Kerangka Teoritis Mekanisme Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

BAB III GAMBARAN DATA PKLM

A. Kerangka Teoritis

1. Dasar Hukum

a. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161PJ.2001 tanggal 21 Pebruari 2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132PMK.012006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak c. UU No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan perihal kewajiban mendaftarkan diri dan memperoleh NPWP d. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-27PJ2003 tanggal 2 Februari 2003 tentang Tempat Pelayanan Terpadu di Kantor Pelayanan Pajak e. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-07PJ.72005 tanggal 22 Juni 2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 175PJ.2006 tanggal 19 Desember 2006 tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak Dan Universitas Sumatera Utara Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha danatau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan danatau Pertokoan g. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-272PJ2002 tanggal 17 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengamatan, Pemeriksaan Bukti Permulaan, dan Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan.

2. Defenisi Pajak

Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Para ahli dalam bidang perpajakan memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang perpajakan, namun pada dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama. Rochmat Soemitro 1997 : 2 berpendapat bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara peralihan harta dari sektor partikelir ke sektor pemerintah berdasarkan undang-undang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Sebenarnya pajak adalah kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya “digunakan”untuk “publik saving” yang merupakan sumber utama untuk mebiayai “publik investment”. Universitas Sumatera Utara Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa pajak adalah kewajiban yang harus dibayar ke kas negara berdasarkan undang-undang untuk membiayai pengeluaran rutin dan publik saving. Menurut Prof. Dr. P.J. A. Adriani Mardiasmo 2002 Pajak adalah iuran kepada kas negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umumnya berhubungan dengan tugas negara menyelenggarakan pemerintah. Dari defenisi tersebut diatas dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu : a. Pajak dapat dipaksakan pemungutannya berdasarkan undang-undang b. Membayar pajak tidak mendapatkan kontra prestasitimbal balik secara langsung c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah d. Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

3. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Fungsi Budgeter yaitu fungsi yang letaknya disektor publik dimana pajak merupakan suatu sumber untuk memasukkan uang ke kas negara yang akan digunakan untuk Universitas Sumatera Utara membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin negara, dan apabila setelah itu masih terdapat surplus akan digunakan untuk membiayai investasi pemerintah. b. Fungsi Reguler mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu selain di bidang keuangan yang umumnya ditujukan terhadap sektor swasta.

4. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Pemungutan pajak harus adil Syarat Keadilan Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan pajak diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan Wajib Pajak. Sedang adil dalam pelaksanaanya yaitu memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk memberikan hak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak. b. Pemungutan Pajak harus berdasarkan undang-undang Syarat Yuridis Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2 hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya. c. Tidak mengganggu Perekonomian Syarat Ekonomis Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. Universitas Sumatera Utara d. Pemungutan Pajak Harus Efisien Syarat Finansiil Sesuai fungsi budgeter, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. e. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

5. Pengelompokan Pajak

a. Menurut Golongannya 1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak Penghasilan PPh 2. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai PPN b. Menurut Sifatnya 1. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjek pajaknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya Pajak Penghasilan PPh 2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM. Universitas Sumatera Utara c. Menurut Lembaga Pemungutannya 1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, misalnya PPh, PPnBM, PBB, dan Bea Materai 2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas : a Pajak Daerah Tingkat I Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. b Pajak Daerah tingkat II Kabupaten Kota, contoh: Pajak Hotel dan restoran pengganti pajak pembangunan, pajak hiburan, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan.

6. Asas Pemungutan Pajak

a Asas domisili asas tempat tinggal Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri. b Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penhasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. c Asas Kebangsaan Universitas Sumatera Utara Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak Luar negeri.

7. Sistem Pemungutan Pajak

a Official assessment, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. b Self assessment, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. c With holding sistem, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

8. Tarif Pajak

Ada 4 empat macam tarif pajak, yaitu: a Tarif Sebanding Proporsional Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah pajak yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Contoh : Untuk menyerahkan Barang Kena Pajak BKP di dalam daerah pabean dikenakan PPN sebesar 10 Universitas Sumatera Utara b Tarif Tetap Tarif berupa jumlah yang tetap sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya yang terutang tetap. Contoh : besarnya tarif bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nominal berapapun. c Tarif Progresif Yaitu berupa persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Contoh : pasal 17 UU PPh 1945 d Tarif Degresif Yaitu berupa persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

B. Gambaran Mengenai Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi 1. Subjek Pajak