Penagihan Pasif Penagihan Aktif

Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan Pasal 1 angka 8 UU No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. 3.2 Tindakan Penagihan utang pajak secara teoritis dapat dilakukan dengan 2 langkah yaitu:

a. Penagihan Pasif

Penagihan pasif dilakukan melalui Surat Tagihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak. Sebagaimana dijelaskan dalam UU No.16 Tahun 2009, Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar TambahanSKPKBT,dan Surat Keputusan Keberatan,Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding,serta Putusan Peninjauan Kembali,yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 satu bulan sejak tanggal diterbitkan. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak dilunasi maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 perbulan, dan bagian bulan dihitung penuh satu bulan, sebagaimana disebutkan dalam UU KUP Nomor 16 tahun 2009 Pasal 19 ayat1. Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus Universitas Sumatera Utara dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen perbulan untuk seluruh masa,yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak STP, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 satu bulan. Selain dengan penagihan pasif, dapat pula dilanjutkan dengan penagihan aktif atau yang lebih dikenal dengan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

b. Penagihan Aktif

Penagihan pajak aktif atau penagihan pajak dengan Surat Paksa dilakukan diatur dalam Undang-Undang No.19 tahun 1997 sebagaimana yang telah di ubah dengan Undang-Undang No.19 tahun 2000. Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Dalam pembahasan berikutnya yang dimaksud penagihan pajak adalah penagihan aktif atau penagihan pajak dengan Surat Paksa. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Surat Paksa sekurang-kurangnya meliputi:  Nama Wajib Pajak, atau Penanggung Pajak Universitas Sumatera Utara  Besarnya Utang Pajak, dan  Perintah untuk membayar. 3.3 Dasar Penagihan Pajak Sesuai dengan system selft assessment yang berlaku sekarang ini,wajib pajak diwajibkan menghitung memperhitungkan ,membayar dan melaporkan sendiri utang pajaknya. Apabila terdapat kekeliuran atau kesalahan dalam melakukan perhitungan pajak yang terutang atau wajib pajak melanggar ketentuan UU perpajakan barulah direktorat Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak yang dapat berupa STP, SKPKB, SKPKBT, SKP,SKK,PB. Keenam jenis surat ini merupakan dasar atau sarana atau administrasi Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan penagihan pajak. Untuk tertibnya dan keseragaman tindakan dalam melaksanakan penagihan pajak, Menteri keuangan akan mengatur tata caranya termasuk aspek administratif baik mengenai tindakan itu sendiri maupun aspek pelaksanaan pembayaran atas tagihan pajak.

D. Ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri PKLM