Analisis Komoditas Unggulan Sub Sektor Hortikultura Di Provinsi Sumatera Utara

(1)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR

HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh :

MARETSUM SIMANULLANG

127003004/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR

HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MARETSUM SIMANULLANG

127003004/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul Tesis : ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Maretsum Simanullang

Nomor Pokok : 127003004

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

(PWD)

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP

Angota Ir. Supriadi, MS

Ketua Program Studi Direktur

Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 10 Juni 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP

Anggota : 2. Ir. Supriadi, MS 3. Dr. Rujiman, SE, MA 4. Dr. H.B Tarmiji, SU 5. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si


(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

“ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR

HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku.

Medan, 10 Juni 2014 Penulis,


(6)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR

HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang efisien untuk meraih keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Kajian penelitian ini meliputi komoditas unggulan sub

sektor hortikultura di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura basis dan non basis di provinsi

Sumatera Utara, 2). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di provinsi Sumatera Utara dan 3). Menganalisis komoditas unggulan sub sektor hortikultura yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di provinsi Sumatera Utara. Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari data produksi Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota tahun 2007-2012. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.

Hasil analisis Location Quotient komoditas sayuran basis adalah cabe besar, kembang kol, buncis, kol/kubis, petsai/sawi, kentang, tomat dan terung ; sementara komoditas buah-buahan basis adalah jeruk siam, salak dan durian. Hasil analisis Shift Share komoditas sayuran berdaya saing adalah bawang merah, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung dan buncis sedangkan komoditas buah-buahan yang berdaya saing adalah duku/langsat, pisang dan salak. Prioritas pengembangan pertama komoditas sayuran adalah cabe besar, tomat, terung dan buncis. Prioritas kedua komoditas sayuran adalah kentang dan kol/kubis. Prioritas ketiga untuk dikembangkan adalah kembang kol dan petsai/ sawi. Komoditas buah-buahan prioritas pertama untuk dikembangkan adalah buah salak, prioritas kedua adalah durian serta prioritas ketiga adalah komoditas jeruk siam.

Kata Kunci : Sub sektor Hortikultura, Komoditas Unggulan, Location Quotient, Shift Share, Prioritas Pengembangan.


(7)

THE ANALYSIS OF THE SUPERIOR COMMODITY OF

HORTICULTURE SUB-SECTOR IN THE PROVINCE OF

SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Determining superior commodity is an early step leading to the efficient agricultural development to achieve comparative and competitive superiority. The purpose of this study including the superior commodity of horticulture sub-sector in the Province of Sumatera Utara was 1) to analyze the basic and non-basic commodity of horticulture sub-sector, 2) to analyze the commodity of horticulture sub-sector with rapid growth and good competitiveness, and 3) to analyze the superior commodity of horticulture sub-sector which can be prioritized to be developed in the Province of Sumatera Utara. The data obtained were analyzed through Location Quotient (LQ) Analysis and Shift Share Analysis.

The result of LQ analysis showed that the basis commodity of vegetables was capsicum (big chili), cauliflower, string bean, cabbage, bok choy, tomato, and eggplant, while the basis commodity of fruits was tangerine, snake fruit (salak), and durian. The result of Shift Share analysis showed that the commodity of vegetables with rapid growth and competitiveness was shallot, capsicum/big chili (cabe besar), small chili (cabe rawit), tomato, eggplant and string bean, while the commodity of fruits with rapid growth and competitiveness was lansium (duku/langsat), banana and snake fruit (salak). The commodity of vegetables which is the first priority to be developed is capsicum, tomato, eggplant and string bean; the second priority was potato and cabbage; and the third priority was cauliflower and bok choy. The commodity of fruits which is the first priority to be developed is snake fruit, ; the second priority is durian; and the third priority is tangerine.

Keywords: Horticulture Sub-Sector, Superior Commodity, Location Quotient, Shift Share, Development Priority


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, kesehatan dan kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Komoditas Unggulan Sub Sektor Hortikultura di Provinsi Sumatera Utara” sebagai prasyarat untuk menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A (K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, MSc sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam,SE sebagai Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP dan Ir. Supriadi, MS yang bersedia menjadi komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan yang bermanfaat sehingga penelitian tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Bapak Dr. Rujiman, MA, Bapak Dr. H.B Tarmizi, SU, dan Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si yang telah bersedia menjadi penguji dan memberikan banyak masukan serta saran untuk kesempurnaan tesis ini.


(9)

6. Segenap Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

7. Bapak Ir. Heri Suliyanto, MBA, Kepala Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertiikasi Profesi Pertanian Kementerian Pertanian atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).

8. Ibu Ir. Sri Kuntarsih, MM, Direktur Pemasaran Domestik Ditjen

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelesaikan studi di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Ayahanda Walman Simanullang dan Ibunda (Almh) Ria Br.Purba yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dan senantiasa mendoakan penulis.

10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih untuk istriku tercinta

Christince Evelina Hutagalung, SP dan anak-anakku terkasih Martin Ethan Simanullang, Nathania Cordelia Simanullang dan Reynard Theo

Efran Simanullang atas segala doa, dukungan dan pengorbanannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).


(10)

11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Angkatan 2012 atas kebersamaan, bantuan dan kerjasamanya selama mengikuti perkuliahan selama ini.

12. Dan pihak lain yang tidak dapat Penulis sebutkan namanya yang telah memberi semangat dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) dan penyelesaian tesis ini.

Sebagai penutup, Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu Penulis mengharapkan Saran dan Kritiknya untuk penyempurnaan tesis ini.

Medan, 10 Juni 2014 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Maretsum Simanullang dilahirkan pada tanggal 01 Maret 1972 di Doloksanggul, Kelurahan Pasar Doloksanggul, Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara dari orangtua Bapak Walman Simanullang dan Ibu Ria br. Purba.

Pendidikan Penulis diawali dari SD Negeri 173395 Doloksanggul tamat tahun 1984, SMP Negeri 1 Doloksanggul tamat 1987, SMA Negeri Doloksanggul tamat 1990 dan melanjutkan pendidikan S1 pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan tamat tahun 1996 serta tahun 2012 mengikuti pendidikan S2 pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD).

Setelah menyelesaikan pendidikan S1 Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan, Penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian pada tahun 2001. Pada saat ini menulis adalah staf pada subdit Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga, Direktorat Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Pengembangan Komoditas Hortikultura ... 18

2.3 Kebijakan Tata Niaga Komoditas Hortikutura ... 21

2.4. Komoditas Unggulan ... 23

2.5. Teori Ekonomi Basis ... 25

2.6. Analisis Location Quotient (LQ) ... 27

2.7. Analisis Shift Share ... 28

2.8. Kerangka Pemikiran ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Lokasi Penelitian ... 33

3.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 33

3.4. Model Analisis Data ... 34

3.4.1. Analisis Location Quotient (LQ) ... 34

3.4.2. Analisis Shift Share ... 37

3.4.3. Analisis Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan ... 39 3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 40


(13)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Hasil Penelitian ... 43

4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 43

4.1.1.1. Kondisi Geografi dan Topografi ... 46

4.1.1.2. Wilayah Administrasi ... 46

4.1.1.3. Keadaan iklim dan Cuaca ... 48

4.1.1.4. Penggunaan Lahan ... 49

4.1.1.5. Jumlah Kepadatan dan Sebaran Penduduk ... 51

4.1.1.6. Potensi Hortikultura Provinsi Sumatera Utara 53 4.2. Pembahasan ... 56

4.2.1. Komoditas Hortikultura Unggulan Provinsi Sumatera Utara... 56 4. 2.1.1. Analisis Location Quotient (LQ) ... 56

4.2.1.1.1. Analisis LQ Komoditas Sayuran .. 57

4.2.1.1.2. Analisis LQ Komoditas Buah- Buahan ... 58 4.2.1.2. Analisis Shift Share ... 59

4.2.1.2.1. Analisis Shift Share Komoditas Sayuran ... 59 4.2.1.2.2. Analisis Shift Share Komoditas Buah-Buahan ... 64 4.2.2. Komoditas Hortikultura Unggulan Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 69 4.2.2.1. Analisis Location Quotient (LQ) ... 69

4.2.2.1.1. Analisis LQ Komoditas Sayuran ... 70

4.2.2.1.2. Analisis LQ Komoditas Buah-Buahan ... 74 4.2.2.2. Analisis Shift Share ... 78

4.2.2.2.1. Analisis Shift Share Komoditas Sayuran ... 78 4.2.2.2.2. Analisis Shif Share Komoditas Buah-Buahan ... 86 4.2.3 . Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura ... 92 4.2.3.1. Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Sayuran ... 92 4.2.3.2. Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Buah-Buahan ... 96 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1. Kesimpulan ... 101

5.2. Saran ... 103


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 ...…………..…..

5

1.2 Kontribusi PDRB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012………..

6

1.3 Perkembangan Volume dan Nilai Impor Sayuran dan Buah-Buahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012…….…..

