struktural pertama cukup besar. Nilai R
2
ini mengindikasikan adanya faktor-faktor lainnya sebesar 12 persen selain economic exposure, financial distress dan
underinvestment cost yang tidak masuk dalam penelitian. Model persamaan struktural kedua untuk H5 menunjukkan tingkat
kesesuaian yang tidak cukup besar karena hanya mampu menjelaskan 33 persen dari perubahan variabel VALUE. Nilai R
2
sebesar 0,33 ini mengindikasikan ada faktor-faktor lain selain kebijakan hedging dan tingkat economic exposure yang
mempengaruhi nilai perusahaan dan mampu menjelaskan 67 persen dari perubahan variabel VALUE.
Selanjutnya hasil uji dari tiap-tiap hipotesis di atas akan disajikan secara ringkas pada Tabel 24. Tentang kesimpulan hipotesis di bawah ini.
Tabel 24. Kesimpulan hipotesis Pengaruh Koefisien
T-Hitung Keterangan EXP
HEDG -0,20 -0,72 Tidak
Signifikan FD -1,12
-2,84 Signifikan
FC 0,01 0,04
Tidak Signifikan
HEDG VALUE 0,94
5,85 Signifikan
4.5. Temuan dan Interpretasi
Berikut ini akan dilakukan analisa terhadap hasil penelitian berupa hasil pengujian hipotesis dan pengujian kesesuaian model
4.5.1. Hipotesis
Hipotesis yang diusulkan dianalisa berdasarkan persamaan model struktural. Dari empat hipotesis terbentuk dua persamaan model struktural yang
dapat dilihat pada persamaan dalam gambar 20. a.
Hipotesis 2 Dengan nilai t yang besarnya -0,72 di bawah batas kritis maka pengaruh
yang diberikan EXP terhadap HEDG terbukti negatif dan tidak signifikan. Nilai koefisien variabel laten EXP sebesar -0,20 yang berarti variabel laten EXP
memperikan pengaruh sebesar 20 persen terhadap kebijakan hedging perusahaan HEDG
Dari analisa terhadap persamaan yang dihasilkan LISREL 8.71, ditemukan bahwa persamaan tersebut signifikan secara statistik dan disimpulkan
bahwa H1 diterima. Hal ini berarti kebijakan hedging perusahaan dipengaruhi sebesar 20 persen oleh tingkat eksposur ekonomi diantaranya tingkat
internasionalisasi perusahaan. Semakin besar tingkat ekspor perusahaan hal ini juga akan mendorong besarnya kebijakan hedging perusahaan.
b. Hipotesis 3
Pada hasil persamaan di atas, terlihat bahwa nilai t variabel FD berada di atas nilai batas kritis yaitu -2,84 sehingga variabel FD terbukti berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap HEDG. Koefisien yang dimiliki sebesar -1,12 yang berarti tekanan finansial yang dihadapi perusahaan memberikan pengaruh
negatif terhadap kebijakan hedging perusahaan HEDG. Karena signifikan secara statistik maka H3 terbukti dan diterima.
Hasil dari H3 membuktikan bahwa kebijakan hedging perusahaan dipengaruhi secara negatif oleh financial distress atau tekanan finansial yang
dialami perusahaan. Dengan adanya finansial distress seperti kesulitan membayar hutang, tingkat kebangkrutan dan likuiditas perusahaan yang tinggi akan membuat
perusahaan mengurangi tingkat hedging-nya. c.
Hipotesis 4 Hasil persamaan struktural yaitu pengaruh UC terhadap HEDG
menunjukkan bahwa variabel UC memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan secara statistik terhadap HEDG yang ditunjukkan dengan nilai t sebesar
0,043. Koefisien yang dimiliki UC sebesar 0,012 yang berarti variabel laten UC memberikan pengaruh sebesar 1,2 persen terhadap HEDG
Jadi hipotesis H4 terbukti dan diterima. Hal ini berarti kurangnya investasi pada proyek yang berisiko rendah semakin menekan tingkat hedging
perusahaan sebesar 1,2 persen. Karena pemegang saham menolak melakukan investasi pada proyek yang menguntungkan namun berisiko kecil dan tidak terjadi
pemindahan nilai dari pemegang saham kepada kreditur. Sehingga perusahaan akan mengurangi biaya hedgingnya.
d. Hipotesis 5
Dari persamaan struktural kedua terlihat bahwa variabel laten HEDG memiliki pengaruh yang signifikan terhadap VALUE karena memiliki nilai t
sebesar 5,85. Koefisien yang dimiliki HEDG sebesar 0,94 bararti bahwa variabel laten HEDG memberikan pengaruh positif terhadap VALUE.
Jadi Hipotesis 5 terbukti dan diterima. Hal ini berarti kebijakan hedging perusahaan menggunakan instrumen derivatif memberikan pengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Jika perusahaan melakukan hedging dengan instrumen derivatif maka pasar akan memberikan nilai lebih terhadap perusahaan. Nilai
perusahaan tersebut direfleksikan dalam nilai kapitalisasi pasar, besarnya nilai Q- Tobin dan Return on Equity perusahaan. Dengan kata lain penggunaan instrumen
derivatif untuk hedging semakin meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan.
4.5.2. Kaitan Temuan dengan Teori
Hasil penelitian untuk hipotesis 1 yang menghasilkan secara keseluruhan dari perusahaan-perusahaan sampel terdapat sekitar 30,11 persen atau 56
perusahaan yang secara signifikan terkena economic exposure. Perusahaan sampel secara signifikan terkespos oleh fluktuasi kurs Rupiah terhadap USD dengan
tingkat yang berbeda-beda. Tanda negatif pada besaran economic exposure mengindikasikan bahwa terdepresiasinya kurs Rupiah terhadap USD memberi
dampak negatif bagi perusahaan, dan sebaliknya economic exposure yang positif mengindikasikan terdepresiasinya kurs Rupiah memberikan dampak positif bagi
perusahaan. Berdasarkan pengujian diperoleh rata-rata tingkat economic exposure
secara keseluruhan yang dihadapi perusahaan sebesar -0,090. Hal ini, secara rata- rata dapat dikatakan bahwa depresiasi Rupiah terhadap USD memberi dampak
negatif bagi perusahaan. Economic esposure terjadi pada perusahaan yang melakukan ekspor maupun tidak. Perusahaan yang melakukan ekspor terkena
economic eksposure dikarenakan aliran kas masuk yang berasal dari aktifitas ekspornya akan mengalami peningkatan jika Rupiah mengalami depresiasi
terhadap USD. Sebaliknya, akan berkurang jika Rupiah mengalami apresiasi USD. Selain itu tereksposnya perusahaan ekspor juga dikarenakan perusahaan
menggunakan hutang luar negeri. Arus kas keluar perusahaan akan semakin besar