Strategi Buruh Dalam Mempertahankan Hidup (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

(1)

STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN

HIDUP

(Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan

Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh

RIZKY TRI NANDA

100902066

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :

Nama : Rizky Tri Nanda

Nim : 100902066

Program Studi : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : STRATEGI BURUH DALAM

MEMPERTAHANKAN HIDUP

(Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

Medan, Juli 2014 Pembimbing Skripsi

Agus Suriadi. NIP

Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Hairani Siregar, S.Sos, MSP NIP 19710927199801 2 001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP 19680525199203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : RIZKY TRI NANDA NIM : 100902066

ABSTRAK

STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (STUDI KASUS DI PT. PUTERA MANDIRI KELURAHAN BUKIT SOFA KECAMATAN SIANTAR SITALASARI KOTA PEMATANGSIANTAR)

(skripsi terdiri dari 6 bab, 102 halaman, 45 tabel, 26 kepustakaan serta lampiran) Rendahnya upah sebagai buruh/karyawan, sementara harga berbagai kebutuhan senantiasa meningkat mengakibatkan buruh harus meneraokan strategi khusus untuk mempertahankan hidup keluarga. Penelitian ini secara khusus melakukan kajian dan dan bertujuan untuk mengetahui strategi buruh dalam mempertahankan hidup.

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif, bertujuan menggambarkan strategi buruh dalam mempertahankan hidup. Sebanyak 20 orang dari 102 orang buruh yang bekerja di PT. PUTERA MANDIRI yang ada di kelurahan bukit sofa kecamatan siantar sitalasari kota pematangsiantar dilibatkan sebagai sampel. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah acak sederhana. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner, dilengkapi dengan wawancara dan observasi dan dianalisis secara kualitatif-deskriptif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa mayoritas keluarga buruh membahas kesulitan ekonomi keluarga dan menambah jam kerja, membuka usaha di rumah, dan melibatkan isteri maupun anak untuk bekerja. Strategi konsumsi yang diterapkan adalah menekan pengeluaran, dimana pada bidang pendidikan dilakukan dengan membatasi tingkat pendidikan anak: pengadaan pakaian dilakukan dengan membeli pakaian bekas, jarang membeli pakaian, dan berupaya memperoleh pakaian bekas dari kerabat; dalam pengadaan susu untuk anak adalah membeli susu yang harganya murah, emngurangi frekuensi minum susu, bahkan meniadakan susu untuk anak. Dalam mendapatkan bantuan, buruh menjadikan teman kerja sebagai prioritas utama, diikuti penggunaan jasa koperasi, kerabat dan tetangga. Buruh juga berupaya mendapatkan akses pada program rasskin dan PKH. Dengan menerapkan strategi tersebut, pendapatan buruh meningkat walau tidak tinggi. Secara umum buruh mampu memenuhi kebutuhan pangan walau kualitasnya belum tergolong baik. Buruh ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan anak secara baik ditinjau dari tingkat pendidikan anak dan kualitas sekolah anak. Program jamsostek membantu buruh memenuhi kebutuhan kesehatan. Secara umum buruh mampu memenuhi kebutuhan tempat tinggal, lebih setengah menempati rumah sendiri. Kata kunci : Strategi mempertahankan hidup, kesejahteraan buruh, pemenuhan kebutuhan hidup.


(4)

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FAKULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCIES DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

NAME : RIZKY TRI NANDA NIM : 100902066

ABSTRACT

THE STRATEGY OF LABORER GET SUSTAIN LIFE

(STUDY CASE IN PT. PUTERA MANDIRI SUB-DISTRICT BUKIT SOFA DISTRICT SIANTAR SITALASARI PEMATANGSIANTAR CITY)

(Thesis consist of 6 chapters, 120 pages, 45 tables, 26 bibliographies and attachments)

The low wages as laborers or employees, while the price of various needs always increase resulted in workers must meneraokan specific strategy to maintain family life. This research specifically conducted studies and and aims to understand the strategy of workers in sustaining life.

The research is descriptive research, aims to describe the strategy of workers in sustaining life. As many as 20 people from 102 the laborer who works in PT. Putera Mandiri in urban village hill couch Sub-District Siantar Sitalasari City Pematangsiantar involved as the sample. Sampel withdrawal of the technique used is random simple. Data obtained through the spread of the questionnaire, furnished with interviews and observations and analyzed in kualitatif-deskriptif.

The analysis of data show that the majority of the family economic hardship workers discuss family and working more hours, open a business in the house, and involving wife and children to work. Strategy was to hit consumption expenditure applied, where in the field of education done to limit the level of education of children: procurement clothes are carried by buying used clothing, rarely buy clothes, clothes and try to obtain from relatives; in the procurement of milk for children is to buy cheap the price of milk, emngurangi the frequency of drinking milk, even eliminate milk for children. In obtaining assistance, laborers make friend from work as the main priority, followed demand for cooperatives, relatives and neighbors. Labors effort to get access to the program rasskin and pkh .By applying the strategy, labor income increased though not high. In general a laborer able to meet their food needs although its quality not yet have good discipline. Labor is not able to meet the needs in terms of education of children in the level of education of children and the quality of school children. The scheme to help meet the needs of workers health .In general laborers unable to meet the needs of residence, occupying more than half their own house.

Keyword: strategy sustain life, the welfare of the workers the fulfillment of a need alive.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini serta teriring Shalawat dan Salam Penulis haturkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia keluar dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu dan islam. Penulisan skripsi ini berjudul STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (STUDI KASUS DI PT. PUTERA MANDIRI KELURAHAN BUKIT SOFA KECAMATAN SIANTAR SITALASARI KOTA PEMATANGSIANTAR). Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya, Irwansyah Tanjung dan Suwarni yang telah mendoakan serta memberikan cinta, kesabaran, perhatian, bantuan dan pengorbanan yang tak ternilai sehingga saya dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan formal hingga Strata Satu (S1). Semoga Allah SWT memberikan umur yang panjang dan rezeky yang berkah kepada beliau untuk dapat melihat apa yang sudah mereka perjuangkan selama ini, Amin ya Robbal Al-Amin.

Dalam proses penyusunan skripsi ini saya juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan ucapan terima kasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan, saya menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M. Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;


(6)

2. Ibu Hairani Siregar, M. Si selaku ketua Departement Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Agus Suriadi, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis penuh dengan kesabaran atas segala kekurangan dan keterlambatan penulis, mengarahkan dan meluangkan waktu selama penulisan skripsi;

4. Ibu Zuraida Hanum, Bang Ria Lesmana, Kak Debi dan staff-staff administrasi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

5. Kepada semua Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Denny Arifin. SE dan Bobby Arifin. SH selaku Pimpinan di PT. Putera Mandiri;

Secara istimewa penulis juga mengucapkan Terimakasih kepada :

7. Kakak saya Irma Wani Tanjung. Amd terimakasih atas kasih sayang yang kakak berikan. Yang tenang di sana kak, kami selalu mendoakanmu; Abang saya Eko Nurdiansyah Tanjung terimakasih bang atas motifasi dan dukungan-nya; Adik saya Firza Amelia Tanjung belajar yang rajin jgn melawan aja tau nya;

8. Saudara tercinta mulai dari Kakek, Nenek, Pakcik Adi, Pakcik Isu, Etek Denti, Etek Neti, Etek Ijun, Etek Upik, Paman Nono, Paman adit, Ibu Cece, Ibu ati, Ibu devi dan juga Sepupu-sepupu ku makasih atas doanya, sukses buat kalian semua. 9. Papa Jainal & Mama Yusniar terimakasih atas motifasi dan dukungan nya Pa, Ma. Kak Rina Widya, Kak Dina, terimakasih atas segala kasih sayang serta dukungan-nya. Kak Ayu, heh!!! temi jangan merepet aja la temi, semoga tahun depan uda ada yang ngelamar ya temi, Amin,


(7)

Adek Novi. terimakasih codet uda doain abang. Buat adek, abang doain cepat wisuda, sukses terus buat usahanya yang terakhir cepat dapet pacar ya codet. Kalo ga gara-gara adek ga wisuda-wisuda abang sampe si Chayla SMA;

10. Keponakan-keponakan ku Revansyah, Cut Chayla, Cut Clara, Cut Khanaya semoga jadi anak yang berbakti dan taat kepada Allah SWT dan kepada ke2 orang tua. Makasih udah buat Uncle lupa sama penatnya dunia;

11. Terimakasih juga buat kawan-kawan kesoss stambuk 2010 yang tidak dapat disebutkan nama nya satu persatu;

12. Buat semua rekan-rekan Baktiar, Bahri, Ganta, Fahmi, Dek Nando, Meisyah, Cumy, Edward, Iwin. Dyah, Febi, Tita, Mala, Baginda, Khibran, Aditya Hartomo, Dimas terimakasih atas bantuan nya selama ini:

Medan, 31 Juli 2015

Rizky Tri Nanda 100902066


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Straegi ... 12

2.2 Buruh ... 13

2.3 Mempertahankan Hidup ... 17

2.4 Pengupahan ... 18

2.4.1 Defenisi Upah, Kedudukan dan Fungsi ... 18


(9)

2.4.3 Upah Minimum ... 21

2.5 Kesejahteraan Sosial ... 21

2.5.1 Definisi Kesejahteraan Sosial ... 21

2.6 Regulasi dan Kontrol terhadap Relasi Kerja Subkontrak ... 23

2.7 Peranan Pemerintah Dalam Mengatur Ketenagakerjaan Pemerintah ... 27

2.7.1 Pengaturan Waktu Kerja ... 28

2.7.2 Outsoursing ... 28

2.8 Kerangka Pemikiran ... 31

2.9 Defenisi Konsep ... 34

2.10 Defenisi Operasional ... 35

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40


(10)

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian ... 42

4.2 Visi Dan Misi Perusahaan ... 43

4.2.1 Visi... 43

4.2.2 Misi ... 43

4.3 Struktur PT. PUTERA MANDIRI ... 43

4.4 Aktivitas Perusahaan ... 46

BAB V : ANALISIS DATA 5.1 Kharakteristik Umum Responden ... 48

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga ... 52

5.3 Strategi Dalam Mempertahankan Hidup Keluarga ... 61

5.3.1 Strategi Produksi/Pendapatan Keluarga ... 62

5.3.2 Strategi Konsumsi/Keluarga ... 64

5.3.3 Strategi Jaringan/Relasi ... 72

5.4 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga ... 79

5.4.1 Bertambahnya Pendapatan Keluarga ... 79

5.4.2 Terpenuhinya Kebutuhan Pokok Keluarga ... 83

5.4.3 Terpenuhinya Pendidikan Anak... 89


(11)

dan Jaminan Hari Tua ... 90

5.4.5 Terpenuhinya Kebutuhan Tempat Tinggal

dan Fasilitas Keluarga ... 95

BAB VI : PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 99

6.2 Saran...102


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia...48

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangasa ...50

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ...51

Tabel 5.5 Distribusi Resoponden Berdasarkan Pendidikan ...52

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Karyawan/Buruh ...53

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Upah Tanpa Lembur ...54

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Cukup Tidaknya Upah Tanpa Lembur Memenuhi Kebutuhan Keluarga ...55

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Mulai Kapan Kesulitan Ekonomi Keluarga Dirasakan ...56

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan Kesulitan Ekonomi Keluarga Yang Dirasakan ...57

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Kesulitan Ekonomi Dibicarakan Dalam Keluarga ...58

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Ditemukantidaknya Jalan Keluar Menyelesaikan Kesulitan Ekonomi Keluarga ...60

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Upaya Utama Yang Dilakukan Keluarga Dalam Mengatasi Kesulitan Ekonomi Keluarga...62


(13)

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Tidak Menambah Jam Kerja Dalam Mengatasi Kesulitan Ekonomi Keluarga ...63

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak Usia Sekolah Tetapi Tidak Sedang Sekolah ...64

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Pada Tingkat Pendidikan Mana Anak Berhenti sekolah ...65

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Anak Berhenti Sekolah .67

Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Berpengaruh Tidaknya Kesulitan Ekonomi Terhadap Pembelian/Pengadaan Pakaian Keluarga ...68

Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Strategi Utama Pengadaan Pakaian Keluarga ...69

Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Berpengaruh Tidaknya Kesulitan Ekonomi Terhadap Pemenuhan Susu Anak ...70

Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Strategi Utama Pengadaan Susu Anak ...71

Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Menceritakan/Mengeluh Kesulitan Ekonomi Keluarga Kepada Kerabat ...72

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Pada Pihak Mana Yang Utama (Paling Sering) Minta Bantuan Saat Keluarga Membutuhkan Bantuan ...


(14)

Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Berupaya Atau Tidak Memperoleh Raskin ...74

Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Atau Tidaknya Memperoleh Rasskin ...76

Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Upaya Memperoleh Program Keluarga Harapan (PKH) ...77

Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Memperoleh Program Keluarga Harapan (PKH) ...78

Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Peningkatan Pendapatan Keluarga Setelah Menempuh Menambah Jam Kerja Sebagai Strategi Utama ...79

Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Peningkatan Pendapatan Keluarga Setelah Menempuh Cara Membuka Usaha Dirumah Sebagai Strategi Utama ...80

Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Peningkatan Pendapatan Keluarga Setelah Menempuh Cara Mengikutsertakan Istri Bekerja Sebagai Strategi Utama ...82

Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Peningkatan Pendapatan Keluarga Setelah Menempuh Cara Mengikutsertakan Anak Bekerja Sebagai Strategi Utama ...83


(15)

Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Makan Daging Perminggu ...85

Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Makan Telur Perminggu ...86

Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Makanan Yang Dikonsumsi ...87

Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Pokok Secara Umum ...88

Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak ...89

Tabel 5.38 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam Program Jamsostek ...90

Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan Cepat Tidaknya Berobat Jika Sakit ...91

Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas/Tempat Berobat Keluarga Yang Paling Sering Digunakan ...92

Tabel 5.41 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan ...93

Tabel 5.42 Distribusi Responden Berdasarkan Jaminan Hari Tua ...94

Tabel 5.43 Distribusi Responden Berdasarkan Layak Tidaknya Rumah Yang Ditempati ...95


(16)

Tabel 5.44 Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Rumah Yang Ditempati ....96

Tabel 5.45 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah Yang Ditempati ...97

Tabel 5.46 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tempat Tinggal ...98


(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : RIZKY TRI NANDA NIM : 100902066

ABSTRAK

STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (STUDI KASUS DI PT. PUTERA MANDIRI KELURAHAN BUKIT SOFA KECAMATAN SIANTAR SITALASARI KOTA PEMATANGSIANTAR)

(skripsi terdiri dari 6 bab, 102 halaman, 45 tabel, 26 kepustakaan serta lampiran) Rendahnya upah sebagai buruh/karyawan, sementara harga berbagai kebutuhan senantiasa meningkat mengakibatkan buruh harus meneraokan strategi khusus untuk mempertahankan hidup keluarga. Penelitian ini secara khusus melakukan kajian dan dan bertujuan untuk mengetahui strategi buruh dalam mempertahankan hidup.

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif, bertujuan menggambarkan strategi buruh dalam mempertahankan hidup. Sebanyak 20 orang dari 102 orang buruh yang bekerja di PT. PUTERA MANDIRI yang ada di kelurahan bukit sofa kecamatan siantar sitalasari kota pematangsiantar dilibatkan sebagai sampel. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah acak sederhana. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner, dilengkapi dengan wawancara dan observasi dan dianalisis secara kualitatif-deskriptif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa mayoritas keluarga buruh membahas kesulitan ekonomi keluarga dan menambah jam kerja, membuka usaha di rumah, dan melibatkan isteri maupun anak untuk bekerja. Strategi konsumsi yang diterapkan adalah menekan pengeluaran, dimana pada bidang pendidikan dilakukan dengan membatasi tingkat pendidikan anak: pengadaan pakaian dilakukan dengan membeli pakaian bekas, jarang membeli pakaian, dan berupaya memperoleh pakaian bekas dari kerabat; dalam pengadaan susu untuk anak adalah membeli susu yang harganya murah, emngurangi frekuensi minum susu, bahkan meniadakan susu untuk anak. Dalam mendapatkan bantuan, buruh menjadikan teman kerja sebagai prioritas utama, diikuti penggunaan jasa koperasi, kerabat dan tetangga. Buruh juga berupaya mendapatkan akses pada program rasskin dan PKH. Dengan menerapkan strategi tersebut, pendapatan buruh meningkat walau tidak tinggi. Secara umum buruh mampu memenuhi kebutuhan pangan walau kualitasnya belum tergolong baik. Buruh ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan anak secara baik ditinjau dari tingkat pendidikan anak dan kualitas sekolah anak. Program jamsostek membantu buruh memenuhi kebutuhan kesehatan. Secara umum buruh mampu memenuhi kebutuhan tempat tinggal, lebih setengah menempati rumah sendiri. Kata kunci : Strategi mempertahankan hidup, kesejahteraan buruh, pemenuhan kebutuhan hidup.


(18)

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FAKULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCIES DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

NAME : RIZKY TRI NANDA NIM : 100902066

ABSTRACT

THE STRATEGY OF LABORER GET SUSTAIN LIFE

(STUDY CASE IN PT. PUTERA MANDIRI SUB-DISTRICT BUKIT SOFA DISTRICT SIANTAR SITALASARI PEMATANGSIANTAR CITY)

(Thesis consist of 6 chapters, 120 pages, 45 tables, 26 bibliographies and attachments)

The low wages as laborers or employees, while the price of various needs always increase resulted in workers must meneraokan specific strategy to maintain family life. This research specifically conducted studies and and aims to understand the strategy of workers in sustaining life.

The research is descriptive research, aims to describe the strategy of workers in sustaining life. As many as 20 people from 102 the laborer who works in PT. Putera Mandiri in urban village hill couch Sub-District Siantar Sitalasari City Pematangsiantar involved as the sample. Sampel withdrawal of the technique used is random simple. Data obtained through the spread of the questionnaire, furnished with interviews and observations and analyzed in kualitatif-deskriptif.

The analysis of data show that the majority of the family economic hardship workers discuss family and working more hours, open a business in the house, and involving wife and children to work. Strategy was to hit consumption expenditure applied, where in the field of education done to limit the level of education of children: procurement clothes are carried by buying used clothing, rarely buy clothes, clothes and try to obtain from relatives; in the procurement of milk for children is to buy cheap the price of milk, emngurangi the frequency of drinking milk, even eliminate milk for children. In obtaining assistance, laborers make friend from work as the main priority, followed demand for cooperatives, relatives and neighbors. Labors effort to get access to the program rasskin and pkh .By applying the strategy, labor income increased though not high. In general a laborer able to meet their food needs although its quality not yet have good discipline. Labor is not able to meet the needs in terms of education of children in the level of education of children and the quality of school children. The scheme to help meet the needs of workers health .In general laborers unable to meet the needs of residence, occupying more than half their own house.

Keyword: strategy sustain life, the welfare of the workers the fulfillment of a need alive.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah terpenting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal dibelahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan & investasi, dan masalah lainnya yang menjurus kearah tindakan kekerasan dan kejahatan.

Kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup; kelaparan, dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk; keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; peningkatan kematian akibat penyakit; tunawisma dan perumahan yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; dan diskriminasi sosial dan pengucilan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menambahkan kemiskinan dicirikan oleh kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial, dan budaya seperti pengangguran, tindakan kriminalitas, kelaparan, kematian, dan lain-lain (Barrientos, 2010.

www.bappenas.go.id).

Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan membuat banyak


(20)

masyarakat indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam hal bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada di Negara Indonesia maupun diseluruh dunia.

Dalam buku karangan Remi dan Tjiptoherijanto (2002) yang berjudul Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia disebutkan bahwa penyebab utama kemiskinan suatu rumah tangga adalah rendahnya pendapatan yang mereka terima, sedangkan karakteristik penduduk miskin tersebut antara lain adalah memiliki rata -rata jumlah tanggungan yang banyak. Jumlah anggota rumah tangga adalah indikasi yang dominan dalam menentukan miskin atau ketidakmiskinannya rumah tangga. Tingkat pendidikan juga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan rumah tangga bukan miskin.

Angka statistik selalu memberikan informasi bahwa masih banyaknya jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia yang dikategorikan supermiskin oleh World Bank pada tahun 2007 mencapai 39 juta orang atau 17,75 persen dari total populasi. Badan pusat statistik (BPS) mencatat, bahwa pada tahun 2007 jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 37,17 juta dari seluruh penduduk Indonesia. Dan pada tahun 2008 jumlah orang miskin mencapai 34,96 juta atau 15 persen dari total penduduk Indonesia, pada tahun 2009 jumlah orang miskin mencapai 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta jiwa atau 13,33 persen dari total seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2011 BPS menghitung, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 30,02 juta orang atau 12,49 persen dari total seluruh penduduk di Indonesia. Jumlah ini


(21)

mengalami penurunan 1 juta orang atau 3,2% dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun lalu yang mencapai 31,02 juta orang. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), berkurang 0,89 juta orang (0,53 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang atau 12,49 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Pada tahun 2013 kemarin BPS mengumumkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07 juta orang atau 11,66 persen dari jumlah keseluruhan masyarakat di Indonesia. Meski menunjukkan angka penurunan, bukan berarti upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah saat ini sudah berhasil secara maksimal karena angka kemiskinan sering bergerak secara fluktuatif dari tahun ke tahun (http://myaminpancasetia.wordpress.comdiakses pada tanggal 04 Februari 2015).

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukannya perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan

(http://www.pnpm-mandiri.or.id,kemiskinan-di-indonesia-htmldiakses pada tanggal 04 Februari 2015).

Setiap negara memiliki tugas untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi antar negara, yang bertepatan dengan ekonomi global akan memicu tumbuhnya persaingan ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan tidak lepas dari


(22)

pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, mampu bersaing dengan tenaga kerja lainnya.

Pertumbuhan ekonomi adalah prasyarat untuk meningkatkan lapangan kerja produktif; ini merupakan hasil gabungan dari peningkatan dalam kesempatan kerja dan peningkatan dalam produktifitas tenaga kerja. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan ekonomi menetapkan batasan absolut dimana pertumbuhan dalam kesempatan kerja dan pertumbuhan dalam produktivitas tenaga kerja dapat terjadi. Persaingan tenaga kerja yang semakin hari semakin ketat dan sedikitnya lapangan kerja menyebabkan timbulnya banyak pengangguran. Pengangguran ini disebabkan oleh daya saing yang lebih ketat dan juga dalam sebuah persaingan tersebut yang diutamakan adalah sumber daya manusianya. Rendahnya tingkat pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kita dalam kualitas pekerjaan dan sumber daya manusia. Untuk memenuhi kebutuhan setiap orang yang menganggur terpaksa bekerja di sektor informal.

Meluasnya fenomena sektor dan informalisasi tenaga kerja di Indonesia merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini dipandang positif dalam kerangka perekonomian sebagai unsur dinamis yang patut dipelihara dan ditumbuh kembangkan. Tetapi, dalam konteks perburuhan, selain dipandang positif hal ini juga dipandang negatif ketika menyangkut prospek jaminan sosial dan pengorganisasian buruh.

Hingga saat ini dampak krisis global masih nyata. Terlihat antara lain pada pertumbuhan yang sangat lambat atas permintaan tenaga kerja. Pengurangan penggunaan dan pemanfaatan jumlah tenaga kerja dan jam kerja tentu akan mengakibatkan makin mengecilnya sumber pendapatan terhadap rumah tangga - rumah tangga konsumen. Padahal sector rill hanya akan mungkin bergairah jika


(23)

didukung oleh daya beli masyarakat yang memadai sehingga aktifitas produksi akan menemukan gairahnya. Kondisi seperti ini sangat nyata, antara lain pada sector industri, yang antara lain ditandai dengan PHK pekerja di berbagai pabrik.

Penawaran tenagakerja yang jauh lebih tinggi atau tidak seimbang dibandingkan dengan permintaan tenagakerja sebagai salah satu dampak krisis global mengakibatkan posisi tawar tenagakerja atas manajemen perusahaan tempat mereka bekerja sangat rendah. Hal ini antara lain berakibat pada penentuan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara 2014 yang hanya sebesar Rp 1.505.850, naik pada tahun 2015 menjadi Rp 1,625.000 atau 7,91%, hal ini sangat jauh dari tuntutan buruh yang mencapai Rp. 2.000.000.

Jika pada tahun 2014, buruh sudah dipaksa menjalani hidup dengan berbagai kesulitan akibat rendahnya upah, maka untuk tahun 2015, mereka dipaksa lagi untuk menjalani hidup yang lebih sulit. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kenaikan upah dengan laju inflasi. Sebagai suatu perbandingan, k enaikan gaji Pegawai Negeri Sipil yang mengikuti laju inflasi mencapai rata-rata 15%. Dengan demikian, kenaikan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara 2015 yang hanya 7,91% sangat memprihatinkan kehidupan buruh. Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara 2015 yang hanya Rp 1,625.000 juga tidak sebanding dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan gaji Pegawai Negeri Sipil terendah untuk tahun 2015 sebesar Rp 2.300.000, mengalami peningkatan dari tahun 2014 yang sebesar Rp 1.895.700 (www.blognya-musthofa.co.cc, diakses 05 Februari 2015).

Upah yang berlaku di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 1,625.000 adalah upah minimum, dalam arti Pemerintah Kota dan Kabupaten di Sumatera Utara dapat menyesuaikan, dalam arti dapat menetapkan lebih besar dari yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sebagai contoh, Upah Minimum Kota Medan


(24)

tahun 2015 adalah sebesar Rp 2.037.000, sedangkan Upah Minimum Kota PematangSiantar tahun 2011 adalah sebesar Rp 1.626.000 (www.hileud.com/kua-ppas-pematangsiantar, diakses 05 Februari 2015).

Dengan upah minimum kota PematangSiantar yang demikian rendah dan tidak akan mencukupi pemenuhan kebutuhan minimum, secara pasti tidak akan dapat membawa buruh dan keluarganya pada kondisi hidup yang layak. Namun kondisi yang lebih buruk kemungkinan dapat terjadi karena tidak semua perusahaan tempat buruh bekerja melaksanakan ketentuan upah minimum yang demikan rendah yang ditetapkan oleh pemerintah setempat. Kedudukan buruh yang demikian rendah dalam posisi tawar sebagai akibat ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja sering mengakibatkan buruh hanya pasrah saat manajemen perusahaan tempat mereka bekerja menetapkan gaji mereka dibawah minimum yang telah ditetapkan pemerintah.

Kemiskinan yang dialami buruh yang kebanyakan menjadi buruh kontrak tanpa jaminan masa depan, pemutusan hubungan kerja akibat masa kontrak habis dan menjerumuskan buruh industri ke jurang kemiskinan. Saat mereka menerima upah minimum provinsi sebagai gaji bulanan, kualitas hidup mereka sebenarnya sudah rendah. Hilangnya pekerjaan menjadikan mereka sebagai orang miskin. Hal yang paling nyata yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari para buruh kontrak. Untuk menghadapi keadaan tersebut, perlu adanya suatu strategi adaptasi dan strategi bertahan atau coping strategies yang harus dilakukan keluarga buruh untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.

Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari yang berada di Kota Pematang Siantar adalah kelurahan yang berada dekat dengan pusat Kota Pematang Siantar. Posisi Kelurahan Bukit Sofa yang cukup dekat dengan kota Pematang Siantar


(25)

mengakibatkan biaya hidup yang cukup tinggi. Sehingga biaya hidup penduduk yang ada di daerah ini setara dengan biaya hidup penduduk yang ada di daerah perkotaan. Disisi lain upah yang berlaku bagi buruh yang ada di Kelurahan Bukit Sofa sesuai dengan status administrasi pemerintah yaitu lebih rendah dibandingkan dengan upah minimum kota-kota besar misalnya Kota Medan.

Dalam menyiasati hidup, sesuai dengan tingkat tingkah upah yang rendah dengan biaya hidup yang relatif tinggi, buruh dan keluarganya tentu senantiasa bertahan untuk hidup. Dalam upaya mempertahankan hidup dengan situasi yang sulit, mereka menerapkan berbagai macam strategi atau upaya baik yang berkenaan dengan produksi atau penghasilan, konsumsi maupun relasi atau jaringan. Strategi produksi atau pendapatan bertujuan untuk menambah pendapatan keluarga, seperti dengan menambah jam kerja, mengikutsertakan istri bekerja membuka usaha di rumah ataupun di luar rumah dan lain–lain. Strategi konsumsi bertujuan melakukan seleksi atau barang–barang kebutuhan maupun seleksi kebutuhan keluarga yang menjadi prioritas untuk dipenuhi. Sedangkan strategi relasi atau jaringan antara lain menjalin relasi dengan teman kerja, kerabat maupun tetangga sehingga ketika keluarga membutuhkan bantuan berbagai pihak tersebut dapat menjadi tumpuan mendapatkan bantuan. Juga menggunakan jaringan yang mampu menjadikan mereka mendapatkan akses terhadap program pelayanan pemerintah yang secara khusus di tujukan kepada buruh maupun masyarakat miskin secara umum, seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( JAMSOSTEK ), program beras untuk keluarga miskin ( RASKIN ), bantuan langsung tunai ( BLT ), program keluarga harapan ( PKH ) dan program pelayanan pemerintah lain-nya.

Terlepas dari kondisi yang dialami para buruh dan keluarganya, sebagai tenaga kerja, buruh senantiasa dituntut mampu menghasilkan produktifitas berupa barang dan jasa


(26)

bagi perusahaan. Karena dari berbagai jenis faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang memegang peranan utama, sebab pada dasarnya produksi yang memegang peranan utama, sebab pada dasarnya produksi dan teknologi hasil karya manusia juga. Telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah berusaha keras untuk memenuhi dan membenahi masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Belum mampunya Indonesia mencukupi sepenuhnya kebutuhan – kebutuhan dalam negeri dan rendahnya tingkat kualitas hasil produksi, merupakan suatu indikasi rendahnya produktifitas, yang pada gilirannya mempengaruhi penerimaan negara karena tidak mampu bersaing baik di pasar dalam maupun pasar luar negeri.

Tinggi rendahnya suatu produktifitas dipengaruhi oleh banyak faktor dimulai dari yang sederhana misalnya sikap, disiplin karyawan sampai hal–hal yang rumit seperti teknologi dan manajemen. Oleh karena itu produktifitas perlu di tingkatkan melalui pengelolaan yang terpadu serentak menyangkut pembentukan sikap mental, perbaikan sistem, pendidikan dan latihan serta peningkatan nutrisi sumber daya manusia (SDM).

Selain itu produktifitas banyak diartikan sebagai kemampuan seperangkat sumber– sumber ekonomi untuk menghasilkan sesuatu atau diartikan juga perbandingan antara pengorbanan (input) dengan penghasilan (output). Semakin kecil pengorbanan yang diperlukan untuk mencapai suatu target penghasilan dikatakan sebagai produktif sebaliknya semakin tinggi persyaratan yang diperlukan untuk mencapai penghasilan tertentu dikatakan kurang produktif. Produktifitas kerja seorang buruh biasanya terwujud sebagai prestasi karyawan tersebut di lingkungan kerjanya, seorang buruh ingin bisa mencapai prestasi yang setinggi–tingginya dengan maksud agar dia bisa memperoleh imbalan yang sebesar–besarnya sesuai dengan prestasi


(27)

yang dicapainya, karena dengan imbalan yang besar ini diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraanya.

Berdasarkan kondisi yang secara umum dialami oleh buruh yang bekerja di PT. Putera Mandiri sebagai mana dikemukakan sebelumnya, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan tersebut dalam bentuk penelitian dan hasilnya dituangkan dalam skripsi dengan judul “STRATEGI BURUH DALAM

MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)”.

1.2Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangatlah penting dalam suatu penelitian agar diketahui arah jalannya penelitian tersebut. Arikunto (1993:17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Buruh Dalam

Mempertahankan Hidup di PT. Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)”.

1.3Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Strategi Buruh Dalam


(28)

Mempertahankan Hidup di PT. Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar”.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi diri sendiri maupun pihak yang lain yang berkepentingan. Adapun manfaat dari penelitian ini yakni:

1. Memberikan kontribusi keilmuan tentang pengetahuan mengenai kemampuan bertahan hidup suatu masyarakat yang bekerja sebagai buruh.

2. Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa FISIP USU serta menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis

3. Sebagai bahan referensi dalam memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat yang bekerja sebagai buruh sekaligus merumuskan suatu kebijakan dan model pemberdayaan masyarakat miskin pada umumnya dan buruh pada khususnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini meliputi latar belakang masalah , perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitan dan disertai dengan sistematika penulisan.


(29)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka penelitian, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti menggambarkan tentang metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini, lokasi penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini berisikan tentang gambaran umum tentang lokasi dimana penulis melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Dalam bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian secara singkat, jelas dan sesuai dengan permasalahan penelitian. Bab ini juga memaparkan mengenai saran yang berisikan berupa masukan dari peneliti terhadap bidang yang diteliti, baik itu secara teoritis maupun praktis.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti kepemimpinan dalam ketentaraan. Konotasi ini berlaku selama perang yang kemudian berkembang menjadi manajemen ketentaraan dalam rangka mengelola, mengkoordinasikan komando yang jelas (Dirgantoro, 2001: 5).

Strategi adalah serangkaian komitmen dan tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang di rancang untuk mengeksploitasi kompetensi inti (core competence) dan mendapatkan keunggulan kompetitif (Jatmiko, 2004: 134). Kompetensi inti merupakan sumber daya yang menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi suatu perusahaan atas pesaingnya.

Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima tahun ke depan dan karenanya berorientasi ke masa yang akan dating, strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional serta perlu mempertimbangkan faktor eksternal maupun internal yang dihadapi perusahaan (David, 2009: 19).

2.2. Buruh

Secara definitif “Buruh” dapat diartikan sebagai orang yang bekerja dibawah perintah orang lain, dengan menerima upah karena telah melakukan pekerjaan di perusahaan, dengan sekaligus mengesampingkan persoalan dengan pekerjaan bebas dan pekerjaan yang dilakukan, di bawah pimpinan orang lain, dan


(31)

mengesampingkan pula persoalan antara pekerjaan dan pekerja. Perumusan Hukum Perburuhan yang disebutkan di atas tidaklah meliputi para pegawai negeri. Meskipun secara yuridis teknis pegawai negeri adalah juga buruh yaitu orang yang bekerja pada pihak lain yaitu Negara dengan menerima upah (gaji) namun secara yuridis politis terhadap, mereka telah di perlakukan peraturan-peraturan tersendiri bagi mereka, di antaranya:

a) Undang-Undang No.8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. b) Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1967 tentang Peraturan gaji Pegawai

negeri Sipil Republik Indonesia tahun 1968.

Menurut prakteknya, pekerja itu dapat dibagi sebagai berikut:

A. Pekerja Anak

Anak ialah orang laki-laki atau perempuan berumur 14 tahun ke bawah dan tidak boleh menjalankan pekerjaan. Akan tetapi kenyataannya banyak anak menjalankan pekerjaan di sektor nonformal seperti: pedagang asongan, tukang semir, pemulung, penjual koran dan bekerja di perusahaan tertentu. Anak yang terpaksa bekerja adalah anak berumur 14 tahun, karena alasan sosial ekonomi bekerja untuk menambah penghasilan keluarga dan untuk dirinya sendiri.

Ketentuan yang harus dipenuhi pengusaha yang mempekerjakan anak yang terpaksa bekerja sebagai berikut:

a. Tidak boleh mempekerjakan lebih dari 4 jam sehari b. Tidak mempekerjakan pada malam hari


(32)

d. Memelihara daftar nama, umur dan tanggal lahir, tanggal mulai bekerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan.

B. Pekerja Muda

Orang muda adalah laki-laki maupun perempuan yang berumur 14 tahun hingga di bawah 18 tahun. Pekerja muda dapat menjadi pekerja, akan tetapi tidak dapat melakukan pekerjaan pada malam hari dan juga tidak boleh bekerja pada tempat yang berbahaya bagi kesehatan dan keselamatannya.

C. Pekerja Wanita

Pekerja wanita tidak dibenarkan menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan dan keselamatannya, demikian juga di tempat yang menurut sifat, tempat dan keadaannya berbahaya bagi kesehatannya.

D. Pekerja Dewasa

Pekerja dewasa adalah laki-laki atau perempuan yang berusia antara 18 tahun sampai 55 tahun. Pekerja dewasa ini sudah dapat mandiri membuat perjanjian kerja dengan pengusaha yang mempekerjakannya, dan dia telah cakap secara hukum untuk mengambil keputusan atas dirinya sendiri. Artinya cukup bertindak sebagai subjek hukum dia tidaklah memerlukan bantuan orang lain (Darwin Print, 1994:35)

Secara yuridis buruh adalah memang bebas, oleh karena itu prinsip Negara kita adalah bahwa tidak seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau diperhamba. Secara sosiologis adalah tidak bebas, sebab sebagai orang yang tidak mempunyai bekal hidup selain dari pada tenaganya itu, ia terpaksa bekerja pada orang lain. Perusahaan pada dasarnya menentukan syarat-syarat kerja yang harus dipenuhi oleh buruh.


