16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari Maret sampai dengan Mei 2015 di Laboratorium Genetika, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Cibinong.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Peralatan gelas, jarum ose, kapas, kain kasa, kertas saring, spatula, mikropipet, bunsen, pinset, alumunium foil, plastik wrap, neraca analitik,
autoklaf, oven, inkubator, microwave, Laminar Air flow LAF, lemari pendingin, vial, vortex, microtiterplate flat-bottom polystyrene 96 wells,
iMark Bio-Rad microplate reader.
3.2.2. Bahan
1 Tanaman
Tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah herba kemangi Ocimum americanum L. yang didapat di
Kampung Grogol. Kemangi dipanen pada umur 3 bulan dengan kondisi tanah gembur, tanpa pestisida, dan pengairan dilakukan
menggunakan air hujan dan air kali di dekat kebun. Tanaman ini telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense, LIPI, Cibinong,
Bogor. 2
Bahan Uji Aquadest, DMSO Dimethy Sulfoxide, Heterotrof Agar
HTR Agar, Heterotrof Cair HTR Cair, Eosin Methyl Blue Agar EMB, Pseudomonas Isolation Agar PIA, Etanol 70,
Etanol 96, Kristal violet 1.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 Bakteri Uji
Escherichia coli DM6101 dan Pseudomonas aeruginosa PMG203 didapatkan dari koleksi laboratorium mikrobiologi
kesehatan LIPI Cibinong dan Staphylococcus aureus didapatkan dari hasil isolasi dari kulit manusia yang dilakukan di
laboratorium mikrobiologi kesehatan LIPI Cibinong, Bogor.
3.3. Ekstraksi Minyak Atsiri
Herba kemangi batang, daun, dan bunga tanpa akar diambil dalam keadaan segar kemudian ditimbang sebanyak 25 kg. Herba kemangi
selanjutnya dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan bahan asing yang menempel. Herba kemangi yang sudah dicuci bersih lalu dirajang dan
dikeringkan dalam suhu ruangan tanpa terkena sinar matahari langsung selama 48 jam untuk mengurangi kadar airnya.
Proses selanjutnya adalah destilasi minyak atsiri dengan menggunakan metode destilasi uap air.
Destilasi minyak atsiri dilakukan selama 4 jam. Minyak atsiri yang telah didapatkan dibebas-airkan dengan penambahan natrium sulfat Na
2
SO
4
anhidrat untuk menghilangkan kadar airnya. Minyak atsiri yang masa jenisnya berbeda dengan air sehingga akan membentuk dua fase yang tidak
bercampur dapat dipisahkan Parida et al, 2014. Minyak atsiri yang dihasilkan dihitung nilai rendemennya berdasarkan perbandingan volume
minyak yang dihasilkan dari penyulingan dengan bobot sampel.
3.4. Penentuan Komponen Minyak Atsiri
Komponen kimia penyusun minyak atsiri dianalisa dengan menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa GC-MS, Agilent
19091S-433, kolom 30m x 250 m x 0,25 mm, gas pembawanya adalah Helium dengan kecepatan aliran gas 0.5 mLmenit dan tekanan kolom 1,1
psi. Suhu kolom diprogram dari 50 ⁰C sampai 250⁰C dengan 2 tahap
kenaikan. Volume injeksi yang digunakan 1µL dengan metode split 1:20. Pada tahap awal suhu kolom dibuat konstan 50
⁰C selama 5 menit, lalu dinaikkan sampai 80
⁰C dengan kecepatan kenaikan 2⁰Cmenit. Pada 80⁰C
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
suhu dipertahankan selama 1 menit dan selanjutnya dinaikkan menjadi 250 ⁰C
dengan kecepatan 4 ⁰Cmenit. Kondisi pada suhu 250⁰C ini dipertahankan
selama 4,5 menit. Suhu injektor selama analisis berlangsung diprogram konstan pada suhu 225
⁰C, sedangkan suhu detektor Elektron Impact dibuat konstan pada suhu 250
⁰C. Proses analisa ini memakan waktu 68 menit. Spektrum massa masing-masing puncak senyawa hasil kromatogram GC-MS
selanjutnya dibandingkan dengan spektrum massa autentik yang ada pada bank NIST National Institute of Standard Technology library Sulianti, Sri
Budi., 2008.
3.5. Penyiapan Larutan Uji