran jumlah penduduk bukanlah arbiter karena jumlah penduduk juga terkait langsung dengan berbagai ukuran lain yang dikemukakan di atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi adalah jarak antara kota X dan Y. jarak mempengaruhi orang untuk bepergian karena menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan biaya.


(47)

2.8. Penelitian Terdahulu

Reniwati (2013) melakukan studi tentang Analisis Sektor-sektor Ekonomi di Sulawesi Selatan Periode 2007-2011, menggunakan metode analisisshift share. Hasilstudi menunjukkan bahwa sektor yang berkembangng pesat adalah sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan dan persewaan; serta sektor jasa-jasa.

Nurfatimah (2013) melakukan studi tentang Analisis Potensi Pertumbuhan

Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, menggunakan metode Location

Quotient (LQ), Sift Share dan Gravitasi. Hasil studi menunjukkan terjadi penyebaran sektor-sektor ekonomi yang basis di Provinsi Bali dan pemerataan pembangunan daerah Bali. Pembangunan di Bali tidak dikhususkan untuk satu sektor di setiap kabupaten/kota tetapi terbagi-bagi untuk saling memenuhi kebutuhan tiap-tiap daerah. Hasil dari analisis gravitasi dengan nilai indeks terbesar menunjukkan keterkaitan atau daya tarik menarik potensi ekonomi antara Kota Denpasar dengan kabupaten lain di sekitarnya paling kuat adalah pertama dengan Kabupaten Klungkung, kedua interaksi dengan Kabupaten Tabanan, ketiga interaksi dengan Kabupaten Badung, keempat interaksi dengan Kabupaten Gianyar, kelima interaksi dengan Kabupaten Bangli, keenam interaksi dengan Kabupaten Buleleng, ketujuh interaksi dengan Kabupaten Karangasem, dan kedelapan interaksi dengan Kabupaten Jembrana. Keterkaitan dengan Kota Denpasar ini paling besar karena kedua daerah tersebut mempunyai jarak yang cukup dekat sehingga interaksi keduanya paling kuat. Interaksi dengan daerah ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan jarak antara kedua daerah.


(48)

Sektor Pertanian Kabupaten Sukoharjo Sebelum dan Selama Otonomi Daerah

dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Hasil studi

menunjukkan pada masa sebelum otonomi daerah dapat diketahui komoditi yang teridentifikasi sebagai komoditi basis yaitu subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Sedangkan selama pelaksanaan otonomi daerah, komoditi yang teridentifikasi sebagai komoditi basis yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan dan subsektor peternakan.

Novrilasari (2008) melakukan studi dengan judul Analisis Sektor Unggulan dalam Meningkatkan Perekonomian dan Pembangunan Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi, menggunakan alat analisis Klassen Typologi dan

Location Quotient. Hasil dari analisis Klassen Typologi dengan pendekatan sektoral, menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan poenggalian menduduki kuadran I yaitu sektor maju dan tumbuh cepat. Disusul oleh sektor pertanian pada kuadran II yaitu sektor maju tetapi tertekan. Hasil perhitungan LQ diseluruh sektor perekonomian berdarkan indikator pendapatan terdapat dua sektor yang menjadi basis perekonomian Kabupaten Singingi yang dapat diprioritaskan menjadi sektor unggulan pada tahun 2002-2006 yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian.


(49)

2.9. Kerangka Konseptual

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (KSN) perkotaan Mebidangro telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011. Terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 62 Tahun 2011 ini dinilai cukup bagus, dan patut disyukuri karena diharapkan dapat mempercepat perbaikan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat pada kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo khususnya dan Provinsi Sumatera Utara pada umumnya.

Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi tiap daerah merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama di negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dari laju pertumbuhan pendapatan daerah yang bersangkutan sebagai upaya mencapai pembangunan daerah. Salah satu indikator mengetahui pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi daerah.

