dapat menyebabkan nafsu makan ikan menurun, pertumbuhan yang lambat, dan pembengkakan pada ikan, pucat, dan lemak pada hati Lovell 1989.
2.1.3. Kebutuhan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen terbesar dalam tanaman yang termasuk di dalamnya adalah gula sederhana, pati, selulosa, getah, dan
substansi lainnya Millamena dalam SEADFEC 2002. Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat menggantikan atau menghemat
penggunaan protein protein sparing effect yang lebih mahal sebagai sumber energi Millamena dalam SEADFEC 2002. Hal yang sama dinyatakan oleh
Watanabe 1988 bahwa karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan berlimpah di alam, sehingga penggunaannya menjadi subjek yang penting untuk
pengembangan budidaya ikan. Setiap jenis ikan memiliki kemampuan yang berbeda dalam mencerna
karbohidrat. Kandungan karbohidrat dalam pakan harus digunakan pada kandungan yang paling tinggi yang dapat ditoleransi oleh ikan NRC 1993.
Dalam pakan, karbohidrat terdapat dalam bentuk bahan ekstrak tanpa nitrogen BETN dan serat kasar Zooneveld et al, 1991. Sumber karbohidrat seperti pati
digunakan dalam pakan sebagai perekat binder dalam pakan ikan dan udang untuk meningkatkan ketahanan pakan dalam air water stability Millamena et al.
2002. Kadar optimum karbohidrat dalam pakan ikan sulit untuk ditentukan
karena protein dan lemak mendahului fungsi karbohidrat sebagai sumber energi Nagai dan Ikeda, 1973; Furuichi, 1988 dalam Watanabe, 1988. Tetapi pada
umumnya ikan karnivora dapat memanfaatkan karbohidrat secara optimal sebanyak 10-20 dalam pakan, sedangkan ikan omnivora rata-rata 30-40
Furuichi dalam Watanabe, 1988. Ikan omnivora seperti nila dan mas lebih dapat mencerna pati starch daripada jenis ikan karnivora. Hal ini karena ikan
omnivora memiliki enzim amylase yang lebih baik untuk menghidrolisis pati Nagayama dan Saito, 1968; Furuichi, 1988 dalam Watanabe 1988.
Karbohidrat berupa pati dihidrolisis oleh enzim menjadi bentuk dextrin, maltosa, dan terakhir glukosa. Glukosa merupakan produk utama yang terbentuk
dari hidrolisis karbohidrat komplek dalam proses pencernaan Millamena et al., 2002. Setelah itu glukosa akan dioksidasi dalam sel untuk menghasilkan energi
dan disimpan dalam hati dan otot sebagai glikogen Tucker dan Hargreaves, 2004.
Sumber pati yang berbeda akan menyebabkan perbedaan nilai kecernaan karbohidrat Millamena et al., 2002. Hal ini dipengaruhi oleh
kandungan amilosa dan amilopektin Guillaume et al., 2001 yang terdapat dalam pati. Dimana amilosa lebih mudah dicerna daripada amilopektin karena
perbedaan struktur rantainya Muhtadi dan Sugiyono, 1992 dalam Suryani 2001. Oleh karena itu, semakin besar rasio amilosa dan amilopektin, maka nilai
kecernaan karbohidrat menjadi semakin baik Cruz-suarez, 1994 dalam Noegroho, 2000. Marini 1997 dalam Suryani 2001 melaporkan bahwa
kandungan amilosa dalam pati adalah berkisar 10-20 sedangkan amilopektin 80-90. Adapun menurut Bennion 1980 dalam Suryani 2001 menyatakan
bahwa proporsi amilosa adalah 17-32 dari total pati.
2.2. Tepung Elot