E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Tindak Pidana
Istilah Tindak dari tindak pidana adalah merupakan singkatan dari tindakan atau petindak, artinya ada orang yang melakukan suatu tindakan, sedangkan orang
yang melakukan itu dinamakan petindak. Sesuatu tindakan dapat dilakukan oleh siapa saja tetapi dalam banyak hal sesuatu tindakan tertentu hanya mungkin
dilakukan oleh seseorang dari yang bekerja pada negara atau pemerintah, atau orang yang mempunyai suatu keahlian tertentu.
6
Pengertian tindak pidana menurut istilah adalah terjemahan paling umum untuk istilah
strafbaar feit
.
7
Strafbaar feit
merupakan istilah asli bahasa Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan berbagai arti diantaranya yaitu,
tindak pidana, delik, perbuatan pidana, peristiwa pidana maupun perbuatan yang dapat dipidana. Kata
Strafbaar feit
terdiri dari 3 kata, yakni
straf, baar
dan
feit.
Berbagai istilah yang digunakan sebagai terjemahan dari
strafbaar feit
itu, ternyata
straf
diterjemahkan sebagai pidana dan hukum. Perkataan
baar
diterjemahkan dengan dapat dan boleh, sedangkan untuk kata
feit
diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.
Menurut Simons, Pengertian tindak pidana merupakan tindakan melanggar hukum pidana yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh
seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang- undang hukum pidana telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat
dihukum.
8
Selanjutnya menurut Pompe, pengertian tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma gangguan terhadap tata tertib hukum yang dengan sengaja
ataupun dengan tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana
6
.Sianturi,
Asas-asa s Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya
, Cet. 4, Jakarta: Percetakan BPK Gunung Mulia, 1996, halaman. 203
7
.Adami Chazawi
, Pengantar Hukum Pidana Bag 1,
Grafindo, Jakarta, 2002, hal. 69
8
. Evi Hartanti,
Tindak Pidana Korupsi
, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, halaman. 5
penjatuhan hukuman trhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat bertanggung
jawab yang mana perbuatan tersebut dilarang atau diperintahkan atau dibolehkan oleh undang-undang hukum pidana yang diberi sanksi berupa sanksi pidana.
untuk membedakan suatu perbuatan sebagai tindak pidana atau bukan tindak pidana ialah apakah perbuatan tersebut diberi sanksi pidana atau tidak diberi
sanksi pidana. maka, pengertian tindak pidana ini dapat dilihat dari dua segi yaitu:
9
1 Segi Perbuatannya
Perbuatan adalah perbuatan yang melawan hukum, dalam arti formil suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh
undang-undang; merupakan unsur tertulis dalam suatu delik pidana dalam arti materiil tidak secara tegas dilarang dan diancam dengan
undang-undang; merupakan unsur tidak tertulis yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis yang hidup dimasyarakat, seperti
asas-asas umum yang berlaku.
2 Segi Orangnya
Orang harus mempunyai kesalahan dan dapat dipertanggungjawabkan. Semua Tindak pidana mempunyai persamaan sifat.
2. Pengertian Wewenang Wewenang merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan melakukan
kegiatanaktivitas dalam suatu lembaga danatau instansi. secara konseptual, istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan dengan istilah Belanda
“
bevoegdheid
” yang berarti wewenang atau berkuasa. Kewenangan adalah apa yang disebut dengan “kekuasaan Fomiel” kekuasaan yang berasal dari kekuasaan
Legislatif diberikan
oleh Undang-undang
atau dari
kekuasaan
9
. Sianturi,
Op. Cit
,halaman 207
EksekutifAdministratif. Kewenangan biasanya terdiri dari atas wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan
terhadap sesuatu bidang pemerintahan tertentu sedangkan wewenag hanya mengenai sesuatu bidang tertentu, dalam kewenangan terdapat wewenang-
wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindakan hukum publik.
10
wewenang juga merupakan bagian yang sangat penting, karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang
diperolehnya. pengertian kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia KBBI diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk
melakukan sesuatu.
11
Adapun Karakter Wewenang dapat dibedakan atas :
12
1. Wewenang terikat adalah wewenang dari pejabat atau badan pemerintah
yang wajib dilaksanakan atau tidak dapat berbuat lain selain dari apa yang tercantum dalam sisi suatu peraturan. Wewenang ini sudah sudah
ditentukan secara rinci, kapan dan dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan.
2. Wewenang Diskresi adalah wewenang yang diberikan beserta kebebasan
dari pejabat untuk mengatur secara lebih kongkrit dan rinci, sedangkan peraturan perundang-undang hanya memberikan hal-hal yang pokok saja.
