Tinjauan Kepustakaan Tinjauan Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Tindak Pidana Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Jabatan (Studi Putusan No.465/PID.SUS/2010/PN.Psp)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Tindak Pidana Istilah Tindak dari tindak pidana adalah merupakan singkatan dari tindakan atau petindak, artinya ada orang yang melakukan suatu tindakan, sedangkan orang yang melakukan itu dinamakan petindak. Sesuatu tindakan dapat dilakukan oleh siapa saja tetapi dalam banyak hal sesuatu tindakan tertentu hanya mungkin dilakukan oleh seseorang dari yang bekerja pada negara atau pemerintah, atau orang yang mempunyai suatu keahlian tertentu. 6 Pengertian tindak pidana menurut istilah adalah terjemahan paling umum untuk istilah strafbaar feit . 7 Strafbaar feit merupakan istilah asli bahasa Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan berbagai arti diantaranya yaitu, tindak pidana, delik, perbuatan pidana, peristiwa pidana maupun perbuatan yang dapat dipidana. Kata Strafbaar feit terdiri dari 3 kata, yakni straf, baar dan feit. Berbagai istilah yang digunakan sebagai terjemahan dari strafbaar feit itu, ternyata straf diterjemahkan sebagai pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh, sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan. Menurut Simons, Pengertian tindak pidana merupakan tindakan melanggar hukum pidana yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang- undang hukum pidana telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. 8 Selanjutnya menurut Pompe, pengertian tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma gangguan terhadap tata tertib hukum yang dengan sengaja ataupun dengan tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana 6 .Sianturi, Asas-asa s Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya , Cet. 4, Jakarta: Percetakan BPK Gunung Mulia, 1996, halaman. 203 7 .Adami Chazawi , Pengantar Hukum Pidana Bag 1, Grafindo, Jakarta, 2002, hal. 69 8 . Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi , Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, halaman. 5 penjatuhan hukuman trhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat bertanggung jawab yang mana perbuatan tersebut dilarang atau diperintahkan atau dibolehkan oleh undang-undang hukum pidana yang diberi sanksi berupa sanksi pidana. untuk membedakan suatu perbuatan sebagai tindak pidana atau bukan tindak pidana ialah apakah perbuatan tersebut diberi sanksi pidana atau tidak diberi sanksi pidana. maka, pengertian tindak pidana ini dapat dilihat dari dua segi yaitu: 9 1 Segi Perbuatannya Perbuatan adalah perbuatan yang melawan hukum, dalam arti formil suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang; merupakan unsur tertulis dalam suatu delik pidana dalam arti materiil tidak secara tegas dilarang dan diancam dengan undang-undang; merupakan unsur tidak tertulis yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis yang hidup dimasyarakat, seperti asas-asas umum yang berlaku. 2 Segi Orangnya Orang harus mempunyai kesalahan dan dapat dipertanggungjawabkan. Semua Tindak pidana mempunyai persamaan sifat. 2. Pengertian Wewenang Wewenang merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan melakukan kegiatanaktivitas dalam suatu lembaga danatau instansi. secara konseptual, istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan dengan istilah Belanda “ bevoegdheid ” yang berarti wewenang atau berkuasa. Kewenangan adalah apa yang disebut dengan “kekuasaan Fomiel” kekuasaan yang berasal dari kekuasaan Legislatif diberikan oleh Undang-undang atau dari kekuasaan 9 . Sianturi, Op. Cit ,halaman 207 EksekutifAdministratif. Kewenangan biasanya terdiri dari atas wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan tertentu sedangkan wewenag hanya mengenai sesuatu bidang tertentu, dalam kewenangan terdapat wewenang- wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindakan hukum publik. 10 wewenang juga merupakan bagian yang sangat penting, karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya. pengertian kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia KBBI diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu. 11 Adapun Karakter Wewenang dapat dibedakan atas : 12 1. Wewenang terikat adalah wewenang dari pejabat atau badan pemerintah yang wajib dilaksanakan atau tidak dapat berbuat lain selain dari apa yang tercantum dalam sisi suatu peraturan. Wewenang ini sudah sudah ditentukan secara rinci, kapan dan dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan. 2. Wewenang Diskresi adalah wewenang yang diberikan beserta kebebasan dari pejabat untuk mengatur secara lebih kongkrit dan rinci, sedangkan peraturan perundang-undang hanya memberikan hal-hal yang pokok saja. Menurut Prajudi Atmosudirjo, 13 kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif diberi oleh Undang-Undang atau dari kekuasaan eksekutifadministratif. Kewenangan merupakan kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan 10 . Amiruddin, Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa , Genta Publishing, hal.38 11 . Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi Ketiga, Departemen pendidikan, Balai Pustaka, Halaman, 183. 12 . Amiruddin. Op.Cit , halaman 39 13 .https:boeyberusahasabar.wordpress.com20131210sumber-kewenangan-atribusi- delegasi-dan-mandat, diakses tanggal 22 Mei 2015. terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu yang bulat. sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. didalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang. wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum public. Sedangkan Philipus M. Hadjon, mengatakan bahwa setiap tindakan pemerintahan disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh undang-undang dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan. 14 Kemudian Philipus. M. Hadjon pada dasarnya membuat perbedaan antara delegasi dan mandat. Dalam hal delegasi mengenai prosedur pelimpahannya berasal dari suatu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lainnya dengan peraturan perundang-undangan, dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih ke delegataris. Pemberi delegasi tidak dapat menggunakan wewenang itu lagi, kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang dengan asas ”contrarius actus”. Artinya, setiap perobahan, pencabutan suatu peraturan pelaksanaan perundang-undangan, dilakukan oleh pejabat yang menetapkan peraturan dimaksud, dan dilakukan dengan peraturan yang setaraf atau yang lebih tinggi. Dalam hal mandat, prosedur pelimpahan dalam rangka hubungan atasan bawahan yang bersifat rutin. Adapun tanggung jawab dan tanggung gugat tetap pada pemberi mandat. Setiap saat pemberi mandat dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu. Selanjutnya S.F.Marbun, 15 menyebutkan wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum. wewenang itu dapat mempengaruhi terhadap pergaulan hukum, setelah dinyatakan dengan tegas wewenang tersebut sah, baru kemudian tindak pemerintahan mendapat kekuasaan hukum rechtskracht. Pengertian wewenang itu sendiri akan berkaitan dengan kekuasaan. Wewenang memiliki arti sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan, dan meyelesaikan pertentangan. Hak tersebut dapat diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang; dengan demikian wewenang memiliki tekanan pada hak bukan pada kekuasaannya. Kekuasaan tanpa 14 . ibid. 15 .Ibid wewenang dapat dianggap kekuatan yang dianggap tidak sah oleh masyarakat. Kekuasaan harus mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari masyarakat agar kekuasaan tersebut memiliki wewenang. 16 Bentuk-bentuk wewenang secara umum terbagi atas empat bentuk, yaitu: 17 1 Wewenang kharismatis, tradisional, dan legal Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah melainkan pada kemampuan khusus bersifat gaib pada diri seseorang. Wewenang tradisional merujuk pada kaidah seseorang merupakan bagian dari kelompok yang sudah lama memiliki kekuasaan dalam masyarakat. Wewenang rasional disandarkan pada kaidah atau sistem hukum yang berlaku dan wewenangnya memiliki jangka waktu yang terbatas. 2 Wewenang resmi dan tidak resmi Wewenang resmi bersifat sistematis, diperhitungkan, dan rasional. Wewenang tidak resmi dapat merupakan hasil dari sifat kondisional dalam masyarakat, sehingga tidak bersifat sistematis meski melalui perhitungan-perhitungan yang rasional. 3 Wewenang pribadi dan teritorial Wewenang pribadi bergantung pada solidaritas antara anggota kelompok dan berpusat pada seseorang tanpa mengenal batas contoh petani dengan buruh tani. Wewenang teritorial menekankan pada sentralisasi wewenang yang didasarkan pada wilayah tempat tinggal contoh RT atau RW. 4 Wewenang terbatas dan menyeluruh Dikatakan wewenang terbatas apabila tidak mencakup semua sektor kehidupan atau terbatas pada bidang tertentu. Wewenang menyeluruh adalah wewenang yang tidak terbatas pada suatu bidang saja, melainkan pada keseluruhan bidang kehidupan masyarakat. 3. Pengertian Jabatan Yang di maksud dengan jabatan adalah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dilakukan untuk kepentingan Negara kepentingan umum. Jabatan juga merupakan Subjek hukum yakni pendukung hak dan kewajiban suatu Personifikasi, oleh karena jabatan itu pendukung hak dan kewajiban, maka 16 . http:rushdiezhepa.blogspot.com201208kekuasaan-wewenang-dan- kepemimpinan.html, diakses tanggal 22 Mei 2015 17 http:www.bimbie.combentuk-wewenang.htm, di akses tanggal 23 Mei 2015 dengan sendirinya jabatan tersebut dapat melakukan tindakan hukum. 18 Setiap jabatan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, jabatan yang satu berbeda karakteristiknya dengan jabatan yang lain. Karakteristik jabatan tersebut dapat dilihat dari hasil kerja kerja dan perangkat kerja yang dipergunakan. Dalam birokrasi pemerintah dikenal jabatan karier, yakni jabatan dalam lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil PNS. Jabatan karier dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 19 1 Jabatan Struktural, yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah eselon IVb hingga yang tertinggi eselon Ia. Contoh jabatan struktural di PNS Pusat adalah: Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh jabatan struktural di PNS Daerah adalah: sekretaris daerah, kepala dinasbadankantor, kepala bagian, kepala bidang, kepala seksi, camat, sekretaris camat, lurah, dan sekretaris lurah. 2 Jabatan Fungsional, yaitu jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut pandang fungsinya sangat diperlukan dalam pelaksansaan tugas-tugas pokok organisasi, misalnya: auditor Jabatan Fungsional Auditor atau JFA, guru, dosen, dokter, perawat, bidan, apoteker, peneliti, perencana, pranata komputer, statistisi, pranata laboratorium pendidikan dll. Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam tugas-tugas pokok dalam organisasi Pemerintah. Jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Jabatan fungsional keahlian adalah kedudukan yang menunjukkan tugas yang dilandasi oleh pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang didasarkan atas disiplin ilmu yang bersangkutan danatau berdasarkan sertifikasi yang setara dengan keahlian dan ditetapkan berdasarkan akreditasi tertentu. sedangkan jabatan fungsional keterampilan adalah kedudukan yang mengunjukkan tugas yang mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu serta dilandasi kewenangan penanganan berdasarkan sertifikasi yang ditentukan. 18 .Amiruddin, Op. Cit , halaman 95 19 . http:jabatanfungsional.comjabatan-fungsional, di akses tanggal 23 Mei 2015 Menurut Bagir Manan, Jabatan adalah lingkungan kerja tetap yang bersifat abstrak dengan fungsi tertentu, yang secara keseluruhan mencerminkan kerja organisasi. sifat abstrak dari sebuah jabatan, mengharuskan adanya pejabat yang diberikan wewenang dan tanggungjawab agar jabatan dapat menjadi konkret dan fungsi-fungsinya dapat dijalankan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka organisasi merupakan sebuah kumpulan dari jabatan-jabatan yang memerlukan pejabat sebagai konkretisasi jabatan. 20 Pengertian jabatan dan pejabat sebagaimana yang dikemukakan oleh Bagir Manan tergambar dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ASN. Dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ASN tersebut dijelaskan bahwa Pegawai Aparatur Sipil Negara terdiri dari dua jenis, yakni pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil PNS dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja PPPK. Lebih jelas, ketentuan ini diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara sebagai berikut: 21 a Pegawai Negeri Sipil PNS; dan b Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja PPPK. Selain itu, Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ASN juga menggolongkan jenis-jenis pejabat, diantaranya adalah pejabat administrasi, pejabat pimpinan tinggi, pejabat fungsional, dan pejabat Pembina kepegawaian. Untuk jabatan administrasi, Pasal 14 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ASN 20 . http:www.hukumonline.comklinikdetaillt52f38f89a7720pejabat-negara-dan- pejabat-pemerintahan, diaskses tanggal 23 Mei 2015 21 .Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara memberikan tiga macam sub jabatan, yakni jabatan administrator, jabatan pengawas, dan jabatan pelaksana. Dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ASN juga disebutkan bahwa pejabat dalam jabatan pelaksana bertanggungjawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Artinya, pasal tersebut menyatakan bahwa pegawai Aparatur Sipil Negara pada tingkat pelaksana pun dikategorikan sebagai pejabat, yakni pejabat pelaksana. Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh pegawai Aparatur Sipil Negara, baik yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja PPPK merupakan pejabat pemerintahan atau pejabat publik.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Analisis Hukum Pidana Atas Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Bebas Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor 51/Pid. Sus.K/2013/Pn.Mdn)

5 112 126

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas (vrijspraak) terhadap Terdakwa dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No.51/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn)

2 101 101

Pertimbangan Hakim Terhadap Penelitian Kemasyarakatan Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak (Studi Putusan No. 826/Pid.B/2007/PN.Mdn)

2 47 107

Analisis Tentang Tindak Pidana Korupsi Dalam Penyalahgunaan Wewenang Proyek Pengadaan Barang

1 40 2

Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan)

3 130 140

Tinjauan Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Tindak Pidana Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Jabatan (Studi Putusan No.465/PID.SUS/2010/PN.Psp)

0 68 154

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 0 34