(33)

Proses yang biasanya dilakukan karena dianggap pekerjaan paling mudah dan tidak memerlukan tenaga besar, termasuk kategori buruh harian. Buruh harian adalah pekerja yang perhitungan upahnya berdasarkan jumlah hari ia bekerja. Selanjutnya adalah buruh pada proses yang termasuk ke dalam kategori buruh borongan. Buruh borongan adalah pekerja yang perhitungan upahnya berdasarkan jumlah produksi yang dihasilkan masing-masing. Proses yang kedua bisa dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki, tetapi pada umumnya adalah perempuan. Sedangkan perbandingan antara buruh perempuan dan laki-laki biasanya berimbang (Anne, 2003: 140).

Dengan demikian segala sesuatu mengenai hubungan antara buruh dengan majikan itu diserahkan kepada kebijakan kedua belah pihak yang langsung berkepentingan. Oleh karena itulah Pemerintah mengadakan peraturan-peraturan dan tindakan-tindakan yang bertujuan melindungi pihak yang lemah (Pranomo, 1998: 4).

Antara pengertian buruh dan majikan dengan istilah pekerja, karyawan, pegawai, tenaga kerja dan pengusaha terdapat beberapa perbedaan sebagai berikut:

1. Pekerja ialah tiap orang yang melakukan pekerjaan, baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja yang biasanya disebut “buruh bebas” misalnya :dokter yang membuka praktek, pengacara, petani yang menggarap sawahnya sendiri. Buruh bebas ini dapat dinamakan swa pekerja.

2. Karyawan ialah setiap orang melakukan karya (pekerjaan): karyawan buruh, karyawan pengusaha, karyawan Angkatan Bersenjata dan lain-lain.

3. Pengusaha ialah tiap orang yang melakukan suatu usaha (entrepreneur) 4. Majikan ialah seorang pengusaha dalam hubungan dengan buruh. Menurut


(34)

orang atau badan hukum yang memperkerjakan buruh dengan memberikan upah.

5. Buruh ialah orang atau badan hukum yang memperkerjakan buruh dengan member upah.

Hubungan kerja ialah barang siapa bekerja pada majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian antara buruh dengan majikan dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah dan majikan menyatakan kesanggupannya untuk memperkerjakan buruh dengan membayar upah. Kebanyakan kondisi di tempat buruh bekerja ditentukan oleh kekuatan dan pengaruh buruh di pasar tenaga kerja. Apabila persediaan tenaga kerja lebih besar daripada permintaan (demand) akan tenaga kerja, harga tenaga kerja menjadi murah/rendah. Maka supaya tidak merosot harus diadakan keseimbangan.

Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti Serikat Buruh (labour Union) :

“Pada dasarnya antara pekerja dan pengusaha bukanlah dua kekuatan yang memiliki perbedaan kepentingan sehingga harus saling memenangkan dengan suatu kekuatan. Tetapi justru sebaliknya, mereka saling membutuhkan dan bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan yang sama, yaitu kesejahteraan bersama. Salah satu perwujudan dari upaya itu adalah dibentuknya suatu organisasi para pekerja, yaitu serikat buruh.

Serikat buruh merupakan serikat atau asosiasi untuk jangka waktu yang panjang dan berlangsung terus menerus dibentuk dan diselenggarakan dengan tujuan memajukan/mengembangkan kerja sama dan tanggung-jawab bersama baik antara para pekerja maupun antara pekerja dengan pengusaha. Jadi tujuannya dapat bersifat intern maupun ekstern. Intern, dalam rangka memajukan dan mengembangkan kerja


(35)

sama dan tanggung-jawab para anggota serikat buruh. Ekstern, dalam hubungannya dengan kerja sama dan tanggung-jawab terhadap pengusaha maupun lingkungan lainnya.

2.3. Mempertahankan Hidup

Kemauan dan kemampuan manusia untuk dalam lingkungan dan sekitarnya sebenarnya merupakan hal yang manusiawi sebagai penjelmaan dari daya piker mahluk yang sempurna. Hal seperti ini tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Pengertian mempertahankan hidup di sini adalah kemampuan seseorang untuk dapat bertahan hidup dari keadaan yang kurang menguntungkan di sekelilingnya. Timbulnya keinginan mempertahankan hidup adalah karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya. Faktor kesulitan antara lain :

1) Keadaan alam (cuaca, keadaan lingkungan) 2) Keadaan mahluk lain di sekitar kita

3) Keadaan diri sendiri

“Semangat untuk tetap hidup”, dengan semangat inilah yang akan tumbuh kekuatan pantang menyerah dalam keadaan sesulit apapun. Motivasi inilah yang akan selalu menumbuhkan harapan dengan disertai sifat-sifat positif dan juga keberanian. Kepercayaan diri merupakan tenaga potensial yang harus tetap dijaga. Dengan kepercayaan diri akan timbul kekuatan untuk melaksanakan segala sesuatu dengan penuh keyakinan.

Dalam mempertahankan hidup, belajar dari pengalaman sanagtlah berharga. Hampir seluruh materi pengajaran adalah kumpulan pengalaman. Pengalaman ini benar-benar sangat berharga baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Tidak ada yang membantah bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik.


(36)

ada baiknya banyak belajar dari penduduk setempat tentang pengalaman, pengetahuan dan kebiasaannya (Adiyuwono, 1996: 9).

2.4. Pengupahan

2.4.1. Defenisi Upah, Kedudukan dan Fungsi

Yang dimaksud dengan upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja termasuk tunjangan, baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya (PP Nomor 8 Tahun 1981).

Kedudukan dan fungsi upah adalah sebagai hak bagi para pekerja dan kewajiban bagi perusahaan yang merupakan sarana untuk memelihara dan meningkatkan kebutuhan hidup manusia, ditetapkan atas dasar nilai-nilai tugas seseorang pekerja dengan memperhatikan keseimbangan prestasi, kebutuhan pekerja dan kemampuan perusahaan.

Terdapat dua pandangan teori upah yang bisa diperbandingkan berkaitan dengan penelitian ini. Pertama, teori upah dalam perspektif Neo-klasik, disebut juga teori upah kompetitif dan kedua, teori upah nonkompetitif. Teori upah nonkompetitif berasal dari dua asumsi. Pertama, karena dipercaya ada hubungan antara upah yang makin tinggi dengan laba yang makin tinggi, atau asumsi kedua, karena ada perilaku tidak memaksimisasi (Fields dan Wolff, 1995: 107). Dalam perspektif nonkompetitif, ekonomi umumnya memilih asumsi yang pertama dan merumuskan teori upah alternatif, misalnya teori upah efisiensi, model ancaman serikat pekerja, atau model


(37)

keseimbangan dengan pengangguran. Teori upah efisiensi merupakan salah satu landasan mikro ekonomi kelompok Post Keynesian. Teori ini member landasan bahwa akan selalu ada pengangguran terpaksa (involuntaryunemployment) dan adanya industry fixed effect yang menyebabkan ketegaran upah, karena baik industry yang berupah tinggi maupun yang brupah rendah ternyata tidak melakukan penyesuaian, tetapi cenderung mempertahankannya.

Bukti-bukti adanya perbedaan upah antar industri diawali oleh Slichter (Slichter, 1950: 83), yang menunjukan bahwa selama 20-30 tahun struktur upah antar industri relatif tidak berubah. Penelitian Slichter diulangi oleh Allen (Allen, 1995: 307), dengan memperpanjang jarak waktu pengamatan korelasi struktur upah tersebut sampai 100 tahun.

Sejalan dengan temuan-temuan empiric itu, berkembang pula teori-teori yang berusaha menjelaskan fenomena perbedaan upah antarindustri tersebut. Salah satu penjelasan mengapa industry bersedia memberikan upah di atas harga yang seharusnya berlaku adalah terjadinya semacam bagi rente (rents sharing hypothesis)

antara pengusaha dan pekerja. Pengusaha memberikan upah lebih tinggi daripada harga yang berlaku dan pekerja memberikan upaya (effort)lebih baik. Akibatnya, produktifitas dan output akan meningkat.

Tingkat upahdi dalam setiap pasar tenaga kerja ditentukan kekuatan ekonomi yang berlawanan dari buruh dan majikan. Apabila buruh meningkatkan kekuatan ekonominya dengan cara bertindak bersama-sama melalui serikat-serikat buruhnya sebagai bargaining agent, maka mereka dapat meningkatkan upah mereka.

Baik karyawan maupun majikan memasuki pasar tenaga kerja tanpa harga permintaan/penawaran tertinggi dan terendah. Dalam batas-batas harga tersebut


(38)

individual yang berkekuatan lemah harus menerima tingkat upah yang terendah. Sebaliknya serikat buruh dapat menggunakan kekuatan ekonominya yang lebih besar untuk menuntut tingkat upah yang lebih tinggi.

2.4.2. Status Pekerja dan Sistem Pengupahan

Pada dasarnya sistem pengupahan dapat ditetapkan menurut waktu atau berdasakan upah potongan atau borongan atau kombinasi-kombinasinya. Dengan demikian jelas sistem pengupahan tidak boleh dikaitkan dengan status atau kedudukan pekerja.

Mekanisme penetapan upah pada dasarnya ditentukan melalui : a. Perjanjian kerja

b. Peraturan perusahaan c. Kesepakatan kerja bersama

d. Apabila ada perselisihan ditetapkan melalui P4 Daerah atau P4 Pusat

2.4.3. Upah Minimum

Adapun fungsi upah minimum adalah: A. Sebagai jaringan pengamanan

B. Untuk menangkat taraf hidup dan martabat golongan penerima upah terendah C. Untuk pemerataan pendapatan dalam upaya mewujudkan keadilan sosial

dalam penetapan upah minimum perlu diperhatikan berbagai hal, seperti : a. Kemampuan perusahaan

b. Keadaan perekonomian daerah atau nasional c. Tingkat pengupahan di sektor atau nasional


(39)

d. Tingkat pengupahan di sektor atau sub sector sejenis di suatu wilayah atau wilayah yang berdekatan

2.5. Kesejahteraan Sosial

2.5.1. Definisi Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan umum. Namun ada baiknya jika kata tersebut dipilah, yaitu kesejahteraan dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sejahtera artinya aman, sentosa, makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentrataman, kesenangan hidup, dan kemakmuran. Di dalam kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial tertentu saja.

Menurut Walter A. Friedlander, kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.

Dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

PBB mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu -individu dengan


(40)

lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik-teknik dan metode-metode dengan maksud supaya memungkinkan individu-individu, kelompok-kelompok, maupun komunitas-komunitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.

Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial, keuangan, kesehatan, dan rekreasi semua individu dalam masyarakat. Kesejahteraan sosial berupaya meningkatkan keberfungsian semua kelompok usia, tanpe memandang status sosial setiap individu. Ketika institusi lain dalam masyarakat, seperti ekonomi pasar atau keluarga, pada suatu waktu gagal memenuhi kebutuhan dasar individu atau kelompok masyarakat, maka dibutuhkan bentuk pelayanan sosial untuk membantu mereka.

Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun substansinya tetap sama dan mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera.


(41)

Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-ukuran seperti tingkat kehidupan (levels of living), pemenuhan kebutuhan pokok (basic needs fulfillment), kualitas hidup (quality of life), dan pembangunan manusia (human development).

Dari beberapa defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, dan kehidupan spiritual agar terwujud kehidupan yang layak dan bermartabat.

2.6. Regulasi dan Kontrol terhadap Relasi Kerja Subkontrak

Hubungan sub kontrak diatur didalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana dalam pasal 64 ditegaskan, “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa buruh yang dibuat secara tertulis”. Dengan demikian, pada pola relasi yang terbentur dalam kasus, sub kontraktor adalah “pemborong pekerjaan” dan sekaligus juga dapat dikategorikan sebagai agen penyedia buruh murah.

Selain dikategorikan sebagai hubungan pemborongan-pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja, relasi antara principal dan subkontraktor dalam kasus dapat disebut juga sebagai hubungan kerja atau hubungan buruh-majikan. Relasi kerja, menurut KUHPa buku III bab 7A, didefinisikan sebagai hubungan orang yang bekerja pada pihak lain yang menerima upah dari pihak lain itu.

Hal lain dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang harus mendapat perhatian sehubungan dengan “relasi buruh-majikan informal” adalah pasal 63 ayat (1) dan (2). Isi pasal ini membolehkan perjanjian paruh waktu tidak tertentu dibuat secara lisan, dan memberikan alternatif bagi pengusaha, termasuk


(42)

pengusaha besar untuk membuat surat pengangkatan bagi buruh sebagai pengganti surat perjanjian kerja. Surat pengangkatan ini akan sangat merugikan buruh karena: pertama, didalamnya tidak tercantum secara tegas hak dan kewajiban bagi pengusaha maupun buruh. Surat pengangkatan hanya menegaskan identitas buruh, jenis pekerjaan, dan besar upah ketika pertama kali mulai bekerja.

Regulasi yang memandang usaha-usaha kecil subkontraktor sebagai usaha kecil independen mungkin harus ditinjau kembali karena berimplikasi terhadap kelangsungan relasi antara principal dan subkontraktol. Maksudnya adalah relasi ini hanya di pandang sebagai “kerjasama yang setara” antara dua pengusaha independen. Jika hal ini terus berlangsung, maka kaum buruh dalam pabrik subkontraktor “yang berlandaskan relasi informal” akan terus berada dalam kondisi “ada” (exist).

Pola relasi sosial dan produksi yang terbangun dalam hubungan informal ini memberikan jaminan secara sosial-ekonomi bagi para buruh dan subkontraktor untuk tetap memperoleh pekerjaan, dengan berbagai aturan atau kedisiplinan yang relatif lebih longgar dibandingkan dengan hubungan formal pada usaha-usaha besar. Oleh karena itu, kondisi yang di pandang timpang dari sudut pandang ekonomi, dalam hal pertukaran sumber daya dan distribusi keuntungan, justru di pandang sebagai hal yang wajar dan tidak bisa diubah oleh buruh. Kondisi timpang tersebut dianggap setara dengan jaminan ekonomi yang mereka terima dari subkontraktor. Hal ini yang menyebabkan ketidak puasan buruh tidak pernah pecah menjadi perselisihan terbuka. Kestabilan hubungan antara subkontraktor dan buruh-buruhnya berdasarkan pada hubungan ketergantungan sosial-ekonomi satu dan lainnya. Hubungan dianatara mereka berdasarkan pada kewajiban dan interaksi timbale-balik. Dimensi hubungan kekuasaan (power relation) yang terkandung dalam relasi buruh-majikan dapat dikategorikan sebagai hubungan patron-client.


(43)

Majikan sebagai patron memberikan jaminan sosial-ekonomi dan buruh sebagai client memberikan pengabdian. Mengacu pada scott, apabila client dapat membatalkan hubungan dengan patron-nya, maka hubungan kekuasaan diantara keduanya relatif berimbang. Hal ini terjadi pada buruh yang bukan kerabat. Sebaliknya, bagi buruh yang memiliki ikatan kekerabatan sulit untuk memutuskan hubungan tersebut. Artinya, hubungan kekuasaan antara subkontraktor dengan buruh yang memiliki hubungan kekerabatan relatif tidak berimbang. Kemudian juga, tradisi hubungan patron-client dalam kerangka relasi buruh-majikan di dalam struktur desentralisasi produksi, merupakan kondisi yang justru menguatkan mekanisme.

Meskipun demikian, kedekatan hubungan antar buruh seperti ini merupakan modal sosial untuk kelangsungan hidup buruh tersebut. Komunitas sebagai social savety net selalu menjadi andalan individu maupun kelompok miskin. Ada berbagai istilah untuk menunjukkan jaminan sosial-ekonomi jenis ini, yaitu coping strategies,

coping mechanism, dan jaminan sosial informal/tradisional.

Untuk kepentingan praktis, ruang lingkup strategi dan mekanisme bertahan secara sederhana dapat dibedakan atas empat kelompok (Cook, dkk: 2003) yakni :

1. Penilaian terhadap strategi produksi yaitu penilaian yang menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan sumber sarana sehingga bisa meningkatkan pendapatan para buruh dalam meningkatkan kesejahteraannhya.

2. Penilaian terhadap strategi konsumsi yaitu penilaian yang lebih dititikberatkan pada pengurangan pengeluaran untuk konsumsi secara kualitas dan kuantitas, apakah sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan atau tidak.

3. Penilaian terhadap strategi relasi/jaringan yaitu penilaian terhadap pengembangan jaringan sosial yang dekat atau sumber daya eksternal, yaitu


(44)

komunitas-komunitas yang terdiri dari kerabat, teman dan tetangga serta organisasi non-pemerintah dan organisasi pemerintah.

4. Penilaian terhadap pengaruh (impact), yaitu penilaian yang mencakup dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu strategi.

Semua konsep ruang lingkup strategi dan mekanisme bertahan yang telah dipaparkan diatas bertujuan untuk menghadapi kesulitan ekonomi buruh di Indonesia.

2.7. Peranan Pemerintah dalam Mengatur Ketenagakerjaan Pemerintah

Pemerintah turut berperan dalam mengatur masalah Perburuan/Ketenagakerjaan. Mahalan peran itu sedemikian besar yang dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja.

Peran itu meliputi :

1. Pengawas Ketenagakerjaan

Bidang Pengawas Ketenagakerjaan bertugas untuk mengawasi kemungkinan terjadinya pelanggaran ketentuan-ketentuan normative, peraturan Ketenagakerjaan. Oleh karena itu bidang ini sekaligus menjadi atas terjadinya pelanggaran-pelanggaran tersebut yang berdimensi pidana.

2. Syarat-syarat dalam hubungan kerja

Kementrian Tenaga kerja dan Transmigrasi juga berperan menentukan syarat-syarat kerja dan hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha. Untuk itu Kementrian Tenag Kerja dan Transmigrasi bertugas mengawasi perjanjian kerja, perjanjian perburuhan, peraturan perusahaan yang dibuat, dan lain-lain.


(45)

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi juga berfungsi untuk menyediakan Tenaga Kerja yang diperlukan oelh suatu perusahaan.

