PERAN PEMERINTAH KOTA METRO DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN MERDEKA KOTA METRO

(1)

ABSTRAK

PERAN PEMERINTAH KOTA METRO DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN MERDEKA KOTA METRO

Oleh

GUSTHIO MILANDO

Taman Merdeka di Kota Metro merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau yang juga di peruntukan bagi tempat rekreasi masyarakat. Banyaknya masyarakat yang berkunjung kemudian hal ini di manfaatkan oleh pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan atau berdagang di sekitar taman. Sampai sekarang PKL makin bertambah banyak di sekitar Taman Merdeka. Untuk itu Pemerintah Kota Metro mengeluarkan Peraturan Daerah No.5 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum, Kebersihan dan Keindahan Kota Metro.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) bagaimanakah peran Pemerintah Kota Metro terhadap penataan Pedagang Kaki Lima yang berdagang di sekitar Taman Merdeka (2) faktor-faktor apa saja yang menghambat Pemerintah Kota Metro dalam menata Pedagang Kaki Lima di sekitar Taman Merdeka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yakni dilakukannya wawancara, data sekunder diperoleh melalui study pustaka, kemudian data primer diperoleh melalui studi lapangan dengan cara observasi dan wawancara.

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan: (1) Pemerintah Kota Metro sudah melakukan sosialisasi tentang hukum melalui Dinas Perdagangan dan Pasar dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Metro (2) Kurang sadarnya Pedagang Kaki lima terhadap hukum dan lambannya respon Pemerintah Terhadap persoalan Pedagang Kaki Lima.

Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Seharusnya Pemerintah Kota Metro lebih tanggap lagi dalam hal penataan pedagang PKL di Taman Merdeka (2) Pemerintah Kota Metro harus cepat membangun tempat relokasi yang baru agar PKL di sekitar Taman Merdeka bisa di pindahkan.


(2)

ABSTRACT

THE ROLE OF METRO CITY GOVERNMENT RESTRUCTURING OF STREET VENDORS IN MERDEKA PARK METRO CITY

by

GUSTHIO MILANDO

Metro City is a small town located in Lampung . In the garden there is a Metro city called Taman Merdeka . In addition to family recreation park used Metro City Government Merdeka as green space. Because the number of people who visit the park later this Merdeka utilized by vendors to sell or trade around the park. Until now increasingly many street vendors around Taman Merdeka. For the Government of Metro City issued a Local Regulation 5 of 2010 on Public Order, Health and Beauty Metro City.

Problems in this study were : ( 1 ) how the role of the structuring of Metro City Government Street Vendors who trade around Taman Merdeka ( 2 ) any factors that inhibit Metro City Government in organizing street vendors around Taman Merdeka. Methods used in this research are research juridical normative and juridical by using data an empirical primary and secondary.Data primary is data obtained directly from field research which has to do with the problems guilty he did an interview, namely data obtained through study of pustaka, secondary then the data primary acquired through study lapangan by means of observations and an interview

Based on the results of research and discussion, it can be concluded : ( 1 ) Metro City Government has socialized the law through the Department of Trade and Market and Municipal Police Units Metro ( 2 ) Less conscious Traders five feet against the law and the slow response on Government street vendors issue five.

Suggestions in this study were : ( 1 ) The government should be more responsive Metro City again in terms of structuring the merchant vendors in Taman Merdeka ( 2 ) Metro City Government must quickly build a new relocation site in order to street vendors around Taman Merdeka be on the move.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 17 Agustus 1991, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Welly Alhendri S.E. yang bersuku asli Lampung dan Ibunda Diana Rita, yang bersuku asli Padang. Kedua-duanya pemeluk agama Islam.

Pendidikan pertama di tempuh pada Taman Kanak-Kanak Tunas Melati Pondok Gede dan lulus pada tahun 1997, Sekolah Dasar Negeri 1 Metro lulus pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 1 Metro lulus pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas 2 Metro, yang diselesaikan Tahun 2009. Dan selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya pada jenjang Universitas, tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(7)

Bismillahirrahmanirrahim

Karya sederhanaku ini kupersembahkan sebagai tanda bakti dan kasih sayangku

Kepada :

Ayah dan Ibu yang telah membesarkan dan mendidik dengan segenap cinta, kasih sayang, pengorbanan dan senantiasa mendoakan untuk keberhasilan dan Keselamatanku,

Adik- adikku yang selalu menyayangi dan memberikan perhatiannya kepada penulis

Seluruh keluarga besar penulis dan seseorang yang istimewa yang selalu menyayangi dan memberikan perhatiannya kepada penulis


(8)

MOTO

Kita tidak perlu malu selagi tidak meminta-minta kepada orang lain ( Gusthio Milando )

Sesungguhmya di samping kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai mengerjakan suatu pekerjaan kerjakanlah pekerjaan lain,

Dan hanya kepada Tuhanmu sajalah kamu berharap. (S. Alam Nasyrah ayat 6-8)


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebab hanya dengan kehendaknya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Peran Pemerintah Kota Metro dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Taman Merdeka Kota Metro. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung sekaligus Pembahas I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi, saran, dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini

3. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang selama ini penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan, motivasi, jalan, saran dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini

4. Ibu Marlia Eka Putri A.T.,S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang memberikan saran, kritik, penuh kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, jalan, saran, dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini

5. Bapak Agus Triono S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi, saran, dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(10)

6. Keluargaku tercinta Ayahanda WellyAlhendri S.E.,dan ibunda Diana Rita, serta kedua adik saya Rezky Wijaya Putra dan Salsabila Ardhaniyang senantiasa memberikan semangat dan dukungan

7. Keluarga besarku yang juga turut membantu memberikan semangat dan dukungannya secara moril dan materil

8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Unversitas Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi

9. Seluruhstaf dan karyawan FakultasHukum Universitas Lampung terutama Pak Misyo, Pak Marlan, Pak Marji, Mas Fendi, ketiga kiyay satpam dan semuanya yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi

10. Untuk seseorang yang istimewa yang selama ini telah memberikan dukungan beserta bantuan selama menempuh studi.

11. Untuk sahabat-sahabatku, Rizki(kadut), Ady, Eko, Gimbal, Mbah Billy, bangkit, aldo(gayatunjuk), aby(galer), adit, Verdi(bulu), Rico, MrFatan, Gembrek, Ocha, levi yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis, baik langsung maupun tak langsung

12. Teman-teman seperjuangan kampus Alex, Bion, Oji, Ardian, Otong, Doy, Yasir, Erix, NicoKubis, Sancong, Tile, Andre, Anjas, AnggaJunot, Rey Zubaidah (Simuk), Yuki, Hardian, Chandra, Alan, Ndt, Aldis, AgungKeling, Oca, AbiToidi, Dima, Deni,Indu, Jiwa, Azam, Alm. Mamat, Alm. Dandy, Cinglung, Bung Aran, Fajrin, Iqbal, Jamet, Gilang, ArisMunandar, Dito 13. Teman-teman KKN Tematik Unila 2009Alex, Ramdan, Martha, Edo, Nuzul,

Sastra, ikhwan

14. Seluruh angkatan 2009 serta teman-teman Jurusan HAN 2009 atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya.

15. Teman-teman semasa SMA ,Jio, Andre, Imam, Ade Jeraul, Okky, Marna, Titi, Marken, Adimaski (Tile), Ayu, Hartian, Ardian, Cici, Eji, Ovi, Nuyuy, Rezian, Muul, Ria, Depin, Angga yang tak akan pernah saya lupakan bahkan hingga keliang lahat


(11)

16. Semuapihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan, kerelaan, dan dukungannya

17. Almamater tercinta Universitas Lampung

Penulis berdoa semoga semua kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan dan manfaat Penelitian ... 7

1.3.1.Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemerintahan Daerah ... 9

2.2. Pengertian Pedagang Kaki Lima ... 10

2.3. Peraturan Daerah ... 15

2.4. Polisi Pamong Praja ... 17

2.5. Dasar Hukum ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah ... 21

3.2. Sumber Data ... 21

3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 22

3.3.1. Pengumpulan Data ... 22

3.3.2. Pengolahan Data ... 23

3. 4. Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian ... 25

4.1.2. Dinas Perdagangan dan Pasar Kota Metro ... 25

4.1.3. Satuan Polisi Pamong Praja Kota Metro ... 31

4.2. Peran Pemerintah Kota Metro Dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Taman Merdeka Kota Metro... 33

4.2.1. Keamanan dan Ketertiban ... 36


(13)

4.2.3. Pembinaan dan Penyuluhan ... 42 4.2.4. Pengawasan dan Pemantauan PKL ... 43

4.3. Faktor-faktor yang Menghambat Pemerintah Kota Metro Dalam Menata Pedagang Kaki Lima (PKL) di Taman

Merdeka Kota Metro ... 44

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan ... 46 5.2. Saran ... 47


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1.Latar Belakang Masalah

Majunya perkembangan suatu kota tentu tidak hanya dilihat dari pesatnya pembangunan di wilayah kota tersebut. Tetapi dilihat bagaimana kota tersebut mengatur pengendalian dan pemanfaatan tata ruang yang baik. Majunya perkembangan di suatu kota dari segi ekonomi maupun pembangunan dapat menyebabkan orang-orang dari daerah lain berdatangan di kota tersebut untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Tetapi yang datang hanya bermodalkan pendidikan yang rendah. Oleh karena itu kebanyakan pendatang hanya bekerja pada sektor informal yang relatif mudah untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Para pelaku yang temasuk di dalam sektor informal bekerja untuk memperoleh pendapatan demi untuk kelangsungan hidup diri dan keluarganya. Salah satunya adalah Pedagang Kaki Lima.Pedagang Kaki Lima atau yang sering disebut PKL merupakan sebuah komunitas yang kebanyakan berjualan dengan memanfaatkan area pinggir jalan raya untuk mencari rezeki dengan menggelar dagangannya atau gerobaknya di pinggir-pinggir perlintasan jalan raya.

Kota Metro merupakan suatu kota kecil yang tidak jauh dari ibukota Lampung yaitu Bandar Lampung. Selain disebut dengan kota kecil, Metro disebut juga


(15)

2

dengan kota pendidikan karena banyaknya siswa atau siswi dari kabupaten lampung tengah dan lampung timur menimba ilmu di sekolah-sekolah kota Metro1. Selain menjadi kota pelajar, Metro juga merupakan kota yang nyaman, bersih, lestari, dan lingkungannya sehat karena pada waktu itu kota Metro mendapatkan penghargaan Adipura yang diberikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Walikota Metro.

Di Kota Metro terdapat satu Taman Kota yang bernama Taman Merdeka, yang sudah ada sejak tahun 1990. Keberadaan taman tersebut terletak di tengah-tengah Kota Metro, dapat dikatakan sebagai simbol Kota Metro. Taman merdeka kota Metro memiliki puluhan pohon rindang, dan hampir semua bagian di taman itu terpenuhi oleh rumput yang hijau. Karena suasana aman, nyaman, dan tentram banyak warga kota Metro dan luar Metro yang bersinggah di taman tersebut terutama pada hari sabtu dan minggu hampir seluruh taman merdeka dipenuhi oleh pengunjung.