7

4.1 Luas Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara .…...………. 46 4.2. Penggunaan Lahan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 ... 49 4.3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara ...………….……….………

52

4.4. Produksi Sayuran di Provinsi Sumatera Utara Periode Tahun 2007-2012 ……….

54

4.5. Produksi Buah-Buahan di Provinsi Sumatera Utara Periode Tahun 2007-2012 ………..………

55

4.6. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Tanaman Sayuran di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 …..…...

57

4.7. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Tanaman Buah-buahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ………...

59

4.8. Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Komoditas Sayuran di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ………..………..


(15)

4.9. Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Komoditas Buah-buahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ………..………….

66

4.10. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Komoditas Sayuran Basis Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ………...

72

4.11. Rataan Hasil Perhitungan Nilai LQ Komoditas Komoditas Buah-buahan Basis Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012 ……….………..

76

4.12. Hasil Perhitungan Shift Share Komoditas Sayuran Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012

79

4.13. Hasil Perhitungan Shift Share Komoditas Buah-buahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2012

86

4.14. Analisis Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Sayuran Provinsi Sumatera Utara ………..………..

93

4.15. Analisis Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan Buah-buahan Provinsi Sumatera Utara ………....


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2006 – 2011 …………...

3

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ………..………. 32

4.1. Topografi dan Morfologi Provinsi Sumatrera Utara ... 45

4.2. Peta Administrasi Provinsi Sumatera Utara ..………... 47

4.3. Peta Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Utara ..………. 50 4.4. Peta Basis Komoditas Sayuran Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara ……….……..

73

4.5. Peta Basis Komoditas Buah-Buahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..……….

77

4.6. Peta Shift Share Komoditas Sayuran Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..………

85

4.7. Peta Shift Share Komoditas Buah-buahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara .………..

91

4.8. Perkembangan Harga Rata-Rata di Tingkat Produsen Komoditas Unggulan Sayuran di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012

95

4.9. Perkembangan Harga Rata-Rata di Tingkat Produsen Komoditas Unggulan Buah-Buahan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012 …………...………..


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Sayuran Provinsi Sumatera Utara ……….………..

109

2. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Buah-Buahan Provinsi Sumatera Utara ………..

110

3. Hasil Perhitungan Shift Share Sayuran Provinsi Sumatrera Utara ...

111

4. Hasil Perhitungan Shift Share Buah-Buahan Provinsi Sumatrera Utara ...

113

5. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Sayuran per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..……….

115

6. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Buah-Buahan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..……….

116

7. Hasil Perhitungan Shift Share Sayuran per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..………...…….

117

8. Hasil Perhitungan Shift Share Buah-Buahan per

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ..…………...…….


(18)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN SUB SEKTOR

HORTIKULTURA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang efisien untuk meraih keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Kajian penelitian ini meliputi komoditas unggulan sub

sektor hortikultura di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura basis dan non basis di provinsi

Sumatera Utara, 2). Menganalisis komoditas sub sektor hortikultura yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di provinsi Sumatera Utara dan 3). Menganalisis komoditas unggulan sub sektor hortikultura yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di provinsi Sumatera Utara. Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari data produksi Nasional, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota tahun 2007-2012. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.

Hasil analisis Location Quotient komoditas sayuran basis adalah cabe besar, kembang kol, buncis, kol/kubis, petsai/sawi, kentang, tomat dan terung ; sementara komoditas buah-buahan basis adalah jeruk siam, salak dan durian. Hasil analisis Shift Share komoditas sayuran berdaya saing adalah bawang merah, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung dan buncis sedangkan komoditas buah-buahan yang berdaya saing adalah duku/langsat, pisang dan salak. Prioritas pengembangan pertama komoditas sayuran adalah cabe besar, tomat, terung dan buncis. Prioritas kedua komoditas sayuran adalah kentang dan kol/kubis. Prioritas ketiga untuk dikembangkan adalah kembang kol dan petsai/ sawi. Komoditas buah-buahan prioritas pertama untuk dikembangkan adalah buah salak, prioritas kedua adalah durian serta prioritas ketiga adalah komoditas jeruk siam.

Kata Kunci : Sub sektor Hortikultura, Komoditas Unggulan, Location Quotient, Shift Share, Prioritas Pengembangan.


(19)

THE ANALYSIS OF THE SUPERIOR COMMODITY OF

HORTICULTURE SUB-SECTOR IN THE PROVINCE OF

SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Determining superior commodity is an early step leading to the efficient agricultural development to achieve comparative and competitive superiority. The purpose of this study including the superior commodity of horticulture sub-sector in the Province of Sumatera Utara was 1) to analyze the basic and non-basic commodity of horticulture sub-sector, 2) to analyze the commodity of horticulture sub-sector with rapid growth and good competitiveness, and 3) to analyze the superior commodity of horticulture sub-sector which can be prioritized to be developed in the Province of Sumatera Utara. The data obtained were analyzed through Location Quotient (LQ) Analysis and Shift Share Analysis.

The result of LQ analysis showed that the basis commodity of vegetables was capsicum (big chili), cauliflower, string bean, cabbage, bok choy, tomato, and eggplant, while the basis commodity of fruits was tangerine, snake fruit (salak), and durian. The result of Shift Share analysis showed that the commodity of vegetables with rapid growth and competitiveness was shallot, capsicum/big chili (cabe besar), small chili (cabe rawit), tomato, eggplant and string bean, while the commodity of fruits with rapid growth and competitiveness was lansium (duku/langsat), banana and snake fruit (salak). The commodity of vegetables which is the first priority to be developed is capsicum, tomato, eggplant and string bean; the second priority was potato and cabbage; and the third priority was cauliflower and bok choy. The commodity of fruits which is the first priority to be developed is snake fruit, ; the second priority is durian; and the third priority is tangerine.

Keywords: Horticulture Sub-Sector, Superior Commodity, Location Quotient, Shift Share, Development Priority


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa melalui ekspor, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan perbaikan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan. Sub sektor hortikultura merupakan komoditas yang cukup potensial dikembangkan secara agribisnis, karena punya nilai ekonomis dan nilai tambah cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya. Selain fungsi ekonomi tersebut tanaman hortikultura mempunyai nilai kalori cukup tinggi, merupakan sumber vitamin, mineral, serat alami dan anti-oksidan, sehingga selalu diperlukan oleh tubuh sebagai sumber pangan maupun nutrisi serta berpengaruh terhadap pendapatan dan kesejateraan petani. Melihat manfaat dan fungsinya dapat dikatakan hortikultura dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia.

Komoditas hortikultura yang mencakup tanaman buah-buahan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hias (florikultura), tanaman bahan obat (biofarmaka), termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air, yang mempunyai fungsi sayuran, bahan obat nabati, dan estetika dikenal sebagai tanaman hortikultura. Tanaman buah adalah suatu kelompok jenis tanaman hortikultura selain tanaman


(21)

sayuran, tanaman bahan obat dan tanaman perkebunan yang keseluruhan atau bagian dari buahnya dapat dikonsumsi dalam keadaan segar maupun setelah diolah. Tanaman florikultura adalah suatu kelompok jenis tanaman hortikultura yang bagian atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakaan keindahan, keasrian, dan kenyamanan di dalam ruang tertutup dan/atau terbuka. Tanaman hortikultura merupakan sumber pangan bergizi, estetika dan obat-obatan yang sangat diperlukan untuk membangun manusia yang sehat jasmani dan rohani. Keragaman fungsi dari tanaman dan produk hortikultura tersebut merupakan potensi ekonomi yang sangat besar untuk menggerakkan roda perekonomian yang dapat menciptakan pendapatan, peluang usaha, kesempatan kerja, serta keterkaitan hulu-hilir dan dengan sektor lain (UU Hortikultura, 2010).

Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada pola pangan harapan. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan memegang bagian terpenting dari keseimbangan pangan, sehingga harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik, aman konsumsi, harga yang terjangkau, serta dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Jumlah penduduk Indonesia yang besar sebagai konsumen produk hortikultura yang dihasilkan petani, merupakan pasar yang sangat potensial, dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan semakin meningkat dalam jumlah dan persyaratan mutu yang diinginkan.

Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur, florikultura dan tanaman obat) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar. Selain itu komoditas hortikultura memiliki


(22)

keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun pasar luar negeri atau ekspor (Ditjen Hortikultura, 2011).

Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sub sektor hortikultura pada pembentukan PDB Nasional setiap tahunnya memberikan peningkatan yang signifikan, hal ini dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2006-2011.


(23)

Dari tabel di atas pada tahun 2006 kontribusi PDB sektor hortikultura sebesar Rp. 76.795 Milyar menjadi Rp. 96.220 milyar pada tahun 2011 atau terjadi rata-rata peningkatan PDB setiap tahunnya sekitar 7.78 %. Kontribusi penyumbang PDB terbesar adalah buah-buahan sebesar Rp. 53.437 milliar, sayuran sebesar Rp. 31.969 milliar, tanaman hias/florikultura sebesar Rp. 7.302 milliar dan biofarmaka/obat-obatan sebesar Rp. 3.512 milliar. Perkembangan nilai PDB sub sektor hortikultura dapat dilihat pada gambar berikut.

Komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan komoditas hortikultura yang telah mampu berkontribusi bagi pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, seperti pemenuhan gizi masyarakat sebagai pelengkap makanan empat sehat lima sempurna, komoditas ini juga sangat potensial dan prospektif untuk diusahakan karena metode pembudidayaan cenderung mudah dan sederhana. Kegiatan usahatani buah-buahan dan sayur-sayuran juga berperan besar dalam peningkatan pendapatan masyarakat, hal ini dikarenakan komoditas tersebut memiliki nilai komersial yang cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas yang lainnya.

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra pertanian dan merupakan salah satu penghasil tanaman hortikultura terbesar di luar pulau jawa, bahkan dulu dikenal sebagai penyuplai sayuran dan buah utama ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Pengembangan tanaman hortikultura di provinsi Sumatera Utara salah satunya dilakukan melalui pengembangan komoditas unggulan dengan pendekatan pada kawasan andalan.

Sektor pertanian merupakan sektor pengerak utama dalam perekonomian provinsi Sumatera Utara merupakan sektor terpenting yang dapat ditingkatkan


(24)

guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Kenyataan ini bisa diihat dari besarnya kontribusi yang diberikan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB provinsi Sumatera Utara tahun 2012 yang mencapai 22,89 %. Nilai Produk Domestik Regional Bruto provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2012 atas dasar harga konstan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1. Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 (Persen)

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS Provinsi Sumatera Utara

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian provinsi Sumatera Utara masih tinggi namun ada kecenderungan mengalami penurunan setiap tahunnya. Besarnya peranan sektor pertanian terhadap kontribusi PDRB provinsi Sumatera Utara dipengaruhi mata pencaharian sebahagian besar penduduk di provinsi Sumatera Utara adalah sebagai petani. Oleh sebab itu peningkatan sektor pertanian akan dapat meningkatkan pendapatan sebahagian besar penduduk provinsi Sumatera Utara. Sementara kontribusi asing-masing sub sektor pertanian terhadap sektor pertanian di provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1.2.

2007

2008

2009

2010

2011

2012

1. 23.91 23.83 23.78 23.62 23.22 22.89

2. 1.23 1.23 1.19 1.18 1.18 1.13

3. 23.66 22.89 22.39 21.91 20.97 20.46

4. 0.74 0.73 0.73 0.73 0.75 0.73

5. 6.57 6.68 6.77 6.79 6.92 6.95

6. 18.42 18.38 18.44 18.46 18.72 18.89

7. 9.10 9.31 9.53 9.80 10.11 10.31

8. 6.73 7.04 7.12 7.41 7.89 8.26

9. 9.63 9.91 10.05 10.09 10.25 10.37

100 100 100 100 100 100

Pertanian

No

Lapangan Usaha

Tahun

Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa

Produk Domestik Regional Bruto Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Konstruksi

Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi


(25)

Tabel 1.2. Kontribusi PDRB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2012 (Persen)

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS Provinsi Sumatera Utara

Dari tabel diatas dapat dilihat kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan adalah adalah kedua setelah sub sektor perkebunan hal ini menandakan bahwa jumlah produksi yang dihasilkan dari sub sektor perkebunan lebih tinggi dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Walaupun sub sektor tanaman bahan makanan kontribusinya tidak sebesar sub sektor perkebunan namun sangat berpengaruh terhadap perekonomian Sumatera Utara yaitu merupakan salah satu komponen penyumbang inflasi, dengan demikian ketersediaannya serta harga senantiasa harus terkendali.

Untuk memenuhi kebutuhan komsumsi buah dan sayur-sayuran dalam negeri salah satu instrumentnya adalah dengan melakukan import, hal ini dilakukan karena keterbatasan produksi dalam negeri. Tingginya importasi produk hortikultura (sayuran dan buah-buahan) merupakan salah satu konsekuensi dari peningkatan jumlah penduduk yang besar sehingga menjadi pangsa pasar bagi negara lain untuk memasukkan produknya.

Maraknya impor komoditas hortikultura didalam negeri perlu disikapi dengan bijaksana karena hal ini terkait dengan ketersediaan produksi dan

2007

2008

2009

2010

2011

2012

1.

7.93

7.91

7.85

7.75

7.42

7.14

2.

9.58

9.64

9.69

9.67

9.74

9.81

3.

2.51

2.46

2.45

2.40

2.38

2.32

4.

1.37

1.33

1.31

1.21

1.15

1.12

5.

2.51

2.48

2.48

2.58

2.53

2.50

No

Sektor Pertanian

Tahun

Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Perkebunan

Peternakan dan Hasil-hasilnya

Kehutanan


(26)

kebutuhannya di dalam negeri, sehingga berdampak negatif terhadap peningkatan produksi dalam negeri dan kesejahteraan petani sebagai pelaku produsen dan kebutuhan konsumen yang harus dipenuhi. Impor hanya perlu dilakukan apabila benar-benar didalam negeri mengalami kekurangan sehingga dapat menjaga keseimbangan kebutuhan konsumen di dalam negeri dan melindungi petani.

Tabel : 1.3. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Sayuran dan Buah-Buahan di provinsi Sumatera Utara tahun 2007-2012

Sumber : Dinas Pertanian dan BPS provinsi Sumatera Utara (diolah)

Dari tabel diatas dapat dilihat perkembangan ekspor dan impor sayuran dan buah-buahan di provinsi Sumatera Utara. Impor produk pertanian khususnya produk hortikultura setiap di Sumatera Utara sebelum ditetapkannya sebagai pintu masuk untuk produk hortikultura ada kecenderungan mengalami peningkatan. Volume impor terbesar sayuran terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 41.644.828 Kg dengan nilai US $ 29.257.853 sementara untuk buah-buahan volume impor terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar 38.682.878 Kg dengan Nilai US $ 36.878.650.

Membanjirnya importasi produk hortikutura sudah sangat mengkhawatirkan bagi produk hortikultura dalam negeri sehingga mengakibatkan anjloknya harga

Volume (Kg)

Nilai (US $)

Volume (Kg)

Nilai (US $)

1. 2007 57,166,181 23,707,985 25,990,435 21,082,959 3. 2008 43,332,526 17,421,406 26,118,352 22,570,029 3. 2009 19,056,348 7,309,358 16,533,878 5,601,614 4. 2010 14,643,003 7,839,163 20,851,457 19,290,691 5. 2011 24,834,185 18,307,029 38,682,878 36,878,650 6. 2012 41,644,828 29,257,853 29,229,863 29,168,007

No

Tahun

Impor


(27)

buah dan sayuran lokal akibat tidak mampu bersaing dengan produk impor. Salah satu instrument yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan importasi produk hortikultura ke dalam negeri adalah dengan melakukan pembatasan pelabuhan pintu masuk untuk produk hortikultura dari delapan pelabuhan menjadi empat pintu masuk yang berlaku sejak 19 Juli 2012. Adapun Empat pintu masuk yang dibuka untuk impor produk hortikultura yakni :

a. Pelabuhan Laut Belawan, Medan

b. Pelabuhan Laut Tanjung Perak, Surabaya c. Pelabuhan Laut Soekarno-Hatta, Makassar d. Bandara Udara Soekarno-Hatta, Tangerang

Penetapan pelabuhan pintu masuk importasi produk hortikultura ini disamping mempertimbangkan kebutuhan konsumen sudah selayaknya juga mempertimbangkan dampaknya bagi petani di daerah-daerah sentra produksi seperti provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara.

Sehubungan dengan penetapan pintu masuk importasi produk hortikultura tersebut perlu dilakukan identifikasi dan analisis terhadap komoditas hortikultura yang menjadi basis atau unggulan di provinsi Sumatera Utara. Hal ini berguna untuk dapat meminimalisir dampak masuknya produk impor hortikultura terhadap produksi hortikultura dan pendapatan petani di provinsi Sumatera Utara.

1.2. Perumusan Masalah

Pembangunan suatu daerah dapat terlaksana apabila daerah tersebut mampu untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki seperti sumber daya alam serta sumber daya manusianya. Sumber daya alam dapat dikatakan sebagai modal


(28)

utama dalam pembangunan daerah, sehingga perlu kejelian dalam memanfaatkan serta mengoptimalkan setiap potensi sumber daya alam tersebut agar dapat memberikan manfaat yang optimal dalam pembangunan daerah.

Salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh provinsi Sumatera Utara adalah potensi di sektor pertanian, dimana sektor pertanian masih merupakan sektor yang kontribusinya terbesar dalam PDRB. Sektor pertanian di provinsi Sumatera Utara terdiri atas 5 sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Kelima sub sektor tersebut menghasilkan beragam komoditas pertanian yang tersebar di 33 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

Komoditas sub sektor tanaman bahan makanan terdiri dari tanaman pangan dan hortikultura, dimana komoditas tersebut merupakan komoditas penyumbang inflasi sehingga ketersediaan dan harganya senantiasa harus terkendali. Sub sektor hortikultura yang terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, florikultura dan biofarmaka dihasilkan di masing-masing kabupaten/kota yang ada di provinsi Sumatera Utara.

