5.4 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
Kondisi awal yang dihadapi dan dirasakan keluarga buruh sesuai dengan tingkat upah yang diterima diharapkan mengalami perubahan setelah mereka menerapkan strategi atau
upaya sebagai mana telah diuraikan sebelumnya. Perubahan tersebut dalam penelitian ini dilihat dan bertambahnya pendapatan, terpenuhinya kebutuhan pokok, terpenuhinya
pendidikan anak, adanya jaminan kesehatan dan jaminan hari tua serta pemenuhan akan fasilitas tempat tinggal.
5.4.1 Bertambahnya Pendapatan Keluarga Tabel 5.28
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Peningkatan Pendapatan Keluarga Setelah Menempuh Cara Menambah Jam Kerja Sebagai Strategi Utama
No Tingkat Peningkatan Pendapatan
Jumlah Persentase
1 2
3 Sangat sedikitKecil
Sedikit Lumayan
3 2
4 33.33
22.22 44.44
Jumlah 9
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Efektifitas penerapan strategi dalam rangka menambah pendapatan keluarga terletak pada kondisi peningkatan pendapatan keluarga buruh. Data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah 9 keluarga responden yang menerapkan penambahan jam kerja, ternyata berhassil
Universitas Sumatera Utara
menambah penadapatan keluarga, dengan kategori lumayan peningkatan, sedikit peningkatan dan sangat sedikit peningkatan pendapatan keluarga. Perbedaan kategori peningkatan
pendapatan dengan penerapan sistem atau upaya penambahan jam kerja tentu sangat mungkin karena keluarga responden memang bekerja di bidang yang berbeda. Perbedaan pekerjaan
juga mengakibatkan perbedaan besaran upah lembur yang diberlakukan bagi buruh. Bahkan di bidang pekerjaan yang sama juga mungkin terjadi perubahan penambahan pendapatan
keluarga, karena terdapat kemungkinan volume jam kerja lembur yang berbeda antara seorang buruh dengan yang lainnya. Dengan demikian, efektifitas penambahan jam kerja
dalam meningkatkan pendapatan keluarga berbeda-beda.
Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Peningkatan Pendapatan Keluarga Setelah
Menempuh Cara Membuka Usaha di Rumah Sebagai Strategi Utama No
Tingkat Peningkatan Pendapatan Jumlah
Persentase
1 2
Sedikit Lumayan
1 3
25 75
Jumlah 4
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Walaupun hanya diterapkan oleh 4 keluarga responden, namun dari segi variasi kategori peningkatan pendapatan keluarga yang terjadi, justru lebih baik atau lebih signifikan
peningkatannya dibandingkan dengan kategori penambahan pendapatan keluarga bagi keluarga yang menerapkan penambahan jam kerja sebagai strategi menambah pendapatan
keluarga. Artinya, peluang untuk meningkatkan pendapatan keluarga pada taraf yang lebih
Universitas Sumatera Utara
tinggi melalui pembukaan usaha di rumah justru lebih tinggi dibandingkan dengan meningkatkan jam kerja. Sedikitnya keluarga buruh yang membuka usaha di rumah sebagai
upaya menambah pendapatan keluargaterutama disebabkan oleh fakta, bahwa memang tidak mudah membuka usaha di rumah. Penerapan strategi ini memerlukan modal yang cukup,
keterampilan usaha, motivasi usaha bahkan bakat atau minat atas usaha tersebut. Selain itu, meskipun menjanjikan penambahan pendapatan yang cukup signifikan, tentu membuka usaha
di rumah juga memiliki resiko, seperti “rugi”, resiko mana tidak terdapat dangan menambah jam kerja.
Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Peningkatan Pendapatan Keluarga Setelah
Menempuh Cara Mengikutsertakan Istri Bekerja Sebagai Strategi Utama No
Tingkat Peningkatan Pendapatan Jumlah
Persentase
1 2
Sedikit Lumayan
2 3
40 60
Jumlah 5
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Seperti diketahui, hanya 5 lima keluarga responden yang menempuh upaya mengikutsertakan istri bekerja. Di sini perusahan menyediakan sebuah usaha di mana pekerja
nya merupakan istri dari buruh yang bekerja pada perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa mengikut sertakan istri bekerja cukup efektif dalam menambah
pendapatan keluarga. Namun usaha yang di sediakan oleh perusahaan belum dapat menampung banyak istri dari buruh-buruh yang ada. Dan juga sulitnya mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
lapangan pekerjaan menumbuhkan kesan, bahwa keluarga merasa bernasib baik, jika salah satu daru mereka suami atau istri mendapat pekerjaan. Oleh karena itu mereka cenderung
tidak melakukan banyak upaya untuk mengikutsertakan istri bekerja sebagai mana suami.
Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Peningkatan Pendapatan Keluarga Setelah
Menempuh Cara Mengikutsertakan Anak Bekerja Sebagai Strategi Utama No
Tingkat Peningkatan Pendapatan Jumlah
Persentase
1 2
Sangat SedikitKecil Sedikit
1 1
50 50
Jumlah 2
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Selain mengikutsertakan istri bekerja, anak juga dipandang sebagi potensi menambah pendapatan keluarga. Setidaknyba cara pandang ini dimiliki oleh 2 orang responden.
Ternyata keluarga yang menerapkan strategi mengikutsertakan anak bekerja untuk meningkatkan pendapatan justru mengaku pendapatan keluarga mereka hanya sedikit
meningkat. Hal ini berarti bahwa mengikutsertakan anak bekerja tidak signifikan dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Selain mendapat upah kerja yang sangat sedikit, pada
umumnnya anak belum mampu mengelola keuangan sehingga hanya sedikit saja tersisa bagi keluarganya.
5.4.2 Terpenuhinya Kebutuhan Pokok Keluarga
Peningkatan pendapatan keluarga dalam tiga kategori yang terjadi setelah keluarga buruh menerapkan strategi tertentu diharapkan berdampak pada pemenuhan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
keluarga. Hal ini logis, karena perolehan pendapatan keluarga tersebut menjadi modal bagi keluarga buruh untuk memenuhi berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan pokok, pendidikan
anak, kesehatan dan tempat tinggal. Artinya, walupun peningkatan pendapatan keluarga maupun pemenuhan berbagai kebutuhan keluarga tadi sama-sama berkedudukan sebagai
variable terikat, namun peningkatan pendapatan keluarga dapat dipandang sebagai syarat memenuhi berbagai kebutuhan kelluarga.
Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Makan Perharinya
No Rata-Rata Makan Perharinya
Jumlah Persentase
1 2
Dua kali Tiga kali
6 13
30 70
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas keluarga responden menjalankan pola dalam arti frekuensi makan yang lazim pada masyarakat
indonesia, yakni tiga kali satu hari. Temuan ini menunjukkan bahwa secara umum kebutuhan pangan keluarga buruh relatif terpenuhi. Dengan kata lain, penerapan strategi bertahan hidup
secara efektif berhasil memenuhi kebutuhan pokok keluarga, khususnya kebutuhan pangan. Strategi yang diterapkan dalam rangka pemenuhan keluarga sebatas pada selektifitas atas
harga beras atau lauk yang dikonsumsi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Makan Daging Perminggu
No Rata-Rata Makan perminggu
Jumlah Persentase
1 2
3 Sangat jarangtidak menentu
Satu kali Dua kali
14 5
1 70
25 5
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Bagi masyarakat golongan rendah seperti buruh lazimnya daging termasuk makanan yang diidamkaan. Sedangkan bagi sebagian masyarakat kalangan atas, terutama yang sangat
minim melakukan pekerjaan fisik yang berat dan menderita penyakit gula maupun darah tinggi, daging justru menjadi makanan yang berupaya dihindarki. Data yang ada dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga merkea sanagat jarangtidak menentu mengkonsumsi daging. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa keluarga buruh secara
umum jarang mengkonsumsi daging. Pada umumnya mereka membeli ikan, dan diupayakan dengan harga yang murah. Padahal pada umumnya masyarakat menengah kebawah suka
mengkonsumsi daging. Pengurangan frekuensi makan daging ini tentu disebabkan oleh kenaikan harga daging, yang menyertai kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Makan Telur Perminggu
No Rata-Rata Makan Telur Perminggu
Jumlah Persentase
1 2
3 4
Sangat jarangtidak menentu Satu kali
Dua kali Di atas dua kali
3 5
2 10
15 25
10 50
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Ternyata frekuensi makan telur sanagat berbeda dari frekuensi makan daging. Data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan frekuensi keluarga buruh makan telur lebih