Pertumbuhan pendapatan suatu daerah ditentukan dengan bagaimana daerah yang bersangkutan berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya. Menurut teori basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi kegiatan basis dan nonbasis. Kemudian mengetahui sektor potensial daerah untuk dikembangkan dan interaksi daya tarik potensi ekonomi antar kabupaten dengan kota.

Digunakan alat analisis seperti Location Quetient (LQ), Shift Share,

Tipologi Klassen, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay dan Model

Gravitasi dalam penelitian ini dengan tujuan mengetahui potensi dari pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di kawasan Mebidangro Sumatera Utara.


(50)

Gambar 2.1. Kerangka konseptual penelitian

Model Gravitasi: • Interaksi Kuat • Interaksi Lemah

Sektor Prioritas untuk dikembangkan Pengembangan Interaksi

Ekonomi Antar Daerah di Kawasan Mebidangro

Sektor Unggulan kabupaten/kota di Kawasan

Mebidangro

Daerah Interaksi Terkuat Sebagai Prioritas Daerah Kerjasama

Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten/Kota di

Kawasan Mebidangro Sumatera Utara PDRB kabupaten/kota

Kawasan Mebidangro Perpres N. 62 Tahun

2011

Pengembangan Interaksi Ekonomi Antar Daerah di

Kawasan Mebidangro

PDRB kabupaten/kota Kawasan Mebidangro Perpres N. 62 Tahun

2011

Sektor Unggulan kabupaten/kota di Kawasan

Mebidangro Pengembangan Interaksi

Ekonomi Antar Daerah di Kawasan Mebidangro

PDRB kabupaten/kota Kawasan Mebidangro Perpres N. 62 Tahun

2011

Pengembangan Interaksi Ekonomi Antar Daerah di

Kawasan Mebidangro

PDRB kabupaten/kota Kawasan Mebidangro Perpres N. 62 Tahun

2011

Pengembangan Interaksi Ekonomi Antar Daerah di

Kawasan Mebidangro

PDRB kabupaten/kota Kawasan Mebidangro Perpres N. 62 Tahun

2011

Sektor Unggulan kabupaten/kota di Kawasan

Mebidangro Pengembangan Interaksi

Ekonomi Antar Daerah di Kawasan Mebidangro

PDRB kabupaten/kota Kawasan Mebidangro Perpres N. 62 Tahun

2011

Sektor Unggulan kabupaten/kota di Kawasan

Mebidangro Pengembangan Interaksi

Ekonomi Antar Daerah di Kawasan Mebidangro

PDRB kabupaten/kota Kawasan Mebidangro

Perpres N. 62 Tahun 2011

Model Gravitasi: • Interaksi Kuat • Interaksi Lemah

Sektor Unggulan kabupaten/kota di Kawasan

Mebidangro Pengembangan Interaksi

Ekonomi Antar Daerah di Kawasan Mebidangro

PDRB kabupaten/kota Kawasan Mebidangro

Perpres N. 62 Tahun 2011

Model Gravitasi: • Interaksi Kuat • Interaksi Lemah

Sektor Unggulan kabupaten/kota di Kawasan

Mebidangro Pengembangan Interaksi

Ekonomi Antar Daerah di Kawasan Mebidangro

PDRB kabupaten/kota Kawasan Mebidangro Perpres N. 62 Tahun

2011

Tipologi Klassen,LQ, MRP, dan Overlay:

• Sektor Unggulan

• Sektor nonunggulan

Shift Share:

• Sektor keunggulan

kompetitif dan spesialisasi

• Sektor keunggulan

kompetitif

• Sektor spesialisasi • Sektor ketidakunggulan

kompetitif dan non spesialisasi

Model Gravitasi: • Interaksi Kuat • Interaksi Lemah

Sektor Unggulan kabupaten/kota di Kawasan

Mebidangro Pengembangan Interaksi

Ekonomi Antar Daerah di Kawasan Mebidangro

PDRB kabupaten/kota Kawasan Mebidangro

Perpres N. 62 Tahun 2011


(51)