4. Pengembangan dan perluasan kerja

5. Pembinaan keahlian dan kejuruan Tenaga Kerja

Misalnya dilakukan melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh Balai Latihan Kerja

6. Pembinaan norma-norma Kesehatan Kerja 7. Penyelesaian perselisihan perburuhan

8. Pengusutan/Penyidikan atas pelanggaran peraturan ketenagakerjaan (Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi)

2.7.1. Pengaturan Waktu Kerja

Undang-undang No. 12/19 tahun 1984 mengatur waktu kerja bagi para buruh selama tujuh (7) jam sehari atau sekitar 40 dalam satu minggu. Dalam hal pekerjaan itu berbahaya bagi kesehatannya atau keselamatan buruh,maka waktu kerja itu tidak boleh lebih dari enam (6) jam sehari atau 35 jam dalam seminggu. Akan tetapi dalam prakteknya ketentuan ini belum berjalan sebagaimana mestinya, karena masih ada perusahaan yang mempekerjakan buruh/pekerjanya lebih dari tujuh (7) jam sehari.

Undang-undang No. 12 tahun 1984 juga mengatur, bahwa setelah menjalankan pekerjaan selama empat (4) jam terus menerus, kepada buruh harus diadakan waktu istirahat sedikit-sedikitnya setengah jam lamanya. Waktu istirahat ini tidak termasuk jam kerja. Dan dalam satu (1) minggu buruh maksimum hanya bekerja selama enam (6) hari kerja. Dalam prakteknya adakalanya pengaturan waktu istirahat ini diatur secara bergilir, sehingga jalannya perusahaan dapat berlangsung terus.


(46)

2.7.2. Outsoursing

Outsoursing berasal dari kata out yang berarti keluar dan source yang berarti sumber. Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat ditarik suatu definisi operasional mengenai outsoursing yaitu suatu bentuk perjanjian kerja antara perusahaan A sebagai pengguna jasa dengan perusahaan B sebagai penyedia jasa, dimana perusahaan A meminta kepada perusahaan B untuk menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan A dengan membayar sejumlah uang dan upah atau gaji tetap dibayarkan oleh perusahaan B.

Pola perjanjian kerja dalam bentuk outsoursing secara umum adalah ada beberapa pekerjaan kemudian diserahkan ke perusahaan lain yang telah berdandan hukum, dimana perusahaan yang satu tidak berhubungan secara langsung dengan pekerja tetapi hanya kepada perusahaan penyalur atau pengerah tenaga kerja.

Pendapat lain menyebutkan bahwa outsoursing adalah pemberian pekerjaan dari satu pihak kepada pihak lainnya dalam 2 (dua) bentuk, yaitu :

1. Mengerahkan dalam bentuk pekerjaan.

Misalnya : PT. Panamas sebagai pemberi kerja, menyerahkan pekerjaannya kepada PT. Putra untuk melaksanakan pekerjaan pengantongan pupuk.

2. Pemberian pekerjaan oleh pihak I dalam bentuk jasa tenaga kerja.

Misalnya : PT. Sampoerna yang menyediakan jasa tenaga kerja yang ahli untuk dapat bekerja di PT. Musim Mas.

Model outsoursing dapat dibandingkan dengan bentuk perjanjian pemborongan bangunan walaupun sesungguhnya tidak sama. Perjanjian pemborongan bangunan dapat disamakan dengan sistem kontrak biasa sedangkan outsoursing sendiri bukanlah suatu kontrak. Buruh dalam perjanjian pemborongan


(47)

bangunan dapat disamakan dengan pekerja harian lepas seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja NR : PER. 06/MEN/1985 tentang Perlindungan Pekerja Harian Lepas adalah pekerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan dapat berubah-ubah dalam hal waktu maupun volume pekerjaan dengan menerima upah yang didasarkan atas kehadiran pekerja secara harian.

Perjanjian pemborongan bangunan akan berakhir anatara pengusaha dengan pekerja apabila obyek perjanjian telah selesai dikerjakan. Misalnya pembangunan jembatan, dalam hal jembatan telah selesai maka masa bekerjanya pun menjadi berakhir kecuali jembatan tersebut belum selesai dikerjakan. Sedangkan dalam outsoursing masa bekerja akan berakhir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan antara pengusaha dengan perusahaan penyediaan jasa tenaga kerja.

Upah yang diperoleh oleh pekerja outsoursing biasanya dalam bentuk Upah Minimum Provinsi (UMP). Walaupun ada kenaikan upah setiap tahun, hal tersebut dikarenakan adanya perubahan peraturan daerah tentang UMP untuk penyesesuain saja.

Kehendak untuk mendapatkan upah yang layak, jauh dari harapan pekerja outsoursing. Untuk pekerja tetap saja belum tentu mendapat upah yang layak. Namun paling tidak ada kreteria dalam penentuan skal upah, misalnya melalui penjenjangan upah.

Demikian juga terhadap tabungan pensiuan tidak mungkin akan didapatkan oleh pekerja outsoursing, walaupun mereka selalu memperpanjang perjanjian dari waktu ke waktu. Oleh karena itu perlu ada ketegasan dalam peraturan perundang-undangan bahwa setelah kontrak pertama atau kedua berakhir, pekerja outsoursing


(48)

2.8. Kerangka Pemikiran

Krisis ekonomi dan keuangan pada tahun 1997 ternyata merupakan awal dari krisis multidimensi yang gelombangnya sangat panjang dan berdampak luas, sehingga mengakibatkan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat terus melambung. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengatasi krisi tersebut, namun tidak membuahkan hasil yang maksimum. Dalam kondisi belum pulihnya perekonomian nasional, pada tahun 2008 perekonomian dunia dilanda krisis global yang berawal dari Amerika Serikat, dimana terjadi penurunan daya beli masyarakat yang pada gilirannya menurunkan produksi sektor industry yang berimbas pada kebijakan PHK serta posisi tawar buruh yang demikian rendah sebagai akibat ketidak seimbangan antara penawaran dengan permintaan tenaga kerja.

Penetapan upah minimum yang rendah dan kemungkinan perusahaan tempat buruh bekerja tidak melaksanakan ketetapan upah minimum menjadikan buruh dan keluarganya mengalami kesulitan dalam mempertahankan hidup. Hal ini terjadi karena rendahnya upah juga diikuti oleh laju inflasi yang cukup tinggi, sehingga keluarga buruh menghadapi masalah ketidak seimbangan antara upah yang menjadi sumber utama pendapatan keluarga dengan biaya hidup yang semakin tinggi.

Kondisi khusus terjadi pada buruh yang bekerja di PT. Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar, dimana kebijakan upah minimum disesuaikan dengan ketetapan upah minimum yang berlaku di Kota Pematang Siantar, sementara di PT. Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar terletak dalam kawasan Kota Pematang Siantar. Namun demikian buruh dan keluarganya senantiasa melakukan


(49)

upaya untuk mempertahankan hidup di tengah-tengah kesulitan yang ada melalui berbagai strategi tertentu, baik strategi yang terkait dengan produksi, konsumsi maupun dengan menggunakan relasi atau jaringan yang ada, baik keluarga, organisasi non Pemerintah maupun organisasi Pemerintah sehingga mendapatkan akses terhadap pelayanan sosial maupun pemberdayaan masyarakat miskin. Dengan menerapkan strategi tersebut buruh dan keluarganya dapat bertahan hidup, dalam arti terpenuhinya kebutuhan pokok, pendapatan keluarga bertambah, terpenuhinya pendidikan untuk anak, jaminan pemeliharaan kesehatan dan hari tua dan memiliki tempat tinggal dan fasilitas rumah yang layak.

Kondisi ekonomi buruh dan keluarganya yang sulit dan strategi yang diterapkan dalam mempertahankan hidup sehingga tercapai kondisi kehidupan tertentu sebagai mana telah dipaparkan di atas dan dapat digambarkan secara skematis dalam bentuk bagan alir pikiran sebagai berikut :


(50)

Gambar 2.1

Bagan Alir Pikiran

Krisis Ekonomi

Kesulitan Ekonomi

Keluarga Buruh

Strategi Mempertahankan

Hidup:

Strategi Produksi

Strategi Konsumsi

Relasi/Jaringan:

oKerabat, Tetangga, Rekan kerja

oOrganisasi non Pemerintah

oOrganisasi Pemerintah

 Pendapatan keluarga bertambah

 Terpenuhinya kebutuhan pokok

 Terpenuhinya pendidikan anak

 Jaminan pemeliharaan kesehatan dan hari tua  Memeliki tempat tinggal

dan fasilitas rumah yang layak


(51)

2.9. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989: 3). Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna dari konsep-konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut definisi konsep. Secara sederhana definisi diartikan sebagai batasan arti (Siagian, 2011: 138).

Penelitian yang dimaksud untuk mengetahui upaya buruh di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar dalam memepertahankan hidupnya, oleh karena itu untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka penulis merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang dipergunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan tidak muncul salah pengertian.

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Strategi diartikan sebagai suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau tujuan khusus. Strategi di sini adalah suatu cara yang dilakukan manusia untuk menghadapi masalah dan tantangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga keluarga nya

2. Buruh adalah orang yang bekerja di bawah perintah orang lain, dengan menerima upah karna melakukan pekerjaan di perusahaan, dengan sekaligus


(52)

mengesampingkan persoalan antara pekerjaan bebas dan pekerjaan yang dilakukan di bawah pimpinan orang lain

3. Mempertahankan hidup adalah usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pokok sandang, pangan, papan dan kesehatan

4. Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang, yang di tetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja.

2.10. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang mengambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,2009:120).

Defenisi operasional sering disebut sebagai proses opersasionalisasi konsep, yang berarti menjadi konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian,2011:141).


