pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman lebih optimal sehingga memberikan hasil yang maksimal. Sebagai perbandingan, bahwa pupuk nitrogen yang
diberikan pada sistem PTT mengacu kepada hasil pengamatan BWD yaitu lebih rendah dari jumlah pupuk yang diberikan pada sistem tanam budidaya lokal
Lampiran 7.
B. Respon Sifat Kimia Biokimia Tanah Sawah, Serapan Hara,
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi pada Pemberian Jerami
1. Sifat Kimia dan Biokimia Tanah
Kandungan C-organik tanah sebelum perlakuan 1,41 Lampiran 9 lebih tinggi dibandingkan setelah perlakuan yaitu 1,25. Penurunan kandungan C-organik
merupakan indikator bahwa dekomposisi sedang berlangsung. Goyal et al., 2005 melaporkan bahwa selama pengomposan bahan organik terjadi perubahan total
kandungan C-organik. Atkinson et al., 1996 menyatakan bahwa perubahan C- organik disebabkan oleh hilangnya karbon sebagai karbon dioksida. Karbon
dioksida yang dibebaskan melalui oksidasi dalam pengomposan menggambarkan tingkat aktivitas mikroba Barrigton et al., 2002. Hasil penelitian Indriyati 2007
menunjukkan bahwa kandungan C-organik menurun selama dekomposisi empat sampai dengan delapan bulan sebesar 35 - 53 yang menunjukkkan adanya
degradasi karbohidrat dari jerami. Selanjutnya Adiningsih dan Rochayati 1988 bahwa penggunaan jerami sebanyak 5 ton ha
-1
selama empat musim tanam berturut-turut berpengaruh nyata terhadap kadar C-organik dan KTK tanah.
Namun KTK tanah, serapan hara N, P, K meningkat setelah perlakuan terutama akibat perlakuan bokasi jerami.
Universitas Sumatera Utara
Pada aplikasi bokasi jerami dan jerami segar mempengaruhi kandungan C-organik tanah dikarenakan kandungan C organik bokasi dan jerami lebih tinggi dari pada
abu jerami Lampiran 9. Meskipun secara statistik tidak berpengaruh nyata, aplikasi jerami dapat
meningkatkan KTK tanah sebelum perlakuan dari 27,5 Cmol
+
kg
-1
Lampiran 9 menjadi rata-rata 29,89 Cmol
+
kg
-1
setelah perlakuan Tabel 5. Selanjutnya meskipun tidak mempengaruhi pH tanah secara statistik terdapat kecendrungan
aplikasi jerami dapat meningkatkan pH tanah. Hal ini karena jerami lebih banyak mengandung karbon yang merupakan sumber energi bagi mikroba pereduksi yang
mengakibatkan kenaikan pH. Menurut Sanchez 1993, kuatnya proses reduksi tergantung pada jumlah bahan organik yang mudah melapuk. Dalam keadaan
reduksi dihasilkan H
2
S, NH
3
, dan CH
4
yang digunakan dalam proses fotosintesis, sehingga CO
2
menurun dan ion bikarbonat HCO
3
berubah menjadi CO
2
dan ion OH
-
Diduga jerami yang diaplikasikan diamati hanya pada 60 HST atau 80 hari setelah inkubasi sehingga pada saat tersebut populasi dan aktivitas mikroba masih
rendah. Bahan organik merupakan sumber energi dan membentuk jaringan tubuh mikroorganisme dengan demikian populasi mikroorganisme di dalam tanah
meningkat Buckman dan Brady, 1982. Dekomposisi bahan organik oleh mikroba tanah dapat menghasilkan humus yang berhubungan dengan KTK tanah. Dengan
demikian dibutuhkan aplikasi jerami pada beberapa musim tanam. Hasil penelitian Roechan et al., 1995 menunjukkan bahwa pemberian jerami di lahan sawah jenis
tanah alluvial dapat meningkatkan C-organik, N-total, K- yang menyebabkan pH meningkat.
dd
, Ca
dd
, dan KTK tanah meskipun keberadaannya pada musim pertama belum meningkatkan hasil secara
Universitas Sumatera Utara
nyata, pemberian jerami kering pada padi sawah baru nampak meningkatkan produksi pada musim kedua.
2. Serapan Hara N, P, K