Berdasarkan Perda No.6 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintah Kota Metro ada 2 urusan yang harus dilakukan Pemerintah Kota Metro yaitu urusan wajib dan urusan pilihan. Menurut Perda No.6 Tahun 2008 Pasal 3 (1) Urusan Wajib sebagaimana dimaksud pada pasal 2 adalah urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kota metro, berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib Pemerintah Kota Metro meliputi 26 bidang, yaitu : Bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang lingkungan hidup, bidang pekerjaan umum, bidang penataan ruang, bidang perencanaan pembangunan, bidang

1


(16)

3

perumahan, bidang kepemudaan dan olahraga, bidang penanaman modal, bidang koperasi dan usaha kecil menengah, bidang kependudukan dan catatan sipil, bidang ketenagakerjaan, bidang ketahanan pangan, bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera, bidang perhubungan, bidang komunikasi dan informatika, bidang pertahanan, bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, bidang otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian, bidang pemberdayaan masyarakat dan kelurahan, bidang social, bidang kebudayaan, bidang statistic dan bidang kearsipan.2

Urusan pilihan menurut Perda No.6 Tahun 2008 Pasal 4 (1) Urusan Pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah urusan Pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, keihklasan dan potensi unggulan Kota Metro. Urusan wajib Pemerintah Kota Metro meliputi :

a. Bidang Perikanan. b. Bidang Pertanian. c. Bidang Kehutanan.

d. Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral. e. Bidang Pariwisata.

f. Bidang Perindustrian. g. Bidang Perdagangan. h. Bidang Ketransmigrasian.3

2

Perda No.6 Tahun 2008 Pasal 3 ayat 2

3


(17)

4

Dilihat dari Perda diatas Bidang Penataan Ruang termasuk dalam urusan wajib Pemerintah Kota Metro. Untuk menciptakan penataan PKL yang teratur maka dari itu dikeluarkan Perda No.5 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum, Kebersihan, dan Keindahan Kota Metro Pasal 14 ayat 5(a) yang berbunyi : Dilarang menggunakan tepi-tepi jalan protokol, jalan protokol, jalan umum, trotoar, depan toko, areal penghijauan, taman kota, dan tempat umum sebagai tempat berjualan/berdagang.

Salah satu lokasi yang terdapat banyak PKL di Kota Metro adalah Taman Merdeka Kota Metro, sebab di Taman Merdeka terdapat banyak sekali pengunjung dari luar kota terutama di hari sabtu dan minggu. PKL menggelar dagangannya di sekitar taman kota. Awalnya memang masih sedikit PKL yang berjualan di sekitar taman, tetapi seiring berjalannya waktu pedagang yang tadinya hanya satu sampai empat orang, kini bertambah menjadi puluhan yang rata-rata berjualan di pinggir jalan maupun di atas trotoar. Pejalankaki pun sekarang menggunakan sebagian badan jalan untuk berjalan karena di trotoar sudah penuh dengan pedagang kaki lima. Padahal sebenarnya Taman Merdeka Kota Metro diperuntukan sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) tetapi karena kurangnya pengawasan dari Pemerintah Kota Metro hal ini dimanfaatkan PKL untuk berjualan di sekitar Taman Merdeka Kota Metro.

Keadaan yang demikian Pemerintah Kota Metro mengeluarkan peraturan bahwa PKL dilarang berjualan di sekitar taman kota karena mengganggu ketertiban umm dan membuat keindahan di Taman Merdeka Kota Metro berkurang. Pemerintah Kota Metro sebenarnya sudah berencana ingin merelokasi semua PKL yang ada di


(18)

5

sekitar Taman Merdeka Kota Metro ke Lapangan Samber, tetapi karena berdasarkan data dari Dinas Perdagangan dan Pasar Kota Metro PKL yang terdapat di Taman Merdeka terlalu banyak karena mencapai 142 PKL. Jadi untuk sementara relokasi ditunda karena masih sulit dilakukan oleh Pemerintah Kota Metro.4

Seharusnya Pemerintah cepat membangun tempat relokasi di LapanganSamber, bila PKL didiamkan bisa dipastikan Taman Kota Metro beralih fungsi dari ruang terbuka hijau yang seharusnya menjadi tempat dimana menjaga kelestarian kota5 menjadi lahan dimana PKL berjualan.

Ditinjau dari segi hukum memang setiap manusia mempunyai hak dan kebebasan untuk memilih pekerjaan dan ada juga dasar hukumnya seperti dibawah ini : a) Pasal Pasal 27 ayat (2) UUD 45 : Tiap-tiap warga Negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

b) Pasal 11 UU nomor 39/199 mengenai Hak Asasi Manusia : setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak.

c) Pasal 38 UU nomor 39/1999 mengenai Hak Asasi Manusia :

1. Setiap warga Negara, sesuai dengan bakat, kecakapan dan kemampuan berhak atas pekerjaan yang layak.

2. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang di sukainya.

4

http://www.radarlampung.co.id/read/lampung-raya/lamteng-metro/65695-relokasi-pedagang-ditundadiunduhpada 3 juni 2014

5


(19)

6

Menurut pasal diatas memang setiap manusia / warga mempunyai hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Tetapi itu juga harus ditinjau dari segi hukumnya, pekerjaan yang dilakukan tidak mengganggu orang lain dan ketertiban umum.

untuk mewujudkan suatu adanya pedagang kaki lima yang seimbang, serasi, dan selaras dengan pembangunan, maka diperlukan pembinaan terhadap pedagang kaki lima. Adapun tujuan dari pembinaan tersebut adalah 6:

a. Mewujudkan adanya tertib lingkungan yang serasi yang meliputi ketertiban umum dan kebersihan lingkungan

b. Berfungsinya sarana kelengkapan kota agar sesuai dengan fungsinya c. Terwujudnya lokasi tempat usaha bagi pedagang kaki lima yang sesuai

dengan peruntukan tata ruang dan perencanaan kota d. Tumbuhnya wiraswasta yang tangguh, mandiri dan kuat

e. Terpenuhinya kebutuhan pembeli/masyarakat sesuai dengan pertumbuhan kota dan gaya hidup masyarakat perkotaan

Pemerintah Kota Metro seharusnya lebih tanggap lagi dalam menghadapi masalah PKL, sebab walaupun ini hanya masalah kecil kalau dibiarkan terus menerus bisa menjadi masalah yang sangat serius untuk keindahan dan ketertiban umum.

