Kerangka Pemikiran LANDASAN TEORI

2.7 Pengembangan Hipotesis

2.7.1 Hubungan Net Profit Margin dengan Market Value

Net Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya di perusahaan pada periode tertentu. Rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu, profitabilitas dalam konteks analisis rasio untuk mengukur pendapatan menurut laporan laba rugi dengan nilai buku investasi. NPM termasuk salah satu rasio profitabilitas. NPM menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan bersihnya Riyanto, 2005. NPM yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan dari kegiatan penjualan. Dengan laba bersih yang besar, bertambah luas kesempatan bagi perusahaan untuk memperbesar modal usahanya tanpa melalui hutang-hutang baru, sehingga pendapatan yang diperoleh menjadi meningkat sehingga nilai perusahaan ikut meningkat. H1 : Net Profit Margin perusahaan berpengaruh positif + terhadap Market Value pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

2.7.2 Hubungan Working Capital to Total Assets dengan Market Value

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya rendah maka tingkat likuiditas perusahaan tersebut rendah, sebaliknya apabila perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tinggi maka tingkat likuiditas perusahaan tinggi. WCTA yang semakin tinggi menunjukkan modal operasional perusahaan besar dibandingkan dengan jumlah aktivanya total assets. Modal kerja yang besar akan memperlancar kegiatan operasi perusahaan sehingga perusahaan mampu membayar hutangnya, dengan demikian pendapatan yang diperoleh meningkat, semakin besar WCTA akan meningkatkan laba yang selanjutnya akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan laba. Hal ini dikarenakan efisiensi dari selisih antara aktiva lancar current assets dan hutang lancar current liabilities. Meskipun pengaruh optimum WCTA terhadap pertumbuhan laba berbeda-beda antara satu industri dengan yang lain tetapi dari penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan dan teori yang ada maka WCTA mampu mempengaruhi nilai suatu perusahaan. H2 : Working Capital to Total Assets perusahaan berpengaruh negatif - terhadap Market Value pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

2.7.3 Hubungan Debt to Equity Ratio dengan Market Value

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan tingkat asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Apabila kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang rendah maka tingkat solvabilitas perusahaan tersebut tinggi. Sebaliknya apabila kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang tinggi maka tingkat solvabilitas perusahaan tersebut rendah. Semakin besar Debt to equity ratio menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relative terhadap ekuitas. Semakin besar Debt to equity ratio mencerminkan risiko perusahaan yang relative tinggi akibatnya para investor cenderung menghindari saham- saham yang memiliki nilai Debt to equity ratio yang tinggi. Sofiati 2000 dalam Safrida 2008 menyatakan bahwa penggunaan hutang oleh suatu perusahaan akan membat risiko yang ditanggung pemegang saham meningkat. Ketika terdapat penambahan jumah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya nilai perusahaan. H3 : Leverage Ratio perusahaan berpengaruh negatif - terhadap Market Value pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

2.7.4 Hubungan Total Assets Turnover dengan Market Value

Rasio aktivitas merupakan perputaran dana perusahaan yang dialokasikan sesuai porsi masing-masing bagian secara efisien. Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelabihan tersebut akan lebih baik apabila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Dimana apabila dana yang dimiliki oleh perusahaan dapat dibagikan pada setiap bagian sesuai dengan porsinya maka akan mengurangi resiko pailit yang akan terjadi. Semakin besar TAT menunjukkan perusahaan efisien dalam menggunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan bersihnya. Semakin cepat perputaran aktiva suatu perusahaan untuk menunjang kegiatan penjualan bersihnya, maka pendapatan yang diperoleh meningkat sehingga laba yang didapat besar Ang, 1997. Ini didukung oleh Ou 1990 dan Suharli 2004 yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa TAT berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut. H4 : Total Assets Turnover berpengaruh positif + terhadap Market Value pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Working Capital Turnover, Economic Value Added, dan Market Value Added Terhadap Market Capitalization Pada BUMN Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013

0 75 90

Pengaruh Return On Assets (Roa), Debt To Equity Ratio (Der) Dan Earning Per Share (Eps) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2013

8 121 96

Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Total Assets Turnover terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Industri Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia.

0 50 104

Analisis Pengaruh Return On Equity, Return On Assets Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Retail Di Bursa Efek Indonesia

1 79 97

Pengaruh Debt to Total Assets Ratio, Kualitas Audit, dan Opini Going Concern Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 49 97

Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Investment, Return On Equity, dan Price Earnings Ratio terhadap Harga Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI

1 68 87

Pengaruh Financial Leverage dan Total Assets Turnover Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006 - 2009

12 60 81

Pengaruh Debt to Total Assets Ratio, Quick Ratio, Net Profit Margin, dan Return On Invetment Debitur terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja pada PT. BNI (Persero) Tbk. Medan

7 109 84

Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets Ratio, Dan Total Assets Turnover Dengan Return On Investment Pada PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan

2 35 76

Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt To Total Assets, Return On Invesment Dan Earning Per Share Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

1 55 97