tinggi dibandingkan keluarga buruh yang makan daging. Hal ini berarti bahwa terdapat kemungkinan dimana keluarga buruh menjadikan telur sebagai pangan substitusi atas daging.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Makanan Yang Dikonsumsi
No Kualtias Makanan
Jumlah Persentase
1 2
3 Di bawah emapat sehat
Empat sehat Empat sehat lima sempurna
11 7
2 55
35 10
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Selanjutnya penulis mencoba melanjutkan analisis pada arah yang makin bersifat menyimpulkan pemenuhan kebutuhan pokok, dengan membahas hal-hal yang menyangkut
kualitas makanan yang dikonsumsi keluarga. Data yang diperoleh dalam penelitian ini mengemukakan bahwa secara umum makanan yang dikonsumsi keluarga buruh belum
sampai ke tingkat kualitas baik. Rendahnya pendapatan keluarga serta banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga mengakibatkan pemenuhan kebutuhan akan pangan mendapat
tekanan, sehingga pada umumnya keluarga buruh bolrh saja hanya mempertimbangkan bahwa dengan makan mereka kenyang, tanpa memperhatikan kandungan gizi makanan yang
dikonsumsi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Pokok Secara Umum
No Pemenuhan Kebutuhan Pokok
Jumlah Persentase
1 2
3 Tidak Terpenuhi
Kurang Terpenuhi Terpenuhi
4 12
4 20
60 20
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Setelah melakukan kajian teentang pemenuhan kebutuhan pokok dari berbagai jenis secara terpisah, peneliti menccoba menggiring responden untuk melakukan penilaian
pemenuhan kebutuhan pokok secara global. Data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga buruh merasa kebutuhan pokok mereka sesungguhnya belum
terpenuhi secara baik, berdasarkan kondisi psikologis responden yang merupakan keluarga buruh, terpenuhi tidaknya kebutuhan pokok ini menurut penulis tidak selamanya didasarkan
atas pertimbangan objektif, melainkan lebih bersifat subyektif. Artinya, indikator terpenuhi tidaknnya kebutuhan pokok tersebut lebih didasarkan pada makanan seperti apa yang mereka
inginkan. Alasannya, pengetahuan responden tentang kualitas makanan atau gizi sanagat terbatas.
Universitas Sumatera Utara
5.4.3 Terpenuhinya Pendidikan Anak Tabel 5.37
Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak No
Pemenuhan Pendidikan Anak Jumlah
Persentase
1 2
3 Tidak Terpenuhi
Kurang Terpenuhi Terpenuhi
3 12
5 20
60 20
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Selanjutnya peneliti mencoba melakukan kajian secara global atas pemenuhan kebutuhan akan pendidikan anak. Data penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
menyatakan bahwa kebutuhan pendidikan anak mereka masih dalam taraf kurang terpenuhi. Jawaban responden berkenaan dengan pemenuhan pendidikan anak tentu berkaitan dengan
cita-cita mereka tentang masa depan anak. Semua orang tua pasti menginginkan masa depan anak yang cerah, termasuk keluarga buruh. Untuk pendidikan SD,SMP maupun SMA
mungkin mereka menginginkan sekolah yang berkualitas, yang pada umumnya menuntut biaya yang lebih tinggi. Namun pada umumnya mereka tidak mampu memenuhinya,
misalnya untuk tingkat SD mereka hanya mampu menempatkan anak mereka di sekolah negeri atau inpres. Dengan demikian, walaupun sebagai besar keluarga responden tidak
memiliki anak yang putus sekolah di tingkat sekolah lanjutan, mereka tetap menyadari bahwa pendidikan anak mereka masih kurang dalam upaya meraih masa depan yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
5.4.4 Terpenuhinya Pemeliharaan Kesehatan dan Jaminan Hari Tua Tabel 5.38
Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan dalam Program Jamsostek
No Keikutsertaan dalam Program
Jamsostek Jumlah
Persentase
1 2
Tidak Ikut Serta Ikut Serta
9 11
45 55
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Harus diakui mayoritas buruh terdaftar sebagai peserta jamsostek. Bagi mereka tentu pemeliharaaan kesehatan sudah menjadi tanggungan perusahaan tempat mereka bekerja.
Namun bagi keluarga buruh yang tidak terdaftar sebagai peserta Jamsostek tentu harus mencari alternatif lain dalam upaya berobat, seperti menggunakan BPJS atau menangnggung
sendiri biaya pengobatan. Dari data tersebut dapat disimpulkan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan buruh melalui program Jamsostek belum berhasil secara penuh,
masih ada perusahaan yang belum menerapkan secara menyeluruh program Jamsostel terhadap setiap buruhkaryawannya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan Cepat Tidaknya Berobat Jika Sakit
No Kecepatan Berobatat Jika Sakit
Jumlah Persentase
1 2
3 Sebelum parah baru berobat
Mulai agak parah baru berobat Saat mulai sakit
5 11
4 25
55 20
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Kesadaran berobat merupakan gambaran dari wawasan keluarga terhadap hidup sehat. Ternyata keluarga buruh pada umumnya memiliki kesadaran yang baik tentang
kesehatan, sehingga mereka cenderung tidak langsung berobat saat mulai sakit, melainkan setelah agak parah dan setelah parah barulah mereka berobat saat mereka sakit.mereka yang
berobat setelah parah ternyata terkait dengan ketidakikutsertaan mereka pada program Jamsostek. Setelah di cek. Lebih lanjut diketahui bahwa responden yang memberikan
jawaban seperti ini adalah mereka yang memang bukan peserta Jamasostek.hal ini berarti bahwa kesertaan buruh pada Jamsostek sangat penting, karena fasilitas lain di luar Jamsostek
belum tentu dapat diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan FasilitasTempat Berobat Keluarga Yang Paling
Sering Digunakan No
FasilitasTempat Berobat Jumlah
Persentase
1 2
3 Puskesmas
Klinik Rumah Sakit
6 9
5 30
45 25
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Distribusi jawaban tentang atau sarana berobat yang digunakan tentu erat kaitannya dengan data dimana mayoritas responden adalah peserta jamsostek. Dalam rangka pelayanan
perawatan kesehatan bagi Keluarga Peserta Jamsostek, PT. Jamsostek sebagai institusi penyelenggaraan program Jamsostek tidak bekerja sama dengan puskesmas, melainkan
klinik dan rumah sakit. Peserta jamsostek cenderung lebih memilih brobat ke klinik dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu karena berobat di klinik itu lebih cepat dilayani, tidak
harus antri berlama-lama seperti yang sering terjadi di rumah sakit. Faktor lainnya adalah, mereka cenderung hanya menggunakan rumah sakit jika penyakit mereka sangat serius dan
pada umumnya membutuhkan rawat inap.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.41 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan
No Pemenuhan Kesehatan
Jumlah Persentase
1 2
3 Tidak Terpenuhi
Kurang Terpenuhi Terpenuhi
4 6
10 20
30 50
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Distribusi jawaban tentang terpenuhitidaknya pemenuhan kebutuhan akan kesehatan menunjukkan betapa signifikannya fasilitas Jamsostek dengan pemenuhan kebutuhan
kesehatan bagi keluarga buruh. Hal ini telihat dari distribusi jawaban tentang pemenuhan kebutuhan kesehatan keluarga yang memiliki korelasi dengan keikutsertaan keluarga
responden pada program Jamsostek. Hal ini menunjukkan, bagi diri dan keluarga buruh dan rasa bangga memiliki pekerjaan tetap, dimana selain mereka memiliki sumber pendaptan
keluarga yang relatif tetap juga memiliki fasilitas Jamsostek yang antara lain menjadikan anggota keluarga dapat berobat secara gratis.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.42 Distribusi Responden Berdasarkan Jaminan Hari Tua
No Jaminan Hari Tua
Jumlah Persentase
1 2
3 Tidak Terpenuhi
Kurang Terpenuhi Terpenuhi
9 8
3 45
40 15
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Salah satu Program Jamsostek adalah Jaminan hari tua. Namun data yang diperoleh dalam penelitian ini justru responden menyatakan kebutuhan atas jaminan hari tua mereka
tidak terpenuhi. Distribusi jawaban ini tentu tidak signifikan dengan jumlah responden yang menjadi peserta jamsostek, dimana salah satu bidang pelayanan Jamsostek adalah Jaminan
Hari Tua JHT. Alasan mereka pada umumnya berkisar pada persepsi mereka, bahwa jumlah santunan jaminan hari tua bagi peserta jamsostek tergolong kecil, dan berbeda dengan PNS .
Alasan yang lain adalah mereka pada umumnya tidak memiliki tabungan yang memadai, dan tidak menjadi peserta asuransi lain yang dikelola oleh pihak swasta. Artinya, dengan status
buruh, maka keluarga responden masih terfokus pada pemenuhan kebutuhan masa yang sedang berjalan, dan mereka tidak sanggup untuk mempersiapkan kebutuhan jauh-jauh ke
depan seperti hari tua.
Universitas Sumatera Utara
5.4.5 Terpenuhinya Kebutuhan Tempat Tinggal dan Fasilitas Keluarga Tabel 5.43
Distribusi Responden Berdasarkan Layak Tidaknya Rumah yang Ditempati No
LayakTidaknya Jumlah
Persentase
1 2
3 Tidak layak
Kurang layak Layak
2 12
8 10
60 40
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Seperti diketahui, rumah merupakan fasilitas yang sangat penting bagi setiap keluarga. Rumah adalah tempat berteduh dan berinteraksi bagi seluruh anggota keluarga.