Dalam rangka meningkatkan produksi sub hortikultura di provinsi Sumatera Utara, maka diperlukan strategi yang diimplementasikan dalam bentuk kebijakan pengembangan komoditas unggulan atau basis. Penentuan komoditas unggulan adalah salah satu langkah awal dalam menuju pembangunan pertanian yang berpijak kepada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif.


(29)

Penetapan pintu masuk importasi produk hortikultura di provinsi Sumatera Utara perlu diantisipasi juga dengan menentukan komoditas hortikultura (sayuran dan buah-buahan) yang merupakan basis dan unggulan di provinsi Sumatera Utara. Hal ini bertujuan agar produksi hortikultura lokal tidak akan semakin terdesak oleh masuknya produk hortikultura impor khususnya sayuran dan buah-buahan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Komoditas sub sektor hortikultura apakah yang menjadi komoditas basis dan non basis di provinsi Sumatera Utara?

2. Komoditas sub sektor hortikultura apakah yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di provinsi Sumatera Utara?

3. Komoditas sub sektor hortikultura manakah yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di provinsi Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas maka tujuan daripada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditas sub sektor hortikultura basis dan non basis di provinsi Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditas sub sektor hortikultura yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di provinsi Sumatera Utara


(30)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis komoditas unggulan sub sektor hortikultura yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di provinsi Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasana penelitian di bidang pertanian khususnya komoditas hortikultura

2. Bagi Dinas Pertanian provinsi dan kabupaten/kota di Sumatera Utara Sebagai bahan masukan dalam rangka menentukan prioritas dan arah pengembangan dalam pembangunan pertanian sub sektor hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan ke depan.

3. Secara praktis, dapat menjadi sumbangan pemikiran serta masukan bagi pengambil kebijakan pertanian di tingkat pusat dalam memberikan Rekomendasi Importasi Produk Hortikultura untuk wilayah provinsi Sumatera Utara.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Rahmadani (2008).”Perencanaan Strategis Pengembangan Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Tanah Datar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura sebagai sektor basis di Kabupaten Tanah Datar, Menganalisa perkembangan sub sektor tanaman pangan dan hortikultura untuk 10 tahun mendatan dan merumuskan perencanaan strategis bagi pengembangan sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Metode Analisis yang digunakan adalah Analisis Location Quoetient (LQ), Analisis Proyeksi dan Analisis SWOT.

Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan sektor basis di Kabupaten Tanah Datar. Hasil analisis proyeksi menunjukkan perkembangan sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura untuk 10 tahun ke depan asih mendominasi dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Tanah Datar. Hasil analisis SWOT dengan melakukan penilaian terhadap kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats) maka dapat didefenisikan dan dirumuskan berbagai isu dan strategi pada sub sektor tanaman pangan dan hortikutura.

Baehaqi, A. (2010). “Pengembangan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan di Kabupaten Lampung Tengah”.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komoditas basis tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah,


(32)

Mengetahui ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan di abupaten Lampung Tengah dan Menentukan prioritas dan arahan pengembangan komoditas unggulan tanaman panga di Kabupaten Lampung Tengah. Metode analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Trend Luas Lahan, Analisis Penyediaan dan Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Basis Pangan dan Analytical Hierarchy Process (AHP).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas basis tanaman pangan yang terpilih adalah padi,ubi kayu dan jagung. Laha yang tersedia untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Lampung Tengah seluas 134.754 ha. Sebagian besar lahan yang tersedia ini termasuk dalam kategori sesuai untuk komoditas padi, ubi kayu dan jagung, hanya sebagian kecil saja yang termasuk dalam kategori tidak sesuai. Untuk komoditas padi 298 ha termasuk kelas sangat sesuai,17.377 ha kelas cukup sesuai,116.426 ha kelas sesuai argina dan 658 ha termasuk kelas tidak sesuai. Untuk komoditas jagung 298 ha termasuk kelas sagat sesuai, 31.928 ha kelas cukup sesuai, 101.875 ha kelas sesuai marginal dan 658 ha tidak sesuai. Untuk komoditas ubi kayu 418 ha termasuk kelas sangat sesuai, 80.922 ha kelas cukup sesuai, 50.171 ha kelas sesuai marginal dan 324 ha tidak sesuai.

Dari dari hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) diperoleh bahwa masyarakat Kabupaten Lampung Tengah memilih komoditas padi sebagai komoditas unggulan prioritas pertama, sedangkan komoditas prioritas kedua adalah jagung dan prioritas ketiga adalah komoditas ubi kayu. Berdasarkan beerapa pertimbangan perencanaan yang digunakan pengembangan komoditas padi dialokasikan seluas 54.218 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan


(33)

Trimurjo,Punggur,Kota Gaah,Padang Ratu,Seputih Agung,Terbanggi besar,Seputih Mataram dan Way Seputih. Pengembangan Komoditas jagung dialokasikan seluas 41.271 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Gunung Sugih, Seputih Raman dan Seputih Banyak. Untuk pengembanga ubi kayu dialokasikan 38.852 ha dengan sentra pengembangan di Kecamatan Anak Tuha,Way Pagubuan, dan Rumbia.

Wulandari, N,I. (2010). “Penentuan Agribisnis Unggulan Komoditas Pertanian berdasarkan nilai produksi di Kabupaten Grobogan”. Tujuan penelitian ini adalah unrtuk menganalisis macam-macam komoditas pertanian unggulan yang ada di Kabupaten Grobogan, dan mengkaji struktur pertumbuhan komoditas pertanian di Kabupaten Grobogan. Metode analisis yang digunakan adalah

Location Quotient (LQ) dan Klassen Typolegi.

Hasil penelitian menunjukan komoditas unggulan sektor pertanian yaitu jagung, kedelai, kacang hijau, kapas, kerbau, kayu jati, kayu rimba, kayu bakar, daun kayu putih. Struktur pertumbuhan komoditas yang tergolong maju dan tumbuh cepat tidak ada. Komoditas yang tergolong maju tapi tumbuh lambat adalah jagung, kedele, kacang hijau, tembakau, kapas, daun kayu putih. Komoditas berkembang cepat adalah tebu rakyat, kapuk, kerbau, kambing/domba, itik, kayu rimba, kayu bakar, perikanan budidaya. Komoditas yang tergolong relatif tertinggal adalah padi, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kelapa, sapi, kuda, babi, ayam, kayu jati, perikanan tangkap.

Tobing, F.H.L (2011). “Perencanaan Sektor Pertanian Dalam Rangka Pengembangan Wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara”.Metode Analisis yang


(34)

digunakan dalam penelitian in adalah Analisis Location Quotient (LQ) dan analisis deskriptif.

Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa komoditas unggulan sektor tanaman pangan adalah komoditas padi sawah, pada ladang dan kacang tanah. Sedangkan komoditas unggulan komoditas sayur-sayuran adalah sawi. Komoditas unggulan buah-buahan adalah alpukat,nenas,dan durian. Komoditas unggulan sub sektor perkebunan adalah kemenyaan dan kopi. Komoditas unggulan sub sektor peternakan adalah kerbau dan babi. Komoditas unggulan sub sektor perikanan adalah kolam sawah.

Berdasarkan hasil rata-rata nilai LQ, daerah basis komoditas unggulan padi sawah adalah Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua, Simangumban dan Muara. Sentra produksi tanaman kacang tanah adalah Kecamatan Parmonangan, Adian Koting, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Siborongborong dan Pagaran. Komoditas Sawi yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan Parmonangan, Sipoholon, Pahae Julu, Siborongborong dan Pagaran. daerah basis untuk komoditas durian adalah Kecamatan Parmonangan,Adian Koting, Tarutung, Pahae Julu, Pahae Jae, Purbatua, Simangumban dan Garoga. Komoditas nenas yang menjadi sentra produksi adalah Kecamatan Pagaribuan dan Kecamatan Sipahutar. Komoditas kemenyan yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan Parmonangan, Adian Koting, Tarutung, Pahae Julu, Pangaribuan dan Sipahutar. Komoditas kopi yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan Parmonangan, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Pangaribuan, Sipahutar, Siborongborong, Pagaran dan Muara. Untuk ternak kerbau yang menjadi daerah basis adalah Kecamatan Adian Koting, Sipoholon, Tarutung, Siatas Barita, Pahae Jae,


(35)

Purbatua, Pangaribuan, Siborongborong, Pagaran dan Muara. Sedangkan perikanan sawah daerah basis adalah Kecamatan Parmonangan, Adian Koting, Pahae Julu, Pangaribuan, Garoga, Sipahutar, Siborongborong dan Pagaran.

Untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara berbagai perencanaan strategis dilakukan yakni dengan membagi wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menjadi beberapa sentra produksi berdasarkan komoditas unggulan yang disesuaikan dengan potensi daerah dan kawasan yang sesuai dengan komoditas unggulan tersebut.

Sianturi, P (2013). “Analisis Potensi Sektor Pertanian Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Dairi”. Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis potensi sektor pertanian dalam perekonomian daerah Kabupaten Dairi, untuk menganalisis sub sektor-sub sektor apakah yang menjadi basis dan non basis dalam pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Dairi, untuk menganalisis komoditas unggulan sektor pertanian apakah tiap-tiap Kecamatan dalam rangka spesialisasi keunggulan perekonomian Kabupaten Dairi dan untuk menganalisis strategi pengembangan sektor pertanian dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Dairi. Metode Analisis yang digunakan adalah Analisis

Location Quoetient (LQ) dan Analisis SWOT.

Hasil Perhitungan analisis LQ PDRB Kab Dairi selama periode pengamatan 2008-2011, maka sektor basis di Kabupaten Dairi adalah sektor pertanian dengan LQ sebesar 2,656 dan sektor Jasa-jasa sebesar 1,096. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian dan sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang memiliki kekuatan ekonomi dan berpengaruh terhadap perekonomian daerah Kabupaten Dairi. Sub sektor basis terdiri dari 4 (empat) sub sektor yaitu sub sektor tanaman


(36)

pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya dan sub sektor kehutanan. Sedangkan sub sektor perikanan termasuk non basis di Kabupaten Dairi.

Berdasarkan hasil analisis dalam rangka spesialisasi pengembangan komoditas pertanian basis tanaman pangan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Dairi, adalah padi sawah di Kecamatan Sidikalang, Berangan, Sitinjo, Parbuluan, Sumbul, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu dan Pegagan Hilir; padi lading di Kecamatan Sidikalang, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, dan Pegaggan Hilir; tanaman jagung di Kecamatan Tigalingga, Gunung Siember dan Tambak Pinen; tanaman kacang tanah di Kecamatan Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Pegagan Hilir; tanaman Ubi Kayu adalah Kecamatan Sitinjo, Sidikalang, Sumbul, Siempat Nempu Hilir, Pegagan Hilir dan tanaman ubi jalar di Kecamatan Parbuluan, Sitinjo, Sidikalang. Komoditas basis tanaman sayuran cabe adalah Kecamatan Sidikalang, Berampu, Sitinjo, Silima Pungga-Pungga, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir dan Tanah Pinem; tanaman bawang merah merupakan unggulan di Kecamatan Silalahi Sabungan; tanaman tomat adalah kecamatan Sidikalang, Sitinjo, Sumbul, Pegagan Hilir dan Tanah Pinem; tanaman kentang adalah di Kecamatan Sitinjo, Parbuuan dan Sumbul; tanaman kubis adalah di Kecamatan Sidikalang, parbuluan dan Sumbul. Komoditas basis untuk tanaman buah-buahan adalah nenas di Kecamatan Sidikalang, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu; Alpukat di Kecamatan Sidikalang, Berampu, Sitinjo, Silalahi Sabungan, Gunung


(37)

Sitember dan Tigalingga; jeruk di Kecamatan Berampu, Parbuluan dan Sumbul; Pepayadi Kecamatan Berampu, Sitinjo, Lae Parira, Siempat Nempu; Durian Kecamatan Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember dan Pisang di Kecamatan Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Sempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga dan Gunung Sitember. Komoditas Basis untuk tanaman perkebunan adalah sebagai berikut untuk tanaman gambir di Kecamatan Sidikalang, Sitinjo, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu Hulu dan Siempat Nempu Hilir; tanaman kopi robusta adalah Kecamatan Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hiir, Tigalingga, Gunung Sitember dan Pegagan Hilir; tanaman kopi arabika di Kecamatan Sidikalang, Berampu, Sitinjo, Parbuluan, Sumbul; Kemiri di Kecamatan Tanah Pinem dan Silalahi Sabungan; tanaman karet di Kecamatan Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember dan Tanah Pinem; tanaman kulit manis di Kecamatan Silalahi Sabungan, Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu dan Siempat Nempu Hilir; tanaman kakao di Kecamatan Sitinjo, Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir dan Tanah Pinem.

2.2. Pengembangan Komoditas Hortikultura

Pembangunan hortikultura bertujuan untuk mendorong berkembangnya agribisnis hortikultura yang mampu menghasilkan produk hortikultura yang berdaya saing, mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan petani


(38)

dan pelaku, memperkuat perekonomian wilayah serta mendukung pertumbuhan pendapatan nasional.

Salah satu sub sektor pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam kerangka pengembangan wilayah adalah hortikultura. Secara keseluruhan, jumlah komoditas hortikultura ada sebanyak 323 komoditas, namun yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) baru mencapai 90 komoditas. Ketersediaan sumberdaya hayati yang berupa jenis tanaman dan varietas yang banyak dan ketersediaan sumberdaya lahan, apabila dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di pedesaan.

Pengembangan komoditas hortikultura dalam perspektif paradigma baru tidak hanya terfokus pada upaya peningkatan produksi saja tetapi terkait juga dengan isu-isu strategis seperti mutu, keamanan pangan dan lingkungan dalam rangka meningkatkan daya saing dan akses pasar. Pengembangan hortikultura merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya; 1) Pelestarian lingkungan, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan, 2) Menarik investasi skala kecil menengah, 3) Pengendalian inflasi dan stabilisasi harga komoditas strategis (cabe merah dan bawang merah), 4) Pelestarian dan pengembangan identitas nasional (anggrek,jamu), 5) Peningkatan ketahanan pangan melalui penyediaan karbohidrat alternatif, dan 6) Menunjang pengembangan sektor pariwisata. Fokus dari pengembangan komoditas hortikultura adalah

pengembangan dan pengutuhan kawasan yang memiliki rantai pasokan (supply


(39)

Kebijakan pengembangan hortikultura yang mengacu kepada pengembangan komoditas unggulan adalah dengan pembangunan dan pengutuhan kawasan hortikultura yang direncanakan dan dikembangkan secara terintegrasi dengan instansi terkait, promosi dan kampanye meningkatkan konsumsi buah dan sayur dalam rangka mendukung diversifikasi pangan serta mendorong upaya pencapaian standar konsumsi perkapita yang ditetapkan oleh FAO (64,45 kg/kapita/tahun), peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional melalui konservasi, domestikasi dan komersialisasi. Penanganan pasca panen yang berbasis kelompok tani, pelaku usaha dan industri untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing serta berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk hortikultura di pasar internasional melalui pemenuhan persyaratan perdagangan dan peningkatan mutu produk dan mendorong perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional (Ditjen Hortikultura, 2011).

Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur,florikultura dan tanaman obat) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun pasar luar negeri (ekspor).


(40)

Beberapa permasalahan masih dihadapi oleh pelaku usaha hortikultura diantaranya : rendahnya produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha sempit dan belum efisien, kebijakan dan regulasi di bidang perbankan, transportasi, ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura nasional. Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang mampu bersaing dengan produk hortikultura yang berasal dari negara lain (Ditjen Hortikultura, 2011).

2.3. Kebijakan Tata Niaga Komoditas Hortikultura

Tingginya laju importasi produk hortikutura (sayuran dan buah-buahan) merupakan dampak dari pertumbuhan penduduk yang semakin besar. Disamping itu pertumbuhan ekonomi masyarakat yang meningkat juga menjadi salah satu pemicu (trigger) meningkatkan konsumsi akan produk hortikultura. Peningkatan komsumsi hortikultura juga disebabkan ada kecenderungan perubahan komsumsi konsumen (preferensi konsumen) menjadi komsumsi non pangan, hal ini seiring dengan pola hidup konsumen yang mengalami perubahan ke pola hidup sehat. Meningkatnya konsumsi masyarakat akan produksi hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan tidak diimbangi dengan ketersediaan produksi dalam negeri.

Maraknya impor komoditas pertanian khususnya hortikultura (sayuran dan buah-buahan) didalam negeri perlu disikapi dengan bijaksana terkait dengan ketersediaan produksi didalam negeri dan kebutuhannya, sehingga berdampak negatif terhadap peningkatan produksi didalam negeri dan kesejahteraan petani sebagai pelaku produsen dan kebutuhan konsumen yang harus dipenuhi. Impor


(41)

hanya perlu dilakukan apabila memang benar-benar didalam negeri mengalami kekurangan sehingga dapat menjaga keseimbangan kebutuhan konsumen didalam negeri dan melindungi petani produsen.

Untuk mengendalikan laju importasi produk pertanian khususnya hortikultura, pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrument kebijakan sebagai amanat dari UU RI No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura yang terbit pada tanggal 24 Nopember 2010. Beberapa instrument kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengendalikan inportasi produk hortikultura adalah dengan mengatur tata niaganya, kebijakan tersebut antara lain dengan menerbitkan :

a. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 47/M-DAG/PER/8/2013 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 16/M-DAG/PER/4/2013 tentang ketentuan impor produk hortikultura

b. Peraturan Menteri Pertanian No. 86/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura.

Pengendalian importasi produk hortikultura ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada petani, pelaku usaha dan konsumen hortikultura di dalam negeri.

Adapun produk hortikultura yang diatur tata niaganya terdiri dari produk segar dan produk olahan untuk bahan baku industri. Produk hortikultura segar terdiri dari sayur-sayuran dan buah-buahan. Adapun yang termasuk jenis sayuran yang diatur inportasinya adalah kentang, bawang bombay, bawang merah, kubis,


(42)

wortel dan cabe. Sedangkan sedangkan jenis buah-buahan adalah pisang, nenas, jeruk, anggur, melon, pepaya, apel, durian, dan lengkeng.

2.4. Komoditas Unggulan

Komoditas unggulan merupakan hasil usaha masyarakat yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat. Pentingnya ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah (nasional, provinsi dan kabupaten/kota) didasarkan pada pertimbangan bahwa ketersediaan dan kemampuan sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk memproduksi dan memasarkan semua komoditas yang dihasilkannya relatif terbatas. Selain itu hanya komoditas-komoditas yang diusahakan secara efisien yang mampu bersaing secara berkelanjutan, sehingga penetapan komoditas unggulan menjadi suatu keharusan agar sumber daya pembangunan di suatu wilayah lebih efisien dan lebih terfokus (Handewi, R. 2003).

Menurut Nainggolan, H,L. (2011) Beberapa kriteria yang dapat menjelaskan mengenai keunggulan suatu komoditi dalam suatu wilayah yaitu : a) dikenal luas oleh masyarakat setempat, dikelola dan dikembangkan secara luas masyarakat setempat, b) memiliki sumbangan yang signiikan bagi perekonomian masyarakat setempat, dapat bersaing dengan komoditi usaha lainnya, c) komoditi ini memiliki kesesuaian secara agroekologis terutama menyangkut lokasi pengembangan, d) komoditi ini memiliki potensi dan orientasi pasar baik domestik maupun ekspor, e) mendapat dukungan kebijakan pemerintah terutama dukungan pasar serta faktor-faktor pendukung seperti kelembagaan, teknologi, modal, sarana dan prasarana sera sumber daya manusia.


(43)

Keunggulan suatu komoditas masih dibagi lagi berdasarkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang dimiliki berdasarkan potensi yang ada dan membedakannya dengan daerah yang lain. Keunggulan komparatif ini dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan keunggulan yang dimiliki dan digunakan untuk bersaing dengan dengan daerah lain. Dengan kata lain keunggulan kompetitif menggunakan keunggulan komparatif untuk dapat bersaing dengan daerah lain sehingga mencapai tujuannya yang dalam hal ini adalah komoditas unggulan (Direktorat Perluasan Areal dalam Baehaqi, A. 2010).

Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi,kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur dan kondisi sosil budaya setempat) untuk dibudidayakan di suatu wilayah (Badan Litbang Pertanian, 2003).

Penetapan komoditas unggulan berdasarkan kriteria tersebut di atas dapat dilakukan dengan cara penentuan komoditas basis/unggulan dan penentuan komoditas yang tumbuh cepat dan berdaya berdaya saing/kompetitif. Komoditas basis dapat memberikan gambaran posisi strategis dari suatu komoditas. Komoditas basis merupakan komoditas yang memiliki keunggulan dari sisi penawaran (supply) yang ditujukan terutama untuk ekspor ke luar wilayah. Penentuan komoditas yang tumbuh cepat dan berdaya saing merupakan komoditas yang memiliki keunggulan dari sisi permintaan (demand) dimana komoditas tersebut lebih kompetiti dibanding komoditas yang lain. Dengan demikian,


(44)

komoditas unggulan dalam hal ini adalah merupakan komoditas basis yang tumbuh cepat dan berdaya saing/kompetitif.

2.5. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori dasar model basis ekonomi berpandangan bahwa determinan pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan secara langsung dengan permintaan dari daerah lain. Adanya permintaan terhadap barang, jasa dan produk, merangsang pertumbuhan industri yang memanfaatkan sumber daya lokal, baik tenaga kerja maupun material, yang kemudian akan membangkitkan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat.

Perancang ekonomi wilayah menyarankan strategi pembangunan yang berorientasi pada ekspor. Tingkat ekspor yang tinggi akan mendatangkan devisa yang menjadi tambahan “darah” baru bagi kegiatan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya kegiatan sektor ekspor, maka kegiatan non ekspor juga secara otomatis akan meningkat untuk melayani kegiatan dan kebutuhan di sektor ekspor. Sektor ekspor sering juga diseut sebagai sektor basis, sedangkan non ekspor disebut sektor non basis (Setiono, D.N.S, 2011).

Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara


(45)

keseluruhan. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik

Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, R. 2007).

Menurut Bendavid-Vall dalam Sirojuzilam dan Mahalli (2010), dalam teori basis ekonomi, pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah tergantung kepada adanya permintaan dari luar terhadap produksi wilayah tersebut. Berdasaarkan hal tersebut maka perekonomian wilayah dibagi menjadi sektor basis/basis ekspor dan sektor non basis. Sektor basis yang mengekspor produksinya keluar wilayah disebut basis ekonomi. Apabila permintaan dari luar wilayah terhadap sektor basis maningkat, maka sektor basis tersebut berkembang dan pada gilirannya dapat membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor non basis didalam wilayah yang bersangkutan, sehingga mengakibatkan berkembangnya wilayah yang bersangkutan.

Aktifitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Pendekatan basis ekonomi dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil produksinya tersebut dengan lebih efektif dan efisien. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan


(1)

Lampiran : 4. Hasil Perhitungan Shift Share Buah-Buahan Provinsi Sumatera Utara National Share

Proportional Share

2007 2012 2007 2012

E r,i,t-n E r,i,t E N,i,t-n E N,i,t

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (f - a)

1. Alpukat 6,808 7,954 201,635 294,200 1.0615 7,226.37 418.37 2. Duku 9,157 32,713 178,026 258,453 1.0615 9,719.73 562.73 3. Durian 136,940 102,756 594,842 888,127 1.0615 145,355.40 8,415.40 4. Jeruk siam 961,918 350,354 2,551,635 1,498,394 1.0615 1,021,030.95 59,112.95 5. Mangga 34,349 35,470 1,818,619 2,376,333 1.0615 36,459.86 2,110.86 6. Manggis 8,613 13,182 112,722 190,287 1.0615 9,142.30 529.30 7. Nangka 22,485 16,443 601,929 663,930 1.0615 23,866.78 1,381.78 8. Nenas 119,589 262,089 2,237,858 1,781,894 1.0615 126,938.13 7,349.13 9. Pepaya 22,154 31,658 621,524 906,305 1.0615 23,515.43 1,361.43 10. Pisang 211,974 363,061 5,454,226 6,189,043 1.0615 225,000.48 13,026.48 11. Rambutan 49,544 26,908 705,823 757,336 1.0615 52,588.64 3,044.64 12. Salak 247,406 350,011 805,879 1,035,406 1.0615 262,609.89 15,203.89 13. Markisa 11,197 1,568 106,788 134,527 1.0615 11,885.09 688.09

1,842,134 1,594,166 15,991,506 16,974,235 113,205.05 ∑E N,i,t/∑E N,i,t-n (a x e)

National Share (Ns)

Jumlah No Jenis Buah

Sumatera Utara Indonesia

E N,i,t /E N,i,t-n ∑E N,i,t/∑E N,i,t-n

(b) (c) (d) (a x d)

1. Alpukat 6,808 1.4591 1.0615 0.3976 2,707.00

2. Duku 9,157 1.4518 1.0615 0.3903 3,574.15

3. Durian 136,940 1.4930 1.0615 0.4316 59,102.42

4. Jeruk siam 961,918 0.5872 1.0615 -0.4742 (456,165.02)

5. Mangga 34,349 1.3067 1.0615 0.2452 8,422.91

6. Manggis 8,613 1.6881 1.0615 0.6267 5,397.38

7. Nangka 22,485 1.1030 1.0615 0.0416 934.27

8. Nenas 119,589 0.7962 1.0615 -0.2652 (31,715.39)

9. Pepaya 22,154 1.4582 1.0615 0.3967 8,789.48

10. Pisang 211,974 1.1347 1.0615 0.0733 15,531.58

11. Rambutan 49,544 1.0730 1.0615 0.0115 571.19

12. Salak 247,406 1.2848 1.0615 0.2234 55,261.35

Proportional Share (Ps) 2007

No Jenis Buah

Sumatera Utara

Nasional/Indonesia

b - c E r,i,t-n


(2)

Differential Share

2012

2012

2007

E

r,i,t

E

N,i,t

/E

N,i,t-n

E

r,i,t-n

(b x c)

(a) (b) (c) (d) (a - d)

1. Alpukat 7,954 1.4591 6,808 9,933.38 (1,979.78) 2. Duku 32,713 1.4518 9,157 13,293.87 19,419.53 3. Durian 102,756 1.4930 136,940 204,457.82 (101,702.12) 4. Jeruk siam 350,354 0.5872 961,918 564,865.93 (214,511.93) 5. Mangga 35,470 1.3067 34,349 44,882.77 (9,412.37) 6. Manggis 13,182 1.6881 8,613 14,539.67 (1,357.87) 7. Nangka 16,443 1.1030 22,485 24,801.04 (8,357.64) 8. Nenas 262,089 0.7962 119,589 95,222.74 166,865.76 9. Pepaya 31,658 1.4582 22,154 32,304.92 (647.02) 10. Pisang 363,061 1.1347 211,974 240,532.07 122,528.63 11. Rambutan 26,908 1.0730 49,544 53,159.83 (26,252.03) 12. Salak 350,011 1.2848 247,406 317,871.24 32,139.26 13. Markisa 1,568 1.2598 11,197 14,105.55 (12,537.55)

1,594,166 1,842,134.00 1,629,970.82 (35,805.12) Jumlah

No

Jenis Buah

Sumatera Utara

Sumatera Utara

Differential Shift

(Ds)


(3)

Lampiran : 5. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Sayuran per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Bawang Merah

Bawang

Daun Kentang Kol/ Kubis

Kembang Kol

Petsai/

Sawi Wortel

Kacang Panjang

Cabe Besar

Cabe

Rawit Tomat Terung Buncis Ketimun 1 Medan - - - - 0.021 5.125 - 5.770 0.353 0.639 - 3.324 -

-2 Langkat - - - - 0.720 0.524 - 8.232 1.466 0.767 0.120 4.076 0.012 3.883

3 Deli Serdang - - - - - 1.051 - 1.147 1.109 0.720 - 1.081 - 0.982

4 Simalungun 1.651 0.133 1.649 1.641 0.002 0.390 0.096 1.019 0.733 1.650 0.823 0.608 1.072 0.577

5 Tanah Karo 0.252 1.482 0.897 1.108 2.376 1.484 1.949 0.024 0.720 0.400 1.558 0.399 1.382 0.065

6 Asahan - - - - - 1.630 - 7.105 1.019 1.585 - 3.589 0.035 5.099

7 Labuhan Batu - - - - - - - 8.862 1.456 5.271 - 3.135 - 3.879

8 Tapanuli Utara 0.744 4.010 0.575 0.549 0.413 0.904 3.859 1.512 0.857 1.795 0.738 1.269 1.281 1.254

9 Tapanuli Tengah - - - - - - - 8.945 0.970 2.573 0.176 4.811 - 4.216

10 Tapanuli Selatan 0.262 3.115 0.026 - 0.014 1.447 - 3.511 1.399 0.787 1.479 1.093 1.642 3.712

11 Nias - 1.436 - - - 0.134 - 7.103 1.201 4.266 0.129 3.392 0.932 3.861

12 Dairi 3.942 0.032 1.310 1.320 0.092 0.077 0.660 0.117 1.071 3.473 0.798 0.113 1.098 0.051

13 Tebing Tinggi - - - - - 2.405 - 5.962 0.350 0.725 - 2.807 - 7.760

14 Tanjung Balai - - - - - 1.662 - 10.148 0.685 1.340 - 3.347 - 4.460

15 Binjai - - - - - 0.069 - 10.988 1.083 0.311 - 1.863 - 6.871

16 Pematang Siantar - - - - - 4.412 9.975 1.167 0.096 - 3.292 - 1.523

17 Toba Samosir 8.858 3.025 0.304 0.145 0.181 0.438 2.091 1.278 5.165 0.644 1.750 0.922 1.419

18 Mandailing Natal 0.165 4.010 0.337 0.121 0.026 1.071 2.817 1.650 1.456 1.287 1.210 0.786 3.116

19 Padang Sidempuan 0.429 3.264 0.003 0.006 0.169 1.716 0.036 3.424 0.777 0.713 1.419 1.845 1.955 4.239

20 Humbang Hasundutan 5.330 3.641 1.051 1.026 0.577 0.775 1.447 0.627 0.967 1.940 1.072 0.310 0.390 0.619

21 Samosir 6.527 0.060 5.151 0.409 - 0.005 - 0.226 0.561 0.391 0.528 0.013 0.001 0.064

22 Serdang Bedagai - - - - - 3.311 0.001 2.618 0.509 1.914 0.084 4.873 - 5.310

23 Pakpak Bharat - - 1.327 - - 0.037 - 1.809 2.985 5.396 0.813 0.226 - 0.051

24 Nias selatan - 0.810 - - - 0.137 - 5.980 0.541 1.529 0.027 1.133 0.515 2.171

25 Batu Bara - - - - - 0.251 - 2.537 2.980 0.582 0.014 1.569 0.085 1.647

26 Padang Lawas - 5.721 - - - 0.614 - 4.282 0.817 1.268 1.047 2.349 0.728 2.719

27 Padang Lawas Utara 0.807 0.055 - - - 0.010 - 4.949 1.272 2.478 0.612 2.772 0.131 3.428

28 Labuhan Batu Utara - - - - - - - 11.220 0.740 1.398 0.020 0.806 -

-29 Labuhan Batu Selatan - - - - - - - 3.890 0.745 2.270 - 1.208 - 1.610

30 Nias Utara - 1.991 - - - - - 3.239 0.522 2.004 - 1.345 0.007 2.356

31 Nias Barat - 0.176 - - - 0.753 - 4.780 0.552 1.338 - 1.346 0.104 0.959

No Kabupaten / Kota


(4)

Lampiran : 6. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Buah-Buahan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Alpukat Duku Durian Jeruk

Siam Mangga Manggis Nangka Nenas Pepaya Pisang Rambutan Salak Markisa

1 Medan 11.670 1.980 0.430 0.040 26.320 2.490 9.310 0.040 7.910 0.640 4.910 0.020 2.000

2 Langkat 0.335 1.259 2.424 0.039 2.094 3.374 5.608 0.041 3.599 2.129 6.143 0.012 0.347

3 Deli Serdang 0.660 2.640 1.310 0.020 0.960 2.520 1.210 0.040 3.650 3.950 1.510 0.060 0.350

4 Simalungun 1.370 0.240 0.720 0.430 0.800 0.140 0.640 2.490 1.740 3.240 0.150 0.010 1.350

5 Tanah Karo 0.610 0.050 0.040 2.760 0.160 0.010 0.010 0.000 0.010 0.040 0.010 0.000 2.670

6 Asahan 1.340 0.650 1.330 0.090 5.240 2.110 5.690 0.020 7.920 2.150 8.050 0.100 0.090

7 Labuhan Batu 0.370 10.090 5.030 0.140 2.360 4.020 6.200 0.140 12.440 0.970 4.080 0.010 0.410

8 Tapanuli Utara 0.760 0.555 0.817 0.167 0.450 0.160 0.589 9.767 0.081 0.450 0.302 0.024 0.014

9 Tapanuli Tengah 0.413 3.302 11.628 0.296 3.774 5.329 2.183 0.017 1.958 0.254 2.248 0.012 0.120

10 Tapanuli Selatan 0.534 0.723 0.467 0.034 0.397 1.141 0.654 0.035 0.419 0.092 1.677 5.448 0.007

11 Nias 1.540 17.770 2.810 0.240 2.480 5.790 2.070 0.090 4.820 2.270 0.780 0.010

-12 Dairi 17.224 1.494 4.335 1.339 0.411 1.826 1.321 0.053 0.550 0.888 0.128 0.003 0.029

13 Tebing Tinggi 6.883 0.719 0.977 0.066 6.044 6.565 4.357 0.387 12.785 1.177 9.924 0.007 0.479

14 Tanjung Balai 0.374 - - 0.001 12.893 0.772 17.415 0.014 3.378 2.539 0.163 -

-15 Binjai 5.924 4.405 0.442 0.053 5.381 4.911 6.688 0.023 1.339 0.290 23.316 0.004 0.089

16 Pematang Siantar 29.858 1.882 2.618 0.059 8.272 1.734 5.831 0.034 11.484 0.736 4.212 0.108 0.865

17 Toba Samosir 10,330 2.401 7.280 0.789 5.886 0.233 4.661 0.550 2.014 0.631 0.103 0.004 1.773

18 Mandailing Natal 3.204 2.562 3.369 1.233 6.172 12.825 7.181 0.033 1.205 0.446 1.561 0.041 0.683

19 Padang Sidempuan 3.518 1.996 2.028 0.362 1.366 2.066 7.059 0.017 2.098 0.281 1.732 3.509 4.351

20 Humbang Hasundutan 3.578 2.140 2.748 0.329 2.052 0.332 3.887 0.079 0.592 0.695 0.053 3.023 1.728

21 Samosir 46.137 0.272 4.795 0.058 22.011 - 0.206 0.360 1.686 0.358 0.108 0.001 0.134

22 Serdang Bedagai 7.851 1.112 1.390 0.006 4.122 0.757 8.839 0.002 0.124 1.129 0.914 0.001 0.115

23 Pakpak Bharat 1.239 0.962 2.332 1.303 1.946 0.829 6.456 0.896 0.682 1.569 1.768 0.003

-24 Nias selatan 0.311 8.413 1.473 0.038 4.470 2.443 3.383 0.262 3.068 1.385 0.288 0.001 0.013