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menggunakan data runtun waktu (time series). Penelitian dilaksanakan di kabupaten/kota yang termasuk kawasan Mebidangro Sumatera Utara yang meliputi Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo. Penelitian ini mengenai sektor unggulankabupaten/kota yang termasuk kawasan Mebidangro Sumatera Utara yang diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)tahun 2008-2012.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, antara lain:

1. PDRB kabupaten/kota dikawasan Mebidangro periode tahun 2008-2012. Data ini digunakan untuk analisis klasifikasi pertumbuhan sektor, analisis perubahan dan pergeseran sektor ekonomi dan analisis sektor basis dan sektor unggulan. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.

2. Selain data-data laporan tertulis, juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.

3.3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yang digunakan untuk mempermudah analisis tabel-tabel dan grafik


(1)

Lampiran 2. PDRB atas dasar harga konstan Kota Medan tahun 2008-2012

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 735,253.74 765,950.80 771,325.61 792,910.68 849,527.53

2. Pertambangan dan Penggalian 567.16 569.77 553.49 550.17 545.66

3. Industri Pengolahan 4,514,289.28 4,591,595.91 4,792,159.14 4,960,371.71 5,144,015.70 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 442,537.31 464,916.70 497,661.59 519,214.12 532,917.47 5. Konstruksi 3,463,836.71 3,748,682.48 4,005,474.15 4,308,776.99 4,612,723.84 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,134,822.15 8,824,157.84 9,584,505.26 10,449,370.65 11,238,275.00 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,287,379.45 6,866,783.50 7,346,132.59 7,914,575.12 8,619,360.56 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,586,682.59 4,720,839.82 5,133,721.48 5,599,345.89 6,084,627.58 9. Jasa-jasa 3,208,583.61 3,446,554.21 3,690,691.41 4,031,118.91 4,437,326.86

JUMLAH 31,373,951.99 33,430,051.02 35,822,224.73 38,576,234.25 41,519,320.19

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara


(2)

Lampiran 3. PDRB atas dasar harga berlaku Kota Binjai tahun 2008-2012

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 204,776.00 228,734.36 256,101.99 286,782.67 321,196.69

2. Pertambangan dan Penggalian 309,355.49 341,438.19 382,341.16 431,907.15 488,323.42 3. Industri Pengolahan 861,681.97 936,851.89 1,078,577.74 1,241,102.02 1,425,773.20 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 74,553.38 84,924.82 96,859.02 110,563.76 127,773.23

5. Konstruksi 305,870.66 352,149.54 408,566.84 476,118.33 555,403.26

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 681,712.60 753,555.71 835,143.09 932,754.39 1,051,220.51 7. Pengangkutan dan Komunikasi 191,030.49 217,059.54 249,043.91 287,244.10 333,797.30 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 683,879.79 807,548.20 956,873.18 1,140,999.40 1,364,238.07

9. Jasa-jasa 506,788.24 586,681.50 681,856.50 793,959.62 925,664.36

JUMLAH 3,819,648.61 4,308,943.74 4,945,363.42 5,701,431.44 6,593,390.04

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara


(3)

Lampiran 4. PDRB atas dasar harga konstan Kota Binjai tahun 2008-2012

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 132,705.47 137,322.33 142,523.85 149,297.64 156,671.69

2. Pertambangan dan Penggalian 125,486.99 127,809.29 130,358.06 133,465.89 136,741.41 3. Industri Pengolahan 393,581.96 410,887.49 430,462.32 451,076.90 472,851.41 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 25,409.71 27,416.45 29,599.44 31,943.52 34,512.10

5. Konstruksi 153,474.43 168,656.49 185,414.50 204,393.36 226,657.26

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 306,651.57 317,531.50 329,570.89 342,539.95 364,410.41 7. Pengangkutan dan Komunikasi 78,140.73 86,756.43 96,368.70 106,400.01 118,078.62 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 293,873.08 309,850.31 325,962.55 343,018.69 362,371.73

9. Jasa-jasa 290,160.91 318,952.56 350,635.45 385,684.23 411,756.30

JUMLAH 1,799,484.85 1,905,182.86 2,020,895.76 2,147,820.19 2,284,050.92

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara


(4)

Lampiran 5. PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Deli Serdang tahun 2008-2012

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 3,258,451.25 3,621,214.95 4,499,460.14 5,284,409.68 5,964,696.76 2. Pertambangan dan Penggalian 278,601.13 309,086.31 371,673.96 427,351.76 484,905.94 3. Industri Pengolahan 14,802,106.45 17,002,509.87 19,667,609.01 22,158,781.84 24,575,209.02 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 65,497.01 70,524.08 79,539.11 91,437.73 103,456.59 5. Konstruksi 638,981.88 740,200.08 884,177.07 1,061,233.09 1,255,724.01 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,524,484.61 7,227,211.03 8,370,296.30 9,334,037.34 10,677,590.47 7. Pengangkutan dan Komunikasi 481,110.61 538,839.31 603,279.65 681,999.98 768,861.95 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 701,402.54 820,424.71 949,849.23 1,093,662.07 1,255,630.68 9. Jasa-jasa 3,366,195.70 3,842,470.00 4,378,396.79 4,992,919.36 5,581,449.38

JUMLAH 30,116,831.18 34,172,480.34 39,804,281.26 45,125,832.84 50,667,524.80

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara


(5)

Lampiran 6. PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Deli Serdang tahun 2008-2012

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 2,164,635.76 2,273,241.09 2,386,454.77 2,499,577.76 2,621,777.86 2. Pertambangan dan Penggalian 175,123.33 179,964.40 192,728.66 205,760.00 219,366.91 3. Industri Pengolahan 5,182,724.89 5,412,756.39 5,682,180.94 5,932,294.22 6,196,542.60 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 28,013.49 29,417.54 31,724.72 34,529.63 37,544.36

5. Konstruksi 341,489.35 368,007.78 408,625.42 455,640.86 500,550.18

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,732,840.84 2,879,751.88 3,037,766.53 3,226,102.17 3,431,954.11 7. Pengangkutan dan Komunikasi 266,904.63 282,227.20 302,370.10 326,488.58 350,985.69 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 393,474.96 434,814.12 484,331.16 540,820.02 595,517.96 9. Jasa-jasa 1,708,922.31 1,837,879.13 1,990,546.24 2,167,796.90 2,367,793.77

JUMLAH 12,994,129.55 13,698,059.53 14,516,728.53 15,389,010.15 16,322,033.44

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara


(6)

Lampiran 7. PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Karo tahun 2008-2012

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 3,023,484.63 3,413,849.08 4,078,032.73 4,652,444.65 5,190,654.56 2. Pertambangan dan Penggalian 17,555.38 20,331.35 23,897.93 28,079.89 30,024.16 3. Industri Pengolahan 40,625.98 42,160.61 48,907.29 54,676.81 61,688.26 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 19,147.91 20,361.57 21,721.56 23,138.96 24,388.29

5. Konstruksi 189,662.20 212,313.07 238,915.90 268,637.35 303,173.53

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 605,945.13 675,896.94 772,621.23 879,535.13 977,881.02 7. Pengangkutan dan Komunikasi 414,756.79 436,411.11 503,918.30 537,536.64 612,091.52 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 88,833.46 98,206.23 108,263.51 116,133.05 128,370.14

9. Jasa-jasa 658,667.69 727,014.43 879,737.93 1,074,210.71 1,184,434.88

JUMLAH 5,058,679.17 5,646,544.39 6,676,016.38 7,634,393.22 8,512,706.36

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara