BAB III PENANGANAN TERHADAP KASUS KEJAHATAN PASAR MODAL
A. KEDUDUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN OJK DALAM MENANGANI