Serapan Hara N, P, K Tanaman S

dekomposisi terjadi lebih baik pada sistem tanam PTT dibandingkan pada modifikasi budidaya lokal dan budidaya lokal. Pada suasana aerob dan pH yang optimal aktivitas mikroba melakukan dekomposisi terhadap substrat lebih aktif. Sebahagian besar substrat berasal dari bahan organik merupakan selulosa yang didekomposisi oleh mikroba tanah. Menurut Akhtar, 1998 dalam Susanti 2011 bahwa di alam sebagian besar selulosa 90-96 didegradasi secara aerob dan hanya sebagian kecil didegradasi secara anaerob. Perlakuan sistem tanam tidak mempengaruhi sifat kimia dan biokimia tanah, hal ini diduga perlakuan sistem tanam dengan pengelolaan jarak tanam legowo tegel, umur dan jumlah bibit perlubang tanam, pemupukan BWD-PUTS rekomendasi, pengairan berselang terus menerus non intermitten dilakukan pada lahan dengan kandungan unsur hara utama N, P, dan K pada kriteria sedang Lampiran 9 sehingga kurang respon terhadap pengelolaan tersebut di atas. Selanjutnya tanah dengan tekstur liat memiliki daya sangga yang besar terhadap tindakan perubahan dari luar. Tekstur tanah menentukan kapasitas adsorbsi dan besarnya daya penyangga buffering capacity dari tanah Foth, 1988. Makin halus tanah semakin besar luas permukaan dan daya penyangga sehingga semakin sukar untuk mengalami perubahan.

2. Serapan Hara N, P, K Tanaman S

istem tanam PTT modifikasi budidaya lokal dan budidaya lokal mempengaruhi serapan hara fosfor, dan kalium tanaman lebih tinggi dibandingkan serapan hara fosfor, dan kalium pada sistem tanam PTT. Hal ini dikarenakan pada Universitas Sumatera Utara sistem tanam PTT modifikasi budidaya lokal dan budidaya lokal menggunakan tiga bibit per lubang tanam sehingga memiliki jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan anakan sistem tanam PTT yang menggunakan satu bibit per lubang tanam. Demikian pula bobot kering akar pada sistem tanam PTT modifikasi budidaya lokal dan budidaya lokal lebih tinggi 100 dibandingkan dengan sistem PTT sehingga serapan hara juga lebih tinggi. Perlakuan sistem tanam tidak mempengaruhi serapan hara nitrogen diduga karena pada kondisi tanah tergenang hara nitrogen bersifat sukar tersedia dan pemupukan N banyak hilang dalam bentuk gas. Kehilangan N dalam bentuk gas tersebut terjadi melalui proses denitrifikasi gas N 2 O dan N 2 Kakuda dan Konno, 2000 dan Ostrom et al., 2000 maupun volatilisasi gas NH 3 Sedangkan pada sistem tanam pengairan berselang kehilangan N melalui denitrifikasi dan volatilisasi lebih kecil, namun belum mempengaruhi serapan hara dikarenakan baru dilakukan pada satu kali musim tanam. Mikkelsen et al., 1978, dua proses penting sebagai peneyebab hilangnya N dari sistem tanah-tanaman. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Keragaan tanaman pada sistem tanam PTT kiri dengan pengaturan air berselang intermitten dan Budidaya Lokal kanan non intermitten Serapan hara fosfor memiliki korelasi positif dengan serapan hara kalium r = 0.93. Perlakuan sistem tanam meningkatkan serapan hara kalium tanaman. Hal ini diduga karena penggenangan menurunkan potensial redoks Eh tanah sehingga meningkatkan kation Fe 2+ dan Mn 2+ . Kation-kation ini dapat menggantikan K yang diadsorpsi liat sehingga K dilepaskan ke dalam larutan tanah. Sependapat dengan Sanchez 1993 bahwa peningkatan jumlah air pada Universitas Sumatera Utara tanah yang digenangi dapat mempercepat pelarutan senyawa-senyawa alkali. Ion NH 4 + , Fe 2+ , dan Mn 2+

3. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman