Bentuk-bentuk Upaya Perlindungan Hukum Preventif

3.2.2 Bentuk-bentuk Upaya Perlindungan Hukum Preventif

Dalam usaha pencegahan berarti mengadakan usaha perubahan yang positif untuk meminimalisasi tindak pidana perdagangan anak. Upaya preventif pencegahan terhadap tindak pidana perdagangan anak dapat dilakukan dalam beberapa faktor, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor dalam Keluarga a. Perhatian orang tua pada anak walaupun sibuk b. Komunikasi antar anggota keluarga harus lancar c. Hubungan yang harmonis antar anggota keluarga d. Memberikan pengertian dan pengarahan kepada anak bahwa tidak selamanya ke luar daerah atau ke luar negeri akan selalu sukses e. Mencarikan atau mengusahakan pekerjaan untuk anak f. Memberikan pendidikan formal dan keterampilan untuk anak 2. Faktor dalam Perangkat Desa a. Pengawasan ketat terhadap berkas dan adminstrasi b. Selektif dalam pengurusan surat c. Meneliti Keabsahan agen tenaga kerja d. Mensosialisasikan masalah bahaya Trafficking kepada masyarakat 3. Faktor dalam Masyarakat a. Menghimbau masyarakat agar lebih peka terhadap bahaya akan Trafficking dan menghimbau agar peka terhadap keadaan yang mencurigakan b. Membuka lapangan kerja dan kelompok-kelompok fungsional seperti pengrajin, ketrampilan, menjual makanan, jasa dan lainnya, yang dapat menunjang perekonomian c. Membentuk organisasi kepemudaan seperti karang taruna, pemuda masjid, pemuda gereja dan lainnya. Pihak lain yang bisa membantu dalam pencegahan Trafficking adalah dari pemerintah daerah tersebut. Pemerintah daerah harus mempunyai hukum-hukum yang menyangkut Trafficking. Pemerintah daerah juga harus mempunyai metode khusus dalam menangani pencegahan Trafficking tersebut. Pemerintah daerah bisa membantu pencegahan dengan cara bagi wanita-wanita yang akan bekerja di luar daerah tersebut harus memberi surat rekomendasi dari tempat kerja yang dituju terlebih dahulu. Pemerintah daerah juga harus menekankan kembali wajib belajar sembilan tahun untuk anak-anak. Dalam upaya mengurangi jumlah anak-anak yang terlibat di child Trafficking, pemerintah daerah juga harus bekerja sama dengan anak-anak tersebut, warga setempat, pendidik dan pekerja sosial untuk menciptakan program-program atau acara-acara yang melibatkan sang anak untuk menjadi lebih produktif dan sekaligus memenuhi hak mereka sebagai anak. Selain pemerintah daerah lembaga non pemerinta seperti LSM juga berperan dalam pencegahan tindak pidana perdagangan anak. Untuk organisasi non-pemerintah atau LSM, mereka harus bekerja sama dengan masyarakat luas untuk membuat program- program yang membantu untuk mengurangi jumlah anak yang putus sekolah atau pekerja anak. Apabila anak tidak mampu membayar uang sekolah, salah satu cara bagi organisasi non-pemerintah untuk membantu anak-anak agar bisa melanjutkan sekolah adalah dengan cara mengikuti sekolah terbuka. Bagi anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah setelah menyelesaikan wajib sembilan tahun sekolah, anak-anak tersebut bisa ikut berpartisipasi dalam sanggar- sanggar yang telah dibuat untuk membantu anak itu siap mencari pekerjaan. Hal-hal yang diajarkan di sanggar tersebut antara lain adalah pelatihan-pelatihan usaha dan ketrampilan. Dengan mengikuti program-program di sanggar, anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah bisa tetap mendapatkan kesempatan untuk mencari pekerjaan yang layak baginya. Upaya preventif selain yang disebutkan diatas, juga dapat dilakukan dengan cara-cara lain, seperti dengan cara pengangkatan anak, karena dengan cara ini dapat dikatakan sebagai upaya perlindungan terhadap anak-anak dan dapat menekan resiko terjadinya perdagangan anak apabila memenuhi syarat-syarat seperti dibawah ini: a. Diutamakan pengangkatan anak yang yatim piatu. b. Anak yang cacat mental, fisik, sosial c. Orang tua anak tersebut memang sudah benar-benar tidak mampu mengelola keluarganya d. Bersedia memupuk dan memelihara ikatan keluarga antara anak dan orang tua kandung sepanjang hayat, e. Hal-hal lain yang tetap mengembangkan manusia seutuhnya 3.3 Upaya Perlindungan Hukum secara Represif 3.3.1 Pengertian Upaya Represif

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG.

0 0 1

Penerapan hukum terhadap tindak pidana perdagangan orangdengan eksploitasi anak dibawah umur dengan undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.

0 0 1

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 14

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 3

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 35

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 1 59

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Chapter III IV

0 0 31

Pelaksanaan Hak Restitusi Terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

0 0 7

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG(Kajian Putusan No.1554Pid.B2012PN.Mdn) SKRIPSI

0 0 11

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KHUSUSNYA ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA SKRIPSI

0 0 22