Dengan demikian, masalah PKL menjadi permasalahan yang sangat serius karena tidak sesuai dengan Peraturan Daerah No.5 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum, Kebersihan dan Keindahan Kota Metro.

Berdasarkan uraian diatas dan menurut Perda No.6 Tahun 2008 Pasal 3 ayat 2 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Metro

6

Hidayat, S. 1991, PolaPembinaan Usaha Pedagang Kaki Lima, Jakarta :Kerjasama UNPAD dan BKPMD hlm. 35


(20)

7

dan Perda No.5 Tahun 2010 Pasal 14 ayat 5(a) tentang Ketertiban Umum, Kebersihan dan Keindahan Kota Metro maka penulis membuat skripsi tugas

akhir yang berjudul : “Peran Pemerintah Kota Metro Dalam Penataan PKL di Taman Merdeka Kota Metro “.

1. 2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian diperlukan untuk memfokuskan masalah agar dapat dipecahkan secara sistematis. Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Peran Pemerintah kota metro dalam menata Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di sekitar Taman Kota Metro?

2. Faktor apa saja yang menghambat Pemerintah Kota Metro dalam menata Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sekitar Taman Kota Metro?

1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. TujuanPenelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan penelitian yang jelas agar tepat mengenai sasaran yang dikehendaki. Dalam hal ini penelitian yang penulis lakukan ini mempuyai tujuan sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui peran Pemerintah Kota Metro dalam menata Pedagang Kaki Lima di sekitar Taman Kota Metro


(21)

8

b) Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat penataan yang dilakukan Pemerintah Kota metro terhadap Pedagang Kaki Lima di sekitar Taman Kota Metro.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Hukum khususnya Hukum Administrasi Negara yaitu dalam penerapan Peraturan Daerah di bidang penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Peneliti

Dapat memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman kedalam bidang sesungguhnya dan sebagai aplikasi ilmu yang telah diperoleh selama di perkuliahan untuk di terapkan kepada realita-realita yang timbul dimasyarakat, baik memotivasi diri sendiri maupun memotivasi orang lain.

2) Bagi Pemerintah

Sebagai bahan masukan terhadap Pemerintah Kota Metro agar lebih baik lagi dalam menata PKL di Taman Merdeka Kota Metro.

3) Bagi Masyarakat

Memberikan pemahaman yang dianggap tepat kepada masyarakat agar memahami tentang pentingnya menata Pedagang Kaki Lima agar tidak menggangu Ketertiban Umum, Keindahan dan Kebersihan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemerintahan Daerah

Perubahan ke 4 (empat) UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk dan susunan Pemerintahan Daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia. Pasal 18 ayat (1) berbunyi :

“ Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propisi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur

Undang-Undang”.

Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa:

“pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang

ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat”.

Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut:

“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam


(23)

10

Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah : Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

2. 2 PengertianPedagang Kaki Lima(PKL)

Pedagang Kaki Lima dikategorikan sebagai jenis pekerjaan yang penting dan relatif khas khususnya sebagai usaha kecil-kecilan yang kurang teratur. Istilah Pedagang Kaki Lima (PKL) sendiri mengarah pada konotasi pedagang barang dagangan dengan menggelar tikar di pinggir jalan, atau di muka-muka toko yang dianggap strategis.

Latar belakang seseorang menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) menurut Alisjahbana adalah karena:

a. Terpaksa karena tidak ada pekerjaan lain, terpaksa karena tidak mendapatkan pekerjaan di sektor formal, terpaksa harus mencukup kebutuhan hidup diri dan keluarganya, terpaksa karena tidak mempunyai tempat yang layak untuk membuka usaha, dan terpaksa karena tidak


(24)

11

mempunyai bekal pendidikan dan modal yang cukup untuk membuka usaha formal;

b. Ingin mencari rejeki yang halal daripada harus menadahkan tangan, merampok atau berbuat kriminal lain;

c. Ingin mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, termasuk tidak bergantung pada orang tua;

d. Ingin menghidupi keluarga, memperbaiki taraf hidup, bukan hanya sekadar pekerjaan sambilan;

e. Karena di desa sudah sulit mencari penghasilan.

PKL termasuk kedalam lapangan pekerjaan sektor informal yang merupakan unit berskala kecil di dalam produksi dan distribusi barang-barang dan yang memasuki sektor itu terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan yang besar.

istilah kaki lima merupakan lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah dengan rumah, arti yang kedua yaitu lantai atau tangga dimuka pintu atau tepi jalan. Arti yang kedua ini lebih merujuk bagi bagian depan rumah toko, dimana dijaman silam telah terjadi kesepakatan antara perencana kota bahwa bagian depan dari toko lebarnya harus sekitar lima kaki dan diwajibkan dijadikan suatu jalur dimana pejalan kaki dapat melintas.1

istilah PKL merupakan peninggalan dari zaman penjajahan inggris. Istilah ini diambil dari ukuran lebar trotoar diukur dengan feet atau dalam bahasa Indonesia

1


(25)

12

diterjemahkan sebagai kaki yaitu kira-kira 31 cm, sedangkan lebar trotoar lima kaki atau 1,5 m lebih sedikit.2

pedagang kaki lima yaitu pedagang kecil yang berjualan disuatu tempat umum seperti tepi jalan, taman-taman, emper-emper toko atau lokasi yang bukan milik mereka tanpa adanya surat izin usaha dari pemerintah. Ciri-ciri pedagang kaki lima itu sendiri yaitu barang-barang jasa yang diperdagangkan sangat terbatas pada jenis tertentu.3