Data yang diperoleh menginformasikan bahwa ternyata mayoritas resonden berpendapat bahwa rumah yang mereka tempati saat ini tergolong layak. Kategori jawaban ini tentu
berkaitan erat dengan kondisi rumah yang bagaimana yang diinginkan oleh keluarga buruh. Distribusi jawaban ini menunjukkan, menempati rumah dalam kondisi tertentu adalah
konsekwensi logis atau akibat wajar dari tingkat pendapatan yang rendah. Alasannya, keluarga memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, alokasi
pendapatan senantiasa mempertimbangkan kondisi global dari pemenuhan kebutuhan hidup keluarga yang demikian beragam
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.44 Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Rumah yang Ditempati
No Pemenuhan Pendidikan Anak
Jumlah Persentase
1 2
3 4
5 Darurat
Tidak Permanen Semi Permanen
PermanenDinding tidak diplester PermanenDinding diplester
2 3
6 6
3 10
15 30
30 15
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Tidak terdapat tipe rumah yang dominan atau mayotiyas yang di tempati keluarga buruh. Sesuai dengan tingkat pendapatan keluarga, maka tipe rumah yang ditempati
mayoritas keluarga responden secara umum sudah memadai. Artinya, keluarga buruh cukup rasional dalam memilih tipe rumah yang sewajarnya bagi mereka, mengingat masih
banyaknya kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi di luar dari pada kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal. Oleh karena itu, diupayakan dihindari pemenuhan kebutuhan rumah
tempat tinggal yang dapat mengorbankan pemenuhan kebutuhan lain.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.45 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah Yang Ditempati
No Status Kepemilikan Rumah
Jumlah Persentase
1 2
Kontrakan Milik Sendiri
7 13
35 65
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Memiliki rumah atau menempati rumah milik sendiri adalah idaman setiap keluarga. Lebih bagus menempati rumah yang sangat sederhana tetapi milik sendiri dari pada
menempati rumah sederhana atau sedikit mewah tetapi status kontrakan. data yang diperoleh menunjukkan mayoritas responden menyatakan rumah yang mereka tempati saat ini
berstatus Milik sendiri. Ada satu cara buruh untuk dapat memiliki lahan untuk bengunan rumah sendiri, yakni mereka rela tinggal di lokasi yang relatif jauh dari jalan besarjelan
induk. Dengan demikian mereka dapat membeli lahan dengan tingkat harga yang jauh lebih murah. Rendahnya pendapatakan mengakibatkan keluarga buruh tidak mampu mendapatkan
rumah yang sedikit mewah, yang banyak disediakan pengembang developer, seperti uang muka dan cicilan bulanan yang menuntut bagian yang cukup besar dari upah, yang justru
dapat mengakibatkan keluarga buruh tidak mampu memenuhi beragam kebutuhan keluarga lainnya. Oleh karena itu, mendapatkan lahan yang murah harganya kemudian membangun
rumah sederhana merupakan strategi yang rasional bagi keluarga buruh untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.46 Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tempat Tinggal
No Pemenuhan Pendidikan Anak
Jumlah Persentase
1 2
3 Tidak Terpenuhi
Kurang Terpenuhi Terpenuhi
3 9
8 15
45 40
Jumlah 20
100 Sumber: Hasil Kuesioner 2015
Dengan pertimbangan tipe rumah dan status kepemilikan rumah tertentu, responden memberikan penilaian berkernaan dengan terpenuhi tidaknya kebutuhan rumah tempat
tinggal bagi keluarga. Ternyata mayoritas responden menyatakan kebutuhan atas rumah bagi keluarga mereka kurang terpenuhi. Sebagai tempat berteduh dan tempat berinteraksi sesama
anggota keluarga penilaian setiap orang terhadap rumah yang ditempati tentu sangat mendalam. Bagaimanapun juga, kondisi rumah merupakan cerminan dari keluarga yang
menempatinya. Bahkan, pada umumnya kesan orang atas keluarga tertentu identik dengan kondisi rumah yang ditempati. Oleh karena itu, opini tentang terpenuhi tidaknya kebutuhan
rumah atau tempat tinggal bagi keluarga merupakan gambaran dari keinginan atau cita -cita sebuah keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum responden menganggap bahwa
rumah yang mereka tempati saat ini belum sesuai dengan yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan