pengatur dan kontrol terhadap perilaku. Di Jawa dan Madura, dapat diindentifikasi nilai-nilai yang besumber dari adat-istiadat maupun agama,
seperti berikut : • Laki-laki adalah pencari nafkah dalam keluarga. Nilai tersebut
menimbulkan dominasi laki-laki dalam pekerjaan nafkah. Dalam waris laki-laki mendapat dua bagian, perempuan satu bagian.
Pembagian harta dalam kasus perceraian adalah segendong sepikul. Dalam upah kerja, perempuan dinilai lebih rendah dari laki-
laki, karena laki-laki menanggung nafkah keluarga. • Perempuan adalah ratuibu rumah tangga. Nilai ini menimbulkan
dominasi perempuan dalam pekerjaan rumah tangga, dan sebaliknya dalam pekerjaan nafkah perempuan merupakan orang
kedua. • Laki-laki adalah kepala rumah tangga. Hal ini menimbulkan perilaku
mengatur dan memutuskan semua kegiatan penting dalam rumah tangga. Laki-lakilah yang pantas berhubungan dengan pihak-pihak
di luar rumah tangga, bekerja dengan teknologi, dan yang pantas hadir dalam rapat desa 1995:368-369.
2. Peranan Dan Kedudukan Anak Laki-laki Dalam Keluarga
Berbicara tentang peran akan selalu terkait dengan status, dimana status tidak akan ada tanpa adanya peranan dan begitu juga peranan
tidak akan ada tanpa adanya status. Peranan dan status ini bisa terjadi
Universitas Sumatera Utara
dalam keluarga misalnya status dan peran sebagai ayah, ibu atau status dan peran sebagai anak dalam keluarga.
Agar sistem keluarga yang ada pada masyarakat dapat berjalan sesuai dengan status dan perannya masing-masing, maka Parson 1964
dalam Megawangi membuat teori struktural fungsional dalam keluarga, yang mengatakan bahwa keluarga dapat dilihat sebagai salah satu dari
berbagai subsistem dalam masyarakat. Keluarga dalam subsistem masyarakat juga tidak akan lepas dari interaksinya dengan subsistem-
subsistem lainnya yang ada dalam masyarakat, misalnya sistem ekonomi, politik, pendidikan dan agama.
Keseimbangan akan menciptakan sebuah sistem sosial yang tertib, dan selanjutnya dapat mempengaruhi ketertiban dalam sistem sosial yang
lebih besar lagi. Ketertiban sosial akan dapat tercipta kalau ada struktur atau strata dalam keluarga, di mana masing-masing individu akan
mengetahui dimana posisinya, dan patuh pada sistem nilai yang melandasi struktur tersebut. Struktur dalam keluarga dianggap dapat
menjadikan institusi keluarga sebagai sistem kesatuan. Ada tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga yaitu yang mengacu pada status
sosial, fungsi sosial, dan norma sosial, di mana ketiganya adalah saling kait-mengkait.
Aspek fungsional sulit dipisahkan dengan aspek struktural karena keduanya saling berkaitan. Seseorang dalam sebuah sistem dengan
status sosial tertentu, akan tidak lepas dari perannya yang diharapkan karena status sosialnya, yang semuanya ini berfungsi untuk kelangsungan
Universitas Sumatera Utara
hidup atau pencapaian keseimbangan pada sistem tersebut. Arti fungsi di sini dikaitkan dengan bagaimana sebuah sistem atau subsistem dalam
masyarakat dapat saling berhubungan dan dapat menjadi sebuah kesatuan solid 1999:66-68.
Pada masyarakat desa Lingga, di dalam keluarga telah terjadi pembagian status dan peran yaitu peran sebagai ayah, ibu dan anak. Di
masyarakat desa Lingga anak laki-laki memiliki peran dan kedudukan yang sangat istimewa dibandingkan dengan saudara perempuannya. Di
dalam keluarga anak laki-laki mempunyai kedudukan yang hampir sama dengan ayahnya, dimana anak perempuan harus menghormati saudara
laki-lakinya, jika dilihat dari perannya dalam keluarga bisa dikatakan peran anak laki-laki sangat berbeda dari anak perempuan. Bila dilihat dari segi
ekonomi maka anak lakil-laki hanya sedikit yang mau membantu orang tua untuk meringankan beban ekonomi keluarganya, namun bila dilihat dari
segi budaya anak laki-laki sangat berperan dan bahkan dari budaya adat ini kita dapat melihat kedudukannya yang sangat dihargai atau dinomor
satukan karena dalam adat anak laki-laki selalu di depan dan selalu ditanyai pendapatnya. Di dalam keluarga anak laki-laki selalu menjadi
pertimbangan utama, kerana anak perempuan selalu diharuskan untuk menghormati saudara laki-lakinya. Di dalam adat anak laki-laki juga selalu
yang diutamakan di mana dalam suatu pesta yang menjadi atau yang ditanyai keputusannya adalah anak laki-laki atau dapat dikatakan bahwa
dalam mengambil suatu keputusan yang ditanyai adalah anak laki-laki misalnya seperti bila orangtua mereka, dan mau dikuburkan maka anak
Universitas Sumatera Utara
akan disuruh berundin dulu setelah selesai berunding yang akan ditanyai mengenai keputusan dari hasil rundingannya adalah anak laki-laki
walaupun di pesta adat tersebut masih ada anaknya yang paling tua yaitu anak perempuan namun yang ditanyai adalah adiknya yang laki-laki.
Seperti yang dituturkan bapak Rudi Purba: 40 tahun “adi anak dilaki dahinna etahpe peranenna bas adat ngatur saja baci kataken anak dilaki
simimpin adat e uga gelah erdalan alu mehuli, contohna saja anak beru tua, la pernah lit siidah diberu jadi anak beru tua, soalna adi anak beru tua
enda me tugasnna ngaturken dahin siman dahinken bas pesta kalimbubu, bicara lit pe siidah dilaki bas dapur e erkiteken diberuna bas pesta e anak
beru, emaka ia pe jadi anak berulah je” kalau anak laki-laki tugasnya atau peranannya dalam pesta adat hanya mengatur bisa dikatakan anak laki-
laki yang memimpin adat itu bagaimana biar berjalan dengan baik, misalnya saja anak beru tua, tidak pernah kita lihat perempuan yang jadi
anak beru tua, karena anak beru tua ini tugasnya mengaturkan kerjaan yang mau dikerjakan dalam pesta kalimbubu, kalaupun ada kita lihat laki-
laki di dapur itu karena istrinya sebagai anak beru di dalam pesta itu, oleh karena itu suaminyapun jadi anak beru juga.
3. Peranan Dan Kedudukan Anak Perempuan Dalam Keluarga