Karafir menggolongkan pedagang kaki lima menjadi sepuluh kelompok yaitu :4 a. Pedagang sayuran dan rempah

b. Pedagang klontong

c. Pedagang makanan dan minuman d. Pedagang tekstil dan pakaian e. Pedagang surat kabar

f. Pedagang daging dan ikan g. Pedagang rokok dan obat-obatan h. Pedagang loak

i. Pedagang beras

j. Pedagang buah-buahan

Dapat dikatakan bahwa PKL merupakan gambaran yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari sehingga orang menggelar barang dagangannya dipinggir

2

An-naf, Jullisar. 1993, Pedagang Kaki Lima DenganBerbagaiPermasalahannya, Jakarta: Gramedia, hlm. 30

3

Karafir, P.Y. 1997, Pemupukan Modal Pedagang Kaki Lima, Jakarta: FakultasIlmuSosial UI BekerjasamadenganPusatLatihanIlmuSosial, hal. 4

4

Karafir, P.Y. 1997, Pemupukan Modal Pedagang Kaki Lima, Jakarta: FakultasIlmuSosial UI BekerjasamadenganPusatLatihanIlmuSosial, hal. 10


(26)

13

jalan, teras-teras toko, trotoar, taman kota, halaman atau lapangan pada sebuah pasar.

Beberapa alasan yang dilakukan oleh PKL untuk melaksanakan kegiatan ekonominya antara lain :

a. Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan rendah atau biasanya para migran.

b. Cakrawala mereka nampaknya terbatas pada pengadaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan yang langsung bagi diri sendiri.

c. PKL di kota terutama harus dipandang sebagai unit-unit berskala kecil yang terlibat produksi dan distribusi barang-barang yang masih dalam proses evaluasi daripada dianggap sebagai suatu perusahaan yang berskala kecil dengan masukan-masukan modal dan pengolahan yang besar.

Menurut Buchari Alma ciri-ciri PKL yaitu 5: a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi

b. Tidak memiliki surat izin usaha c. Tidak teratur dalam kegiatan usaha

d. Bergerombol di trotoar atau tepi-tepi jalan protokol, dipusat-pusat dimana banyak orang ramai

e. Menjalankan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang sambil berlari mendekati konsumen

Sagir menyatakan bahwa ciri-ciri pedagang kaki lima yaitu6 :

5

Alma, Buchari. 1992, Dasar-dasarBisnisdanPemasaran, Bandung: Alfabeta, hlm. 139

6

SagirSoeharsono, 1989,

MembangunManusiaKaryaMasalahKetenagakerjaandanPengembanganSumberDayaManusia.


(27)

14

a. Pola kegiatan tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, kegiatan maupun jenis usaha dan penerimaan hasil usaha

b. Belum tersentuh oleh usaha yang telah ditetapkan oleh pemerintah

c. Modal, peralatan maupun perlengkapan dan omset penjualan dalam skala kecil dan diperhitungkan dari hari ke hari

d. Tidak memiliki tempat usaha permanen

e. Tidak atau belum mempunyai keterkaitan dalam usaha lain yang lebih besar f. Umumnya kegiatan usahanya untuk melayani kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah, harga murah dan terjangkau

g. Tidak membutuhkan keahlian khusus sehingga secara luas dapat menampung atau mempekerjakan dan menyerap tenaga kerja dengan berbagai tingkat pendidikan rendah

h. Umumnya merupakan satuan usaha yang mempekerjakan anggota keluarga, tetangga atau lingkungan sendiri dari daerah yang sama dengan hubungan kerja yang longgar, tidak ada perjanjian kerja, tingkat upah minimum

i. Tidak mengenal sistem pembukuan

j. Belum atau tidak menjadi objek pajak penghasilan atau perseorangan, paling baru merupakan objek retribusi pasar

k. Belum merupakan sumber penyumbang yang diperhitungkan dalam pendapatan nasional

l. Masih kurang sering diperlakukan sebagai pengganggu kebersihan, ketertiban dan keindahan lingkungan


(28)

15

Dari pengertian tersebut di atas yang dimaksud PKL adalah kegiatan usaha yang dilakukan para pedagang di tempatkanruangan kosong di pinggir-pinggir jalan seperti trotoar, taman-taman kota dan tempat usaha lainnya yang bukan miliknya.

2. 3. Peraturan Daerah

Kedudukan Perda tidak dapat dilepaskan dari pelaksanaan otonomi daerah (local autonomi). Perda sebagai alat produk hukum daerah, merupakan sesuatu yang inherent dengan sistem otonomi daerah. Esensi dari otonomi daerah adalah

kemandirian (zelfstan’digheid) dan bukan kebebasan sebuah satuan pemerintahan yang merdeka (onafhan’kelijkheid).7

Perda merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum diatasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.8 Oleh sebab itu pembentukan perda perlu mendapatkan perhatian secara seksama dan secara substansi berpihak kepada aspirasi dan kepentingan masyarakat lokal secara keseluruhan.9

Menurut ketentuan Undang-Undang, pengertian Pemerintah Daerah yaitu peraturan perundang-undangan yang dibentuk bersama oleh Dewan Perwakilan RI Daerah dengan Kepala Daerah baik di Provinsi maupun di Kabupaten / Kota. Dalam ketentuan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang dimaksud dengan Peraturan Daerah (Perda)

7

I Gde Pantja Astawa. 2009, Problematika Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, Cet.I, Bandung : PT. Alumni , hlm 265

8

Pasal 3 ayat (3) Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata urutan Peraturan Perundang-undangan.

9

Winardi. 2008, Dinamika Politik Hukum Pasca Perubahan Konstitusi dan Implementasi Otonomi Daerah. Jawa Timur : Setara Press, hlm. 240


(29)

16

adalah “peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah”.

Secara filosofis Perda dapat dilihat dari beberapa fungsi Perda10 yaitu :

a. Sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan sebagaimana diamantkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.

b. Merupakan peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam konteks ini, Perda tunduk pada ketentuan hierarki peraturan perundang-undangan. Dengan dmeikian Perda tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. c. Sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur

aspirasi masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

d. Sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah.

Program penyusunan Perda dilakukan dalam satu Program Legislasi Daerah, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dalam penyiapan satu materi Perda. Ada berbagai jenis Perda yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kota dan Propinsi antara lain:

a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah

c. Tata Ruang Wilayah Daerah

10

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, Panduan Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah, 2009. Jakarta : Depkumham, hlm. 7


(30)

17

d. APBD

e. Rencana Program Jangka Menengah Daerah f. Perangkat Daerah

g. Pemerintahan Desa h. Pengaturan umum lainnya

2.4. PolisiPamongPraja

Peraturan daerah berisikan ketentuan hukum yang mempunyai tujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman prilaku dalam lalu lintas dan hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Menurut Satjipto Rahadjo, penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak. Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan.11

Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan nilai yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan (sebagai “social engioneering”), memelihara dan

mempertahankan (sebagai “social control”) kedamaian hidup.12

Hakikat penegakan hukum adalah mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang memuat keadilan dan kebenaran. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh karena itu, keberhasilan penegakan hukum itu

11

Ridwan, HR. 2006, HukumAdministrasi Negara, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, hlm. 306

12

Soerjono, soekanto. 1983, BantuanHukumSuatuTinjauanSosioYuridis, Jakarta :Ghalia Indonesia, hlm. 13


(31)

18

bukan hanya menjadi tugas dari para penegak yang sudah dikenal secara konvesional, tetapi tugas dari semua subjek hukum dalam masyarakat. Secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto ada lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu :

a. Faktor hukumnya sendiri.

b. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum itu berlaku atau diterapkan.

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.13

Kelima faktor diatas saling berkaitan dengan eratnya karena merupakan esensi dari penegakan hukum serta merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum. Soerjono Soekanto mengatakan bahwa agar hukum dapat berfungsi dengan baik diperlukan keserasian dalam hubungan antara empat faktor, yakni : a. Hukum atau peraturannya sendiri

Kemungkinannya adalah bahwa terjadi ketidak cocokan antara peraturan perundang-undangan dengan hukum tertulis, hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan, ataupun ketidakserasian antara perundang-undangan mengenai bidang tertentu.

13


(32)

19

b. Mentalitas petugas yang menegakan hukum antara lain mencakup hakim, polisi, jaksa, pembela petugas kemasyarakatan, dll. Apabila peraturan perundang-undangan sudah baik, tetapi mental penegak hukum kurang baik maka akan terjadi gangguan pada sistem penegakan hukum.

c. Fasilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum. Fasilitas yang memadai (dalam ukuran tertentu), maka penegakan hukum akan berjalan semestinya.

d. Kesadaran hukum, kepatuhan hukum, dan perilaku warga masyarakat.14

Penegakan hukum yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja dalam hal larangan berdagang di tempat tertentu di kota metro adalah melakukan penertiban atau biasa disebut dengan razia. Razia biasanya dilakukan dengan instansi-instansi terkait. Kegiatan razia ini dilakukan oleh anggota satuan Polisi Pamong Praja sebagai upaya mencegah bertemunya niat dan kesempatan dengan cara mendatangi, mengamati, dan mengawasi situasi dan kondisi yang akan diperkirakan menimbulkan segala bentuk gangguan yang dapat menimbulkan gangguan dalam keamanan dan ketertiban.

14


(33)

20

2.5. Dasar Hukum

Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap penyelenggaraan atau tindakan hukum oleh subyek hukum baik orang perorangan atau badan hukum. Selain itu dasar hukum juga dapat berupa norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi pembentukan peraturan perundang-undangan yang lebih baru dan atau yang lebih rendah derajatnya dalam hirarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan.15 Bentuk yang disebut terakhir ini juga biasanya disebut sebagai landasan yuridis yang biasanya tercantum dalam considerans peraturan hukum atau surat keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga tertentu.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri 41 Tahun 2012 Pasal 1 yang

berbunyi “ Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penataan PKL juga dituangkan dalam Peraturan lain yaitu Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

15


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini maka digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan Yuridis Normatif adalah suatu pendekatanyang dilakukan dimana pengumpulan dan penyajian data dilakukan dengan mempelajari dan menelaah konsep-konsep dan teori-teori serta peraturan-peraturan secara kepustakaan yang berkaitan dengan pokok bahasan penulisan skripsi ini. Pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan yang ada mengenai pokok bahasan.

3.2. Sumber Data

Sumber dan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan, data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung pada objek penelitian (field Risearch) yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara langsung dengan Kepala Dinas Kebersihan, Kepala Dinas Perdagangan dan Pasar Kota Metro, Pedagang Kaki Lima mengenai rencana penataan pedagang kaki lima di Kota Metro. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan literatur kepustakaan dengan melakukan studi dokumen, arsip yang bersifat teoritis, konsep-konsep, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan pokok cara membaca, mengutip dan menelaah peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan di bahas, yang terdiri antara lain:


(35)

22

a. Bahan Hukum Primer

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Undang-Undang Nomor 39Tahun1999 mengenai Hak Asasi Manusia. 3. Undang-Undang No:22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan (LLAJ).

4. Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2013 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.