Menurut Prajudi Atmosudirjo,
13
kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif diberi oleh
Undang-Undang atau dari kekuasaan eksekutifadministratif. Kewenangan merupakan kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan
10
. Amiruddin,
Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa
, Genta Publishing, hal.38
11
.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
, Edisi Ketiga, Departemen pendidikan, Balai Pustaka, Halaman, 183.
12
. Amiruddin.
Op.Cit
, halaman 39
13
.https:boeyberusahasabar.wordpress.com20131210sumber-kewenangan-atribusi- delegasi-dan-mandat, diakses tanggal 22 Mei 2015.
terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu yang bulat. sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu
onderdil
tertentu saja. didalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang. wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu
tindak hukum public. Sedangkan Philipus M. Hadjon, mengatakan bahwa setiap tindakan
pemerintahan disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu atribusi, delegasi, dan
mandat. Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh undang-undang dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat
adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan.
14
Kemudian Philipus. M. Hadjon pada dasarnya membuat perbedaan antara delegasi dan mandat. Dalam hal
delegasi mengenai prosedur pelimpahannya berasal dari suatu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lainnya dengan peraturan
perundang-undangan, dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih ke delegataris. Pemberi delegasi tidak dapat menggunakan wewenang itu lagi,
kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang dengan asas
”contrarius actus”. Artinya, setiap perobahan, pencabutan suatu peraturan pelaksanaan
perundang-undangan, dilakukan oleh pejabat yang menetapkan peraturan dimaksud, dan dilakukan dengan peraturan yang setaraf atau yang lebih tinggi.
Dalam hal mandat, prosedur pelimpahan dalam rangka hubungan atasan bawahan yang bersifat rutin. Adapun tanggung jawab dan tanggung gugat tetap pada
pemberi mandat. Setiap saat pemberi mandat dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu.
Selanjutnya S.F.Marbun,
15
menyebutkan wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis
adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk
melakukan hubungan-hubungan
hukum. wewenang
itu dapat
mempengaruhi terhadap pergaulan hukum, setelah dinyatakan dengan tegas wewenang tersebut sah, baru kemudian tindak pemerintahan mendapat kekuasaan
hukum
rechtskracht.
Pengertian wewenang itu sendiri akan berkaitan dengan kekuasaan.
Wewenang memiliki arti sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan, dan
meyelesaikan pertentangan. Hak tersebut dapat diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang; dengan demikian wewenang
memiliki tekanan pada hak bukan pada kekuasaannya. Kekuasaan tanpa
14
.
ibid.
15
.Ibid
wewenang dapat dianggap kekuatan yang dianggap tidak sah oleh masyarakat. Kekuasaan harus mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari masyarakat agar
kekuasaan tersebut memiliki wewenang.
16
Bentuk-bentuk wewenang secara umum terbagi atas empat bentuk, yaitu:
17
1 Wewenang kharismatis, tradisional, dan legal
Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah melainkan pada kemampuan khusus bersifat gaib pada diri seseorang. Wewenang
tradisional merujuk pada kaidah seseorang merupakan bagian dari kelompok yang sudah lama memiliki kekuasaan dalam masyarakat.
Wewenang rasional disandarkan pada kaidah atau sistem hukum yang berlaku dan wewenangnya memiliki jangka waktu yang terbatas.
2 Wewenang resmi dan tidak resmi
Wewenang resmi bersifat sistematis, diperhitungkan, dan rasional. Wewenang tidak resmi dapat merupakan hasil dari sifat kondisional
dalam masyarakat, sehingga tidak bersifat sistematis meski melalui perhitungan-perhitungan yang rasional.
3 Wewenang pribadi dan teritorial
Wewenang pribadi bergantung pada solidaritas antara anggota kelompok dan berpusat pada seseorang tanpa mengenal batas contoh petani dengan
buruh tani. Wewenang teritorial menekankan pada sentralisasi wewenang yang didasarkan pada wilayah tempat tinggal contoh RT atau RW.
4 Wewenang terbatas dan menyeluruh
Dikatakan wewenang terbatas apabila tidak mencakup semua sektor kehidupan atau terbatas pada bidang tertentu. Wewenang menyeluruh
adalah wewenang yang tidak terbatas pada suatu bidang saja, melainkan pada keseluruhan bidang kehidupan masyarakat.
3. Pengertian Jabatan
Yang di maksud dengan jabatan adalah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dilakukan untuk kepentingan Negara kepentingan umum. Jabatan
juga merupakan Subjek hukum yakni pendukung hak dan kewajiban suatu Personifikasi, oleh karena jabatan itu pendukung hak dan kewajiban, maka
16
. http:rushdiezhepa.blogspot.com201208kekuasaan-wewenang-dan-
kepemimpinan.html, diakses tanggal 22 Mei 2015
17
http:www.bimbie.combentuk-wewenang.htm, di akses tanggal 23 Mei 2015
dengan sendirinya jabatan tersebut dapat melakukan tindakan hukum.
18
Setiap jabatan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, jabatan yang satu berbeda
karakteristiknya dengan jabatan yang lain. Karakteristik jabatan tersebut dapat dilihat dari hasil kerja kerja dan perangkat kerja yang dipergunakan. Dalam
birokrasi pemerintah dikenal jabatan karier, yakni jabatan dalam lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil PNS. Jabatan
karier dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
19
1 Jabatan Struktural, yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur
organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah eselon IVb hingga yang tertinggi eselon Ia. Contoh
jabatan struktural di PNS Pusat adalah: Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh jabatan struktural
di PNS Daerah adalah: sekretaris daerah, kepala dinasbadankantor, kepala bagian, kepala bidang, kepala seksi, camat, sekretaris camat, lurah,
dan sekretaris lurah.
2 Jabatan Fungsional, yaitu jabatan teknis yang tidak tercantum dalam
struktur organisasi, tetapi dari sudut pandang fungsinya sangat diperlukan dalam pelaksansaan tugas-tugas pokok organisasi, misalnya: auditor
Jabatan Fungsional Auditor atau JFA, guru, dosen, dokter, perawat, bidan, apoteker, peneliti, perencana, pranata komputer, statistisi, pranata
laboratorium pendidikan dll. Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, namun
sangat diperlukan dalam tugas-tugas pokok dalam organisasi Pemerintah. Jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil terdiri atas jabatan fungsional
keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan fungsional keahlian adalah kedudukan yang menunjukkan tugas yang dilandasi oleh
pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang didasarkan atas disiplin ilmu yang bersangkutan danatau berdasarkan sertifikasi yang setara
dengan keahlian dan ditetapkan berdasarkan akreditasi tertentu. sedangkan jabatan fungsional keterampilan adalah kedudukan yang
mengunjukkan tugas yang mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu serta dilandasi kewenangan penanganan berdasarkan sertifikasi
yang ditentukan.
18
.Amiruddin,
Op. Cit
, halaman 95
19
. http:jabatanfungsional.comjabatan-fungsional, di akses tanggal 23 Mei 2015
Menurut Bagir Manan, Jabatan adalah lingkungan kerja tetap yang bersifat abstrak dengan fungsi tertentu, yang secara keseluruhan mencerminkan kerja
organisasi. sifat abstrak dari sebuah jabatan, mengharuskan adanya pejabat yang diberikan wewenang dan tanggungjawab agar jabatan dapat menjadi konkret dan
fungsi-fungsinya dapat dijalankan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka organisasi merupakan sebuah kumpulan dari jabatan-jabatan yang memerlukan
pejabat sebagai konkretisasi jabatan.
20
Pengertian jabatan dan pejabat sebagaimana yang dikemukakan oleh Bagir Manan tergambar dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara ASN. Dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ASN tersebut dijelaskan bahwa Pegawai Aparatur Sipil Negara terdiri dari dua jenis,
yakni pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil PNS dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja PPPK. Lebih jelas, ketentuan ini diatur
dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara sebagai berikut:
21
a Pegawai Negeri Sipil PNS; dan
b Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja PPPK.
Selain itu, Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ASN juga menggolongkan jenis-jenis pejabat,
diantaranya adalah pejabat administrasi, pejabat pimpinan tinggi, pejabat fungsional, dan pejabat Pembina kepegawaian. Untuk jabatan administrasi, Pasal
14 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ASN
20
. http:www.hukumonline.comklinikdetaillt52f38f89a7720pejabat-negara-dan-
pejabat-pemerintahan, diaskses tanggal 23 Mei 2015
21
.Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
memberikan tiga macam sub jabatan, yakni jabatan administrator, jabatan pengawas, dan jabatan pelaksana.
Dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ASN juga disebutkan bahwa pejabat dalam jabatan pelaksana
bertanggungjawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Artinya, pasal tersebut menyatakan bahwa
pegawai Aparatur Sipil Negara pada tingkat pelaksana pun dikategorikan sebagai pejabat, yakni pejabat pelaksana. Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa seluruh pegawai Aparatur Sipil Negara, baik yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja PPPK merupakan pejabat pemerintahan atau pejabat publik.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian