3. Peraturan Daerah TINJAUAN PUSTAKA

bukan hanya menjadi tugas dari para penegak yang sudah dikenal secara konvesional, tetapi tugas dari semua subjek hukum dalam masyarakat. Secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto ada lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu : a. Faktor hukumnya sendiri. b. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum. c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum itu berlaku atau diterapkan. e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. 13 Kelima faktor diatas saling berkaitan dengan eratnya karena merupakan esensi dari penegakan hukum serta merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum. Soerjono Soekanto mengatakan bahwa agar hukum dapat berfungsi dengan baik diperlukan keserasian dalam hubungan antara empat faktor, yakni : a. Hukum atau peraturannya sendiri Kemungkinannya adalah bahwa terjadi ketidak cocokan antara peraturan perundang-undangan dengan hukum tertulis, hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan, ataupun ketidakserasian antara perundang-undangan mengenai bidang tertentu. 13 Ibid, 4-5. b. Mentalitas petugas yang menegakan hukum antara lain mencakup hakim, polisi, jaksa, pembela petugas kemasyarakatan, dll. Apabila peraturan perundang-undangan sudah baik, tetapi mental penegak hukum kurang baik maka akan terjadi gangguan pada sistem penegakan hukum. c. Fasilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum. Fasilitas yang memadai dalam ukuran tertentu, maka penegakan hukum akan berjalan semestinya. d. Kesadaran hukum, kepatuhan hukum, dan perilaku warga masyarakat. 14 Penegakan hukum yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja dalam hal larangan berdagang di tempat tertentu di kota metro adalah melakukan penertiban atau biasa disebut dengan razia. Razia biasanya dilakukan dengan instansi-instansi terkait. Kegiatan razia ini dilakukan oleh anggota satuan Polisi Pamong Praja sebagai upaya mencegah bertemunya niat dan kesempatan dengan cara mendatangi, mengamati, dan mengawasi situasi dan kondisi yang akan diperkirakan menimbulkan segala bentuk gangguan yang dapat menimbulkan gangguan dalam keamanan dan ketertiban. 14 Ibid, 15.

2.5. Dasar Hukum

Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang- undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap penyelenggaraan atau tindakan hukum oleh subyek hukum baik orang perorangan atau badan hukum. Selain itu dasar hukum juga dapat berupa norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi pembentukan peraturan perundang-undangan yang lebih baru dan atau yang lebih rendah derajatnya dalam hirarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan. 15 Bentuk yang disebut terakhir ini juga biasanya disebut sebagai landasan yuridis yang biasanya tercantum dalam considerans peraturan hukum atau surat keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga tertentu. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri 41 Tahun 2012 Pasal 1 yang berbunyi “ Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penataan PKL juga dituangkan dalam Peraturan lain yaitu Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima 15 http:statushukum.comdasar-hukum.html diunduh pada tanggal 28 September 2014

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini maka digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan Yuridis Normatif adalah suatu pendekatanyang dilakukan dimana pengumpulan dan penyajian data dilakukan dengan mempelajari dan menelaah konsep-konsep dan teori-teori serta peraturan-peraturan secara kepustakaan yang berkaitan dengan pokok bahasan penulisan skripsi ini. Pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan yang ada mengenai pokok bahasan.

3.2. Sumber Data

Sumber dan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan, data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung pada objek penelitian field Risearch yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara langsung dengan Kepala Dinas Kebersihan, Kepala Dinas Perdagangan dan Pasar Kota Metro, Pedagang Kaki Lima mengenai rencana penataan pedagang kaki lima di Kota Metro. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan literatur kepustakaan dengan melakukan studi dokumen, arsip yang bersifat teoritis, konsep-konsep, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan pokok cara membaca, mengutip dan menelaah peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan di bahas, yang terdiri antara lain: a. Bahan Hukum Primer 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Undang-Undang Nomor 39Tahun1999 mengenai Hak Asasi Manusia. 3. Undang-Undang No:22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan LLAJ. 4. Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. 5. Peraturan Daerah No 05 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum, Kebersihan Dan Keindahan Kota Metro. b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dalam hal ini teori-teori yang dukemukakan para ahli dan Peraturan Perundang-undangan. c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari Literatur, Kamus, Internet, surat kabar dan lain-lain

3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan, dengan studi pustaka dan studi literatur. a Studi Pustaka Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari undang-undang, peraturan pemerintah dan literatur hukum yang berkaitan dengan kekuatan pembuktian keterangan saksi. Hal ini dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan pokok bahasan dan ruang lingkup penelitian ini. b Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan informan yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara Interview yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara Interview secara langsung dengan alat bantu daftar pertanyaan yang bersifat terbuka, terhadap informannarasumber yang berkaitan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

3.3.2. Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan. b Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif. c Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.

3.4. Analisis Data

Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif yaitu analisis yang dilakukan secara deskriptif yakni penggambaran argumentasi dari data yang diperoleh di dalam penelitian. Dari hasil analisis tersebut dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara deduktif yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada realitas yang bersifat umum yang kemudian disimpulkan secara khusus.

Dokumen yang terkait

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 1 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkliwon).

0 1 8

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 2 17

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN KOTA MOJOKERTO.

1 4 101

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA.

0 1 11

Implementasi kebijakan pemerintah kota Yogyakarta dalam penataan pedagang kaki lima AWAL

0 0 11

Pemerintah Kota Pedagang Kaki Lima Komunitas

0 1 16

PERAN PEMERINTAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KE DALAM SENTRA WISATA KULINER DI KOTA SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 11

PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SURABAYA ( Studi : Pedagang Kaki Lima di Taman Bungkul Surabaya) - Unika Repository

0 1 17

PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SURABAYA ( Studi : Pedagang Kaki Lima di Taman Bungkul Surabaya) - Unika Repository

0 7 21