5. Peraturan Daerah No 05 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum, Kebersihan Dan Keindahan Kota Metro.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dalam hal ini teori-teori yang dukemukakan para ahli dan Peraturan Perundang-undangan.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari Literatur, Kamus, Internet, surat kabar dan lain-lain

3.3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.3.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan, dengan studi pustaka dan studi literatur.

a) Studi Pustaka

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari undang-undang, peraturan pemerintah dan literatur hukum yang berkaitan dengan kekuatan


(36)

23

pembuktian keterangan saksi. Hal ini dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan pokok bahasan dan ruang lingkup penelitian ini.

b) Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan informan yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara (Interview) secara langsung dengan alat bantu daftar pertanyaan yang bersifat terbuka, terhadap informan/narasumber yang berkaitan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

3.3.2. Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan.

b) Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif. c) Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah

ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.


(37)

24

3.4. Analisis Data

Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif yaitu analisis yang dilakukan secara deskriptif yakni penggambaran argumentasi dari data yang diperoleh di dalam penelitian. Dari hasil analisis tersebut dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara deduktif yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada realitas yang bersifat umum yang kemudian disimpulkan secara khusus.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :

1. Pemerintah Kota Metro sudah melakukan penataan PKL di Taman Kota Metro diwakili oleh Dinas Perdagangan dan Pasar bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Metro sudah menerapkan program untuk mendukung penyuluhan dan penataan pedagang kaki lima di sekitar Kota Metro termasuk di Taman Merdeka.

2. Faktor yang menghambat Pemerintah Kota Metro dalam Penataan PKL di Taman Merdeka Kota Metro adalah:

a. Faktor internal dari Dinas Pasar yaitu kurangnya koordinasi antara instansi yang terkait dengan penataan kota dan penertiban pedagang kaki lima di Taman Merdeka.Faktor-faktor penghambat pemerintah dalam penataan pedagang kaki lima ditimbulkan oleh Pedagang Kaki Lima danPemerintahkota Metro.

b. Kurangnya kesadaran hukum para pedagang kaki lima terhadap penataan yang dilakukan oleh Dinas Pasar. Hal ini dapat dilihat dengan makin menjamurnya jumlah pedagang kaki lima yang berada di Taman Merdeka sekarang dan sulit sekali untuk melakukan penataan dengan jumlah mereka yang semakin hari semakin bertambah banyak.


(39)

47

c. Banyak para PKL yang tidak datang saat diberi penyuluhan oleh Pemerintah Kota Metro, maka dari itu PKL tidak mengetahui aturan-aturan hukum yang berlaku dan peraturan daerah Kota Metro.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti pada penelitian ini adalah:

1. Seharusnya Pemerintah Kota Metro lebih tanggap lagi dan serius dalam hal penataan pedagang kaki lima (PKL) di taman merdeka Kota Metro. Karena pedagang kaki lima merupakan aset yang sangat berharga bagi tiap kota dan dapat menjadi pendapatan daerah jika dikembangkan, ditata dan dikelola dengan baik

2. Pemerintah Kota Metro seharusnya mengikuti asas Pemeritahan yang baik sesuai dengan aturannya, dan tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah No.5 Tahun 2010 Tentang ketertiban, keindahan, dan Kebersihan dan Surat edaran Walikota No.650/87/05/2006 perihal Kebersihan dan Keindahan Taman Merdeka. Karena telah mengeluarkan kebijakan lisan untuk berjualan di Taman Merdeka Kota Metro pada jam tertentu dan sehingga tidak sesuai dengan Perda No.5 Tahun 2010. Pemerintah Kota Metro harus cepat membangun tempat relokasi yang baru agar pedagang kaki lima di sekitar taman Kota Metro dapat dipindahkan, dan agar taman kota kembali menjadi indah dan bersih sebagaimana fungsi Taman Merdeka sebagai RTH.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 1992. Dasar-dasar Bisnis dan Pemasaran. Alfabeta. Bandung. An-naf, Jullisar. 1993. Pedagang Kaki Lima dengan Berbagai Permasalahannya.

Gramedia. Jakarta.

Hidayat, S. 1991. Pola Pembinaan Usaha Pedagang Kaki Lima.Kerjasama UNPAD dan BPKPMD. Jakarta.

Hasni, 2008, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah dalamKonteks

UUPA-UUPR-UUPLH, Rajawali Press. Jakarta

Karafir, P.Y. 1997. Pemupukan Modal Pedagang Kaki Lima.Fakultas Ilmu Sosial UI Bekerja sama dengan Pusat Latihan Ilmu Sosial. Jakarta

Mardikanto, 1987. Komunikasi Pembangunan, Uns Press-surakarta.

McGee, TG and YM Yeung, 1977. Hawkers in Southeast Asian Cities: Planning

for the Bazaar Economy. IDRC Ottawa, Canada.

Poerwa darminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Ridwan, HR. 2002. Hukum Administrasi Negara. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Soemardi dan Evers. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, CV.Rajawali. Jakarta.

Soekanto Soerjono. 1983, Bantuan Hukum Suatu TinjauanSosioYuridis, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Soeharsono Sagir. 1989, Membangun Manusia Karya Masalah Ketenaga

kerjaandan Pengembangan Sumber Daya Manusia.Pustaka Sinar Harapan.


(41)

PeraturanPerundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang No:22Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). PeraturanPresidenNomor125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataandan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintah Kota Metro Peraturan Daerah no 05 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum, Kebersihan Dan Keindahan Kota Metro.

Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro 2011-2031

Surat Edaran WalikotaNo : 650/87/05/2006 Perihal : Kebersihan dan Keindahan Taman Merdeka.


(1)

pembuktian keterangan saksi. Hal ini dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan pokok bahasan dan ruang lingkup penelitian ini.

b) Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan informan yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara (Interview) secara langsung dengan alat bantu daftar pertanyaan yang bersifat terbuka, terhadap informan/narasumber yang berkaitan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

3.3.2. Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan.

b) Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif. c) Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah

ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.


