sebesar 5,85. Koefisien yang dimiliki HEDG sebesar 0,94 bararti bahwa variabel laten HEDG memberikan pengaruh positif terhadap VALUE.
Jadi Hipotesis 5 terbukti dan diterima. Hal ini berarti kebijakan hedging perusahaan menggunakan instrumen derivatif memberikan pengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Jika perusahaan melakukan hedging dengan instrumen derivatif maka pasar akan memberikan nilai lebih terhadap perusahaan. Nilai
perusahaan tersebut direfleksikan dalam nilai kapitalisasi pasar, besarnya nilai Q- Tobin dan Return on Equity perusahaan. Dengan kata lain penggunaan instrumen
derivatif untuk hedging semakin meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan.
4.5.2. Kaitan Temuan dengan Teori
Hasil penelitian untuk hipotesis 1 yang menghasilkan secara keseluruhan dari perusahaan-perusahaan sampel terdapat sekitar 30,11 persen atau 56
perusahaan yang secara signifikan terkena economic exposure. Perusahaan sampel secara signifikan terkespos oleh fluktuasi kurs Rupiah terhadap USD dengan
tingkat yang berbeda-beda. Tanda negatif pada besaran economic exposure mengindikasikan bahwa terdepresiasinya kurs Rupiah terhadap USD memberi
dampak negatif bagi perusahaan, dan sebaliknya economic exposure yang positif mengindikasikan terdepresiasinya kurs Rupiah memberikan dampak positif bagi
perusahaan. Berdasarkan pengujian diperoleh rata-rata tingkat economic exposure
secara keseluruhan yang dihadapi perusahaan sebesar -0,090. Hal ini, secara rata- rata dapat dikatakan bahwa depresiasi Rupiah terhadap USD memberi dampak
negatif bagi perusahaan. Economic esposure terjadi pada perusahaan yang melakukan ekspor maupun tidak. Perusahaan yang melakukan ekspor terkena
economic eksposure dikarenakan aliran kas masuk yang berasal dari aktifitas ekspornya akan mengalami peningkatan jika Rupiah mengalami depresiasi
terhadap USD. Sebaliknya, akan berkurang jika Rupiah mengalami apresiasi USD. Selain itu tereksposnya perusahaan ekspor juga dikarenakan perusahaan
menggunakan hutang luar negeri. Arus kas keluar perusahaan akan semakin besar
jika Rupiah mengalami depresiasi, dan sebaliknya akan semakin kecil jika Rupiah mengalami apresiasi.
Perusahaan yang tidak melakukan ekspor, atau dapat dikatakan merupakan perusahaan domestik murni juga terkena dampak eksposur. Hung
dalam Madura 2006 menyatakan bahwa perusahaan domestik murni akan terpengaruh fluktuasi kurs mata uang. Kurs akan mempengaruhi daya saing dari
produk-produk import, serta permintaan terhadap ekspor dari perusahaan lokal. Selain itu, menurut Bukit 2001 dengan terdepresiasinya kurs Rupiah terhadap
USD akan mendorong inflasi. Dengan kenaikan angka inflasi tersebut maka biaya pembelian bahan baku untuk kegiatan operasi perusahaan semakin naik. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan domsetik murni secara tidak langsung terkena economic exposure. Dari uraian di atas diperoleh hasil bahwa
dengan semakin melemahnya kurs Rupiah terhadap USD maka daftar perusahaan- perusahaan yang terekspos oleh fluktuasi kurs semakin meningkat. Hal ini
dimungkinkan bahwa perusahaan-perusahaan maupun para investor belum sepenuhnya mampu mengatasi fluktuasi kurs Rupiah terhadap US Dollar.
Secara keseluruhan dengan melihat tingkat proporsi economic exposure negatif yang terus menerus mengalami penurunan dari tahun 2007 sampai 2010
namun meningkat di tahun 2011, maka perusahaan cenderung mengalami kerugian jika Rupiah terdepresiasi oleh USD. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa semakin besar fluktuasi kurs Rupiah terhadap USD, makaperusahaan akan semakin tinggi untuk terkena economic exposure. Hasil ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Kurniawati 2005 dan He 1998. Hasil penelitian untuk Hipotesis 2 menghasilkan koefisien konstruk
sebesar -0,20 yang berarti kebijakan hedging perusahaan dengan menggunakan instrumen derivatif dipengaruhi sebesar 20 persen oleh economic exposure yang
dialami oleh perusahaan. Pengaruh economic exposure terhadap kebijakan hedging perusahaan adalah tidak signifikan karena memiliki nilai t yang tidak
cukup besar yaitu -0,72. Hasil hipotesis ini menyatakan bahwa penelitian ini mendukung adanya pengaruh negatif namun tidak signifikan antara economic
exposure perusahaan terhadap kebijakan hedging perusahaan menggunakan
instrumen derivatif valuta asing. Hal ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu Allayannis dan Ofek 2001,
Mardsen dan Prevost 2005 dan Rogers 2002. Penelitian ini juga membuktikan bahwa variabel indikator yang
merefleksikan economic exposure adalah tingkat ekspor perusahaan. Hasil hipotesis kedua membuktikan bahwa kebijakan hedging dipengaruhi oleh
economic exposure yang direfleksikan oleh internasionalisasi perusahaan dilihat dari besarnya rasio ekspor perusahaan. Rasio ekspor ini mempengaruhi tingkat
sensitifitas perusahaan terhadap fluktuasi kurs seperti yang dijelaskan dalam hipotesis pertama.
Selanjutnya, sehubungan dengan hipotesis ketiga H3, koefisien konstruk yang dihasilkan adalah -1,12 yang berarti bahwa kebijakan hedging
perusahaan dipengaruhi oleh financial distress. Pengaruh yang sebesar 112 persen ini terbukti signifikan karena nilai t sebesar 2,84 berada di atas batas kritis
1,96. Hipotesis 3 membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara financial distress dengan kebijakan hedging perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh
Allayannis dan Ofek 2001, Graham dan Rogers 2002 serta Bartram et al.2004 juga membuktikan bahwa financial distress mempengaruhi kebijakan
hedging yang dilakukan perusahaan. Adanya tekanan finansial karena hutang dan potensi kebangkrutan menjadikan perusahaan akan mengurangi biaya hedgingnya.
Total liability atau hutang merupakan variabel indikator yang paling merefleksikan financial distress perusahaan diikuti oleh ROA dan DER. Dari
hipotesis ini dapat disimpulkan bahwa kebijakan hedging perusahaan akan berkurang jika perusahaan mengalami financial distress.
Untuk hipotesis keempat H4, penelitian ini membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara underinvestment cost dengan kebijakan hedging
yang ditunjukkan oleh nilai t dan koefisien konstruk UC yaitu sebesar 0,012 dan 0,043. Market value memainkan peranan penting dalam merefleksikan
underinvestment cost, diikuti Price Earning ratio. Dari persamaan struktural terlihat bahwa faktor yang paling
mempengaruhi kebijakan hedging perusahaan adalah underinvestment cost, yaitu