Penyebutan tiga kali nama ibu dalam Hadis di atas, merupakan penegasan bahwa proses reproduksi, yang oleh al-Qur’an dianggap sesuatu
yang menyusahkan wahnan ‘ala wahnin dan melelahkan kurhan ‘ala kurhin
, harus dihormati, diberi perhatian, dan yang lebih penting, diimbangi dengan perlakuan yang baik terhadap mereka.
22
Akhirnya dengan bukti-bukti yang ada tersebut, kita dapat melihat bagaimana Islam meletakkan posisi seorang ibu menjadi sangat terhormat. Hal
ini diperkuat dengan sabda Nabi yang artinya adalah,“Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.”
HR. Abu Daud.
B. Perlindungan Terhadap Perempuan Dalam Islam
Untuk menjadi perempuan, dengan jenis kelamin tertentu, seperti adanya rahim dan kelenjar-kelenjar yang secara fisiologis berbeda dari
laki-laki adalah sebuah kodrat yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta, yaitu Allah SWT yang tidak bisa ditolak oleh siapapun di dunia ini.
Karena hal tersebut merupakan suatu pemberian takdir, maka penciptaan seseorang menjadi laki-laki atau perempuan tidak dianggap sebagai suatu
keunggulan atau kelebihan kemanusiaannya yang harus diistimewakan dari satu jenis kelamin yang satu pada jenis kelamin yang lainnya.
23
Oleh karena itu, perbedaan apapun yang ada di antara laki-laki dan perempuan tidaklah menunjukan suatu nilai yang inheren. Karena jika tidak
demikian, maka kehendak bebas tidak ada artinya. Menurut Sayid Quthb, Fitrah-lah yang menjadikan laki-laki sebagai
laki-laki dan perempuan sebagai perempuan. Tetapi, ia menekankan perbedaan ini tidak memiliki nilai inheren. Namun, lain halnya dengan Al-
Zamakhsyari yang berpendapat sebaliknya. Ia mengatakan bahwa laki-laki “dilebihkan” oleh Allah daripada perempuan dalam hal “kecerdasan, keadaan
22
Faqihuddin Abdul Kodir, Bangga Jadi Perempuan: Perbincangan dari Sisi Kodrat Dalam Islam,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, h. 76.
23
Ibid, h. 10.
jasmani, keteguhan hati dan kekuatan fisiknya”, walaupun hal ini tidak dinyatakan dalam al-Qur’an. Yang dikatakan oleh Al-Zamakhsyari ini sama
dengan pernyataan Al-‘Aqqad, yaitu, “laki-laki patut diutamakan daripada perempuan
.” Sedangkan Amina Wadud menolak penafsiran yang menetapkan
adanya perbedaan inheren antara laki-laki dan perempuan. Karena hal ini dapat memberikan pengaruh negatif dalam kehidupan masyarakat. Penafsiran
tersebut berasumsi bahwa laki-laki dianggap sebagai sebuah norma sehingga merupakan manusia yang sempurna, sedangkan perempuan dianggap sebagai
kurang manusia, yang memiliki keterbatasan sehingga nilainya lebih kecil dari laki-laki. Jika hal yang demikian terjadi, maka akan memunculkan berbagai
stereotip tentang perempuan dan laki-laki yang akan sangat merintangi potensi masing-masing, dan juga adanya pembatasan atas hak-hak perempuan.
Di dalam al-Qur’an digambarkan bahwa setiap individu memiliki nilai inheren yang sama, yang didasarkan pada tiga tahap eksistensi sebagai
manusia. Pertama, dalam penciptaan manusia, Al-Qur’an menekankan kesatuan asal seluruh umat manusia. Kedua, terkait dengan perkembangan di
dunia dengan adanya potensi untuk berubah, tumbuh, dan berkembang dalam setiap individu. Ketiga, semua aktivitas manusia diberi balasan berdasarkan
apa yang telah diupayakannya.
24
Akan tetapi, dalam Islam sendiri penciptaan ini tidak dianggap sebagai suatu kelebihan atau keunggulan. Karena yang menjadi nilai keunggulan dan
kelebihan dalam Islam adalah kiprah positif yang disebut dengan taqwa.
24
Amina Wadud, Quran Menurut Perempuan: Membaca Kembali Kitab Suci Dengan Semangat Keadilan,
Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006, h. 65-68.
Penentuan ini merupakan nilai keadilan Islam tersendiri, karena dengan demikian siapapun tanpa memandang jenis kelamin tertentu bisa mendapatkan
kesempatan untuk menjadi orang yang unggul dan terbaik di hadapan Islam. Dengan prinsip keadilan ini, kita menjadi bijak dalam melihat peran dan status
sosial seseorang, tanpa menilai keunggulannya berdasarkan status sosial yang dimilikinya. Karena perempuan dan laki-laki adalah sama dan setara dalam
mengemban tugas kekhalifahan dari Allah.
25
☺ ⌧
Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat:
bahwa Aku akan menciptakan khalifah di muka bumi.” QS. Al-
Baqarah, [2]: 30. Menjadi perempuan harus dibanggakan, disyukuri, dan dirayakan,
karena merupakan amanah dari Allah Swt. yang diberikan kepada seseorang. Al-Qur’an dengan sangat tegas dan keras mengkritik orang-orang yang
merendahkan dan merasa rendah dengan kehadiran perempuan. Hal ini tercermin dalam surat Al-Nahl [15] ayat 57-59, yang artinya: “Dan mereka
menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri mereka tetapkan apa yang mereka sukai yaitu anak-anak
laki-laki. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran bayi perempuan, mukanya akan hitam karena marah dan geram.
Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
25
Faqihuddin Abdul Kodir, Bangga Jadi Perempuan, h. 10-12.
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah hidup- hidup? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. ”
Kritik dalam surat al-Nahl terhadap perendahan perempuan tersebut merupakan kritik yang ditujukan terhadap masyarakat yang sering lebih
mengistimewakan laki-laki daripada perempuan. Dengan ayat al-Qur’an ini Islam ingin menawarkan perlakuan yang berimbang antara laki-laki dan
perempuan, bukan perlakuan yang berat sebelah, tidak seimbang, dan bahkan diskriminatif.
26
Adapun bentuk-bentuk perlindungan yang diberikan Islam terhadap perempuan, yaitu:
27
1. Islam mengakui harkat kemanusiaan perempuan.
Dengan pengakuan ini, maka kedudukan seorang perempuan dalam Islam adalah sejajar dan sekandung dengan laki-laki baik dalam segi
kemanusiaannya maupun dalam segi kemuliaannya. Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 195: “Maka Tuhan mereka memperkenankan
permohonannya dengan berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik
laki-laki maupun perempuan,karena sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.”
Bahkan Nabi SAW pernah berkata, “Kaum perempuan adalah saudari kandung kaum lelaki.”
2. Islam memerintahkan agar perempuan diperlakukan dengan baik, penuh
santun dan kasih sayang seperti layaknya perlakuan terhadap seorang gadis
26
Ibid, h. 14.
27
Muhammad ‘Ali al-Shabuni, Kawinlah Selagi Muda: Cara Sehat Menjaga Kesucian Diri,
Penerjemah: Muhammad Nurdin, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005, cet. Ke-IV, h. 168-177.
kecil. Sabda Nabi: “Barang siapa yang mempunyai tanggungan tiga anak perempuan atau tiga saudari kandung, lalu ia bisa mendidik dan
memperlakukan mereka dengan baik, serta mampu menikahkan mereka, niscaya dia akan masuk surga.”
HR. Abu Dawud. 3.
Perempuan sebagai isteri harus diperlakukan dan digauli dengan baik. Karena Islam menganggap perempuan sebagai tonggak masyarakat dan
pondasi yang kokoh. Oleh karena itu, seorang suami tidak dibenarkan untuk bersikap sombong dan berlebihan terhadap isterinya, karena sikap
yang demikian sangatlah bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah dan al-Qur’an. Sebab dalam surat an-Nisa [4] ayat 19
dijelaskan: “Dan pergaulilah mereka isteri-isterimu secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka boleh jadi kamu tidak
menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
4. Perempuan sebagai ibu harus dihormati, dimuliakan, dan ditaati.
C. Hak-hak Perempuan Dalam Islam