25 Batu Bara 0.890 0.066 0.211 0.021 12.986 1.513 1.729 0.032 0.388 0.657 3.271 0.008

-26 Padang Lawas 0.190 27.460 2.630 0.080 3.030 7.420 5.400 0.010 2.660 0.530 2.610 0.080 0.020

27 Padang Lawas Utara 0.610 2.690 1.890 0.040 19.520 3.330 2.880 0.020 3.340 0.240 3.370 1.130 0.020

No Kabupaten / Kota


(5)

Lampiran : 7. Hasil Perhitungan Shift Share Sayuran per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Ns Ps Ds Ns Ps Ds Ns Ps Ds Ns Ps Ds Ns Ps Ds Ns Ps Ds

1. Medan - - - 140.06 138.35 (308.01) 2,276.00 355.15 890.27 (342.71)

2. Langkat - - - 705.49 696.83 6,936.68 10,585.00 82.50 65.95 (78.44) 641.35 1,607.70 5,855.95 30.00 3. Deli Serdang 14.22 1.52 (70.75) 6,917.15 6,832.32 (29,793.97) 11,383.00 86.07 68.80 (232.66) 4,021.48 10,080.81 (18,269.69) 3.10 2.12 138.77 4. Simalungun 1,213.71 130.07 (287.02) 5,614.12 5,545.27 14,591.71 2,700.42 15,644.98 (20,188.50) 3,639.98 2,909.76 (362.93) 1,820.61 4,563.80 (4,825.41) 2,166.63 1,482.19 2,044.19 5. Karo 545.92 58.51 (1,689.43) 8,569.40 8,464.31 563.79 107.84 624.77 23,697.39 12,989.16 10,383.40 (2,836.56) 68.27 171.14 24,343.58 5,005.64 3,424.35 (2,143.99) 6. Asahan - - - 808.21 798.29 (3,532.70) 57.93 335.61 868.46 623.56 1,563.10 (3,111.86)

7. Labuhan Batu - - - 228.15 225.35 (1,314.69) 88.21 511.06 (917.37) 118.39 296.78 (849.97)

8. Tapanuli Utara 98.01 10.50 324.48 1,545.29 1,526.34 6,816.96 422.90 2,450.10 (19.31) 665.71 532.16 1,711.93 329.03 824.79 2,062.88 573.93 392.63 (349.86) 9. Tapanuli Tengah - - - 307.38 303.61 (1,357.60) 112.08 649.35 (699.83) 14.22 11.37 (23.59) 401.80 1,007.21 (2,467.71) - - -10, Tapanuli Selatan 17.59 1.88 (73.47) 1,361.03 1,344.34 (4,793.28) 43.45 251.71 719.85 972.50 777.41 (3,137.41) 381.11 955.35 (1,627.16) 186.22 127.40 (63.72) 11. Nias - - - 123.69 122.18 (689.17) 77.19 447.23 (792.93) - - - 77.07 193.18 (538.25) 23.25 15.90 (126.05) 12. Dairi 244.13 26.16 1,349.71 327.40 323.38 11,358.22 164.99 955.89 (383.88) 386.62 309.06 3,971.32 10.34 25.93 1,298.72 232.54 159.08 1,157.18 13. Tebing Tinggi - - - 4.68 4.62 (16.40) - - 146.00 - - - 7.19 18.02 92.99 - - -14. Tanjung Balai - - - 24.67 24.37 46.56 0.91 5.24 239.35 44.77 112.22 (81.08) - - -15. Binjai - - - 361.59 357.15 (1,526.94) - - 421.00 99.51 249.45 (312.77)

16. Pematang Siantar 43.96 43.42 (233.39) - - 45.00 - - - 42.67 106.96 (269.63) - - -17. Toba Samosir 277.23 29.71 (309.94) 437.67 432.30 (68.37) 164.79 954.69 955.32 170.16 136.03 719.81 144.85 363.09 1,643.96 75.72 51.80 (320.32) 18. Mandailing Natal 9.31 1.00 (46.31) 364.28 359.81 1,094.31 77.71 450.23 (339.44) 152.86 122.20 378.84 82.75 207.45 (121.20) 78.75 53.87 (209.12) 19. Padang Sidempuan 1.03 0.11 (5.15) 212.24 209.64 (989.58) 6.21 35.96 225.84 194.73 155.67 (818.40) 67.42 169.00 (205.12) 58.19 39.81 (53.99) 20. Humbang Hasund 238.49 25.56 174.75 421.66 416.49 939.35 217.49 1,260.04 (2,045.53) 345.50 276.19 22.31 34.71 87.00 17.10 80.94 55.37 (292.32) 21. Samosir 186.46 19.98 576.56 241.88 238.91 133.91 35.56 206.01 (379.07) 108.46 86.70 335.44 6.65 16.66 (49.01) 2.20 1.50 (12.20) No Kabupaten/ Kota

Nilai Rata-Rata Shift Share


(6)

Lampiran : 8. Perhitungan Shift Share Buah-Buahan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Ns Ps Ds Ns Ps Ds Ns Ps Ds

1. Medan (4.80) 96.57 5.06 (29.77) 187.38 (51.95) (0.40) 1.65 19.16

2. Langkat (34.38) 691.39 1,376.79 (882.41) 5,554.82 74,255.93 (6.46) 26.36 437.92

3. Deli Serdang (231.28) 4,651.32 2,258.57 (17,303.44) 108,925.76 (177,936.83) (25.88) 105.63 2,494.97

4. Simalungun (16.47) 331.24 249.78 (4,818.59) 30,333.18 102,240.75 (20.53) 83.78 39.33

5. Karo (48.74) 980.18 (878.62) (803.00) 5,054.91 (5,625.81) (4.04) 16.48 17.16

6. Asahan (12.80) 28.81 (0.71) (737.35) 4,641.66 (787.63) (5.18) 21.14 571.15

7. Labuhan Batu (137.45) 2,764.31 (3,538.09) (170.87) 1,075.61 (1,760.10) - - -8. Tapanuli Utara (50.98) 1,025.30 (243.36) (1,158.88) 7,295.16 7,402.13 (106.82) 435.94 (148.40) 9. Tapanuli Tengah (235.37) 4,733.59 (4,692.09) (353.96) 2,228.16 (2,703.91) (25.58) 104.37 (208.40) 10, Tapanuli Selatan (139.74) 2,810.35 (2,670.60) (251.34) 1,582.19 (1,330.85) (31,897.73) 130,172.28 5,601.09

11. Nias (118.06) 2,374.22 (3,000.39) (76.10) 479.04 612.83 - - 4.20 12. Dairi (13.68) 275.13 1,139.81 (251.80) 1,585.09 3,015.41 (1.23) 5.00 (0.68)

13. Tebing Tinggi (11.47) 72.23 (105.49) - -

-14. Tanjung Balai (61.32) 385.98 (627.58) - -

-15. Binjai (19.07) 383.53 (415.43) (23.01) 144.83 (75.45) - - 1.10 16. Pematang Siantar (0.75) 15.13 (13.77) - - 23.00 (0.54) 2.20 (3.06) 17. Toba Samosir (15.40) 309.69 (130.29) (36.12) 227.40 168.06 - - 2.70 18. Mandailing Natal (42.18) 848.30 (1,095.18) (108.84) 685.17 1,191.78 (10.23) 41.75 (48.72) 19. Padang Sidempuan (15.52) 312.10 (257.37) (26.03) 163.89 (144.76) (371.56) 1,516.30 (3,745.52) 20. Humbang Hasundutan (23.96) 481.80 (544.21) (167.25) 1,052.84 (393.67) (827.78) 3,378.12 (5,054.76) 21. Samosir (3.29) 66.25 (87.42) - - 117.40 - - 1.80 22. Serdang Bedagai - - 270.30 (11.50) 72.42 2,895.51 - - 2.40 23. Pakpak Bharat (64.93) 1,305.84 (1,723.28) (1,150.02) 7,239.39 (14,632.75) (3.28) 13.39 (34.47) 24. Nias selatan (9.94) 199.86 1,307.85 (100.57) 633.12 214.90 - - 2.60 25. Batu Bara - - 1.50 - - 221.80 - - 2.40 26. Padang Lawas - - 9,268.70 - - 232.60 - - 1.00

Salak Pisang

No Kabupaten/ Kota

Nilai RataRata Shift Share Buah-buahan Duku