(53)

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (independent Variable)

Variabel bebas (x) adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi,1995 :57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi atau upaya buruh dalam mempertahankan hidup, meliputi :

a. Strategi produksi, yang dilihat dari aktivitas rumah tangga dalam memperoleh pendapatan tambahan seperti melalui perluasan anggota keluarga yang terlibat dalam aktivitas ekonomi dalam upaya menambah pendapatan keluarga.

b. Strategi konsumsi, yang dilihat dari segi perilaku konsumsi, seperti pemeilihan bahan, kuantitas, kualitas (termasuk merek) bahan-bahan konsumsi rumah tangga, baik pangan, pendidikan anak, maupun sandang.

c. Strategi relasi atau jaringan dilihat dari penggunaan jaringan yang ada, baik jaringan kerabat, tetangga , rekan kerja, organisasi non pemerintah maupun organisasi pemerintah dalam rangka memperoleh akses terhadap kebijakan atau program yang diperuntukkan dalam membantu atau pemberdayaan masyarakat miskin.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat (Y) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995 :57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah


(54)

kemampuan buruh dalam mempertahankan hidup melalui upaya yang dilakukannya, meliputi :

1. Pendapatan bertambah

2. Terpenuhinya kebutuhan pokok 3. Penididikan untuk anak

4. Jaminan kesehatan dan hari tua


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian ini berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52).

Penelitian desktiptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Dengan menggunakan metode deskriptif, peneliti akan membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang strategi buruh dalam mempertahankan hidup di PT. Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pemantang Siantar.

3.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pemantang Siantar. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena peneliti ingin mengetahui secara pasti bagaimana strategi buruh dalam mempertahankan hidup yang ada ditempat ini. Hal yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di tempat ini adalah karena masih sedikit yang melakukan penelitian mengenai buruh di di PT. Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pemantang Siantar. Khususnya, ditambah lokasi penelitian mudah dijangkau sehingga memudahkan peneliti untuk mengadakan riset.


(1)

28.Apakah kesulitan ekonomi yang Bapak hadapi berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan susu bagi anak?

a. Berpengaruh b. Tidak berpengaruh

29.(Berkaitan dengan pernyataan nomor 28) Jika berpengaruh, bagaimana cara utama keluarga Bapak menghadapinya?

a. Makin jarang minum susu b. Membeli susu yang lebih murah c. Tidak munum susu lagi

30.Apakah kesulitan ekonomi yang bapak hadapi berpengaruh terhadap pola atau frekuensi makan keluarga?

a. Berpengaruh b. Tidak berpengaruh

31.(Berkaitan dengan pertanyaan nomor 30) Jika berpengaruh, bagaimana cara utama keluarga bapak menghadapinya?

Boleh dipilih/dilingkari lebih dari 1 jawaban berikut a. Beli beras dan lauk yang lebih murah

b. Tidak selalu makan 3 kali dalam sehari c. Makan hanya 2 kali dalam sehari III.C. Strategi Relasi/Jaringan

32.Apakah bapak pernah menceritakan/mengeluh kesulitan ekonomi keluarga kepada sanak saudara?

a. Pernah b. Tidak pernah


(2)

33.Jika Bapak mengalamai kesulitan ekonomi, kepada siapa bapak meminta tolong? a. Kerabat

b. Teman sekerja

c. Teman lain (sebutkan) ... d. Tetangga

e. Koperasi/rentenir dengan bunga tertentu

34.Apakah pernah ada di lingkungan tempat tinggal bapak kegiatan LSM (Organisasi Non Pemerintah) atau pribadi yang membantu masyarakat miskin?

a. Ada b. Tidak ada

35.Jika Bapak menjawab (ada), sebutkan bentuk kegiatan yang dilakukan dan apakah Bapak beusaha mendapatkan?

Jenis kegiatan yang dilakukan : a. ... b. ... c. ... Reaksi bapak

a. Berpartisipasi/berusaha mendapat bantuan

b. Tidak berpartisipasi/tidak berusaha mendapat bantuan

Alasan bapak (sesuai dengan jawaban yang dipilih) : ... ...


(3)

36.Menghadapi kesulitan ekonomi, apakah Bapak berupaya memperoleh bentuan Pemerintah dalam bentuk raskin?

a. Berupaya b. Tidak berupaya

37.Apakah keluarga Bapak pernah mendapat bantuan pemerintah dalam bentuk Raskin (beras bagi keluarga miskin)?

a. Pernah b. Tidak pernah

38.Jika pernah mendapat bantuan Pemerintah dalam bentuk Raskin, berapa kali keluarga Bapak mendapat bantuan tersebut?

...kali ...kg

39.Jika pernah mendapat bantuan Pemerintah dalam bentuk Raskin, apakah Bapak merasa terbantu dengan bantuan Pemerintah tersebut?

a. Merasa terbantu, dan cukup berarti b. Merasa terbantu, tetapi kurang berarti c. Tidak merasa terbantu

40.Menghadapi kesulitan ekonomi, apakah Bapak berupaya memperoleh bantuan Pemerintah dalam bentuk Program Keluarga Harapan (PKH) atau bentuk program Pemerintah lainnya?

a. Berupaya b. Tidak berupaya

41.Apakah keluarga Bapak pernah mendapat bantuan Pemerintah dalam bentuk Program Keluarga Harapan (PKH) atau bentuk program Pemerintah lainnya?

a. Pernah b. Tidak pernah


(4)

42.(berkaitan dengan pertanyaan nomor 41) jika pernah mendapat bantuan Pemerintah dalam Program Keluarga Harapan (PKH) atau bentuk program Pemerintah lainnya, berapa kali keluarga Bapak mendapat bantuan tersebut?

...kali Rp...

43.(Berkaitan dengan pertanyaan nomor 41) jika pernah mendapat bantuan pemerintah dalam bentuk Program Keluarga Harapan (PKH) atau bentuk program Pemerintah lainnya, apakah Bapak merasa terbantu dengan bantuan Pemerintah tersebut?

a. Merasa terbantu, dan cukup berarti b. Merasa terbantu, tetapi kurang berarti c. Tidak merasa terbantu

III.D.

Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

44. Bepara kali rata-tara keluarga Bapak makan setiap hari? a. Satu kali

b. Dua kali c. Tiga kali

45.Berapa kali rata-rata keluarga Bapak makan daging dalam seminggu? a. Di atas dua kali

b. Dua kali c. Satu kali d. Tidak menentu

46.Berapa kali rata-rata keluarga Bapak makan telor dalam seminggu? a. Di atas dua kali

b. Dua kali c. Satu kali

d. Tidak menentu (sangat jarang)

47.Berapa kali rata-rata anak Bapak minum susu dalam seminggu? a. Tiap hari (tujuh kali)

b. 5-6 kali c. 3-4 kali d. 1-2 kali


(5)

48.Berdasarkan mutunya, Makanan yang dikonsumsi keluarga Bapak secara umum bagaimana?

a. Empat sehat lima sempurna b. Empat sehat

c. Di bawah empat sehat

49.Secara umum apakah kebutuhan pokok keluarga Bapak terpenuhi? a. Terpenuhi

b. Kurang terpenuhi c. Tidak terpenuhi

50.Menurut Bapak bagaimana kualitas sekolah anak Bapak? a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

51.Apakah kebutuhan pendidikan anak Bapak terpenuhi? a. Terpenuhi

b. Kurang terpenuhi c. Tidak terpenuhi

52.Apakah keluarga Bapak mendapat fasilitas jamsostek dari perusahaan tempat Bapak bekerja?

a. Ya b. Tidak

53.Saat mana kondisi kesehatan keluarga Bapak baru berobat? a. Saat mulai sakit

b. Biasanya ditahan dulu, setelah mulai parah baru berobat c. Biasanya ditahan dulu, setalah parah sekali baru berobat 54.Jika anggota keluarga sakit kemana cenderung berobat?

a. Puskesmas, dengan BPJS

b. Puskesmas, dengan bayar sendiri c. Klinik, dengan BPJS

d. Klinik, bayar sendiri e. Rumah sakit, dengan BPJS f. Rumah sakit, bayar sendiri

55.Apakah pemeliharaan kesehatan keluarga Bapak terpenuhi? a. Terpenuhi

b. Kurang terpenuhi c. Tidak terpenuhi

56.Apakah menurut Bapak rumah yang bapak tempati termasuk layak? a. Layak

b. Kurang layak c. Tidak layak


(6)

57.Tipe rumah yang ditempati oleh keluarga bapak adalah? a. Permanen

b. Semi permanen c. Tidak permanen d. Darurat

58.Status kepemilikan rumah yang ditempati oleh keluarga Bapak adalah? a. Rumah sendiri

b. Rumah Kontrakan


Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

4 96 133

Kontribusi Anak Jalanan Dalam Ekonomi Keluarga di Kelurahan Dwikora Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar

1 46 99

Evaluasi Sistem Transportasi Dipusat Kota Pematang Siantar

0 34 118

STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT PETANI PADI DI MARIHAT III KELURAHAN PEMATANG MARIHAT KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN KOTA PEMATANG SIANTAR.

0 4 26

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

0 2 15

Pertanyaan Kuisioner STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi - Strategi Buruh Dalam Mempertahankan Hidup (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Strategi Buruh Dalam Mempertahankan Hidup (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 11

STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Efektivitas Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kelurahan Setianegara Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar

0 1 11