(2)

24

3.4. Analisis Data

Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif yaitu analisis yang dilakukan secara deskriptif yakni penggambaran argumentasi dari data yang diperoleh di dalam penelitian. Dari hasil analisis tersebut dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara deduktif yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada realitas yang bersifat umum yang kemudian disimpulkan secara khusus.


(3)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :

1. Pemerintah Kota Metro sudah melakukan penataan PKL di Taman Kota Metro diwakili oleh Dinas Perdagangan dan Pasar bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Metro sudah menerapkan program untuk mendukung penyuluhan dan penataan pedagang kaki lima di sekitar Kota Metro termasuk di Taman Merdeka.

2. Faktor yang menghambat Pemerintah Kota Metro dalam Penataan PKL di Taman Merdeka Kota Metro adalah:

a. Faktor internal dari Dinas Pasar yaitu kurangnya koordinasi antara instansi yang terkait dengan penataan kota dan penertiban pedagang kaki lima di Taman Merdeka.Faktor-faktor penghambat pemerintah dalam penataan pedagang kaki lima ditimbulkan oleh Pedagang Kaki Lima danPemerintahkota Metro.

b. Kurangnya kesadaran hukum para pedagang kaki lima terhadap penataan yang dilakukan oleh Dinas Pasar. Hal ini dapat dilihat dengan makin menjamurnya jumlah pedagang kaki lima yang berada di Taman Merdeka sekarang dan sulit sekali untuk melakukan penataan dengan jumlah mereka yang semakin hari semakin bertambah banyak.


(4)

47

c. Banyak para PKL yang tidak datang saat diberi penyuluhan oleh Pemerintah Kota Metro, maka dari itu PKL tidak mengetahui aturan-aturan hukum yang berlaku dan peraturan daerah Kota Metro.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti pada penelitian ini adalah:

1. Seharusnya Pemerintah Kota Metro lebih tanggap lagi dan serius dalam hal penataan pedagang kaki lima (PKL) di taman merdeka Kota Metro. Karena pedagang kaki lima merupakan aset yang sangat berharga bagi tiap kota dan dapat menjadi pendapatan daerah jika dikembangkan, ditata dan dikelola dengan baik

2. Pemerintah Kota Metro seharusnya mengikuti asas Pemeritahan yang baik sesuai dengan aturannya, dan tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah No.5 Tahun 2010 Tentang ketertiban, keindahan, dan Kebersihan dan Surat edaran Walikota No.650/87/05/2006 perihal Kebersihan dan Keindahan Taman Merdeka. Karena telah mengeluarkan kebijakan lisan untuk berjualan di Taman Merdeka Kota Metro pada jam tertentu dan sehingga tidak sesuai dengan Perda No.5 Tahun 2010. Pemerintah Kota Metro harus cepat membangun tempat relokasi yang baru agar pedagang kaki lima di sekitar taman Kota Metro dapat dipindahkan, dan agar taman kota kembali menjadi indah dan bersih sebagaimana fungsi Taman Merdeka sebagai RTH.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 1992. Dasar-dasar Bisnis dan Pemasaran. Alfabeta. Bandung. An-naf, Jullisar. 1993. Pedagang Kaki Lima dengan Berbagai Permasalahannya.

Gramedia. Jakarta.

Hidayat, S. 1991. Pola Pembinaan Usaha Pedagang Kaki Lima.Kerjasama UNPAD dan BPKPMD. Jakarta.

Hasni, 2008, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah dalamKonteks UUPA-UUPR-UUPLH, Rajawali Press. Jakarta

Karafir, P.Y. 1997. Pemupukan Modal Pedagang Kaki Lima.Fakultas Ilmu Sosial UI Bekerja sama dengan Pusat Latihan Ilmu Sosial. Jakarta

Mardikanto, 1987. Komunikasi Pembangunan, Uns Press-surakarta.

McGee, TG and YM Yeung, 1977. Hawkers in Southeast Asian Cities: Planning for the Bazaar Economy. IDRC Ottawa, Canada.

Poerwa darminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Ridwan, HR. 2002. Hukum Administrasi Negara. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Soemardi dan Evers. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, CV.Rajawali. Jakarta.

Soekanto Soerjono. 1983, Bantuan Hukum Suatu TinjauanSosioYuridis, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Soeharsono Sagir. 1989, Membangun Manusia Karya Masalah Ketenaga kerjaandan Pengembangan Sumber Daya Manusia.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.


(6)

PeraturanPerundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang No:22Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Peraturan PresidenNomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataandan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima

Peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintah Kota Metro Peraturan Daerah no 05 Tahun 2010 tentang Ketertiban Umum, Kebersihan Dan Keindahan Kota Metro.

Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro 2011-2031

Surat Edaran WalikotaNo : 650/87/05/2006 Perihal : Kebersihan dan Keindahan Taman Merdeka.


Dokumen yang terkait

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 1 16

PENDAHULUAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkliwon).

0 1 8

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 2 17

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI ALUN-ALUN KOTA MOJOKERTO.

1 4 101

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA.

0 1 11

Implementasi kebijakan pemerintah kota Yogyakarta dalam penataan pedagang kaki lima AWAL

0 0 11

Pemerintah Kota Pedagang Kaki Lima Komunitas

0 1 16

PERAN PEMERINTAH DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KE DALAM SENTRA WISATA KULINER DI KOTA SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 11

PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SURABAYA ( Studi : Pedagang Kaki Lima di Taman Bungkul Surabaya) - Unika Repository

0 1 17

PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SURABAYA ( Studi : Pedagang Kaki Lima di Taman Bungkul Surabaya) - Unika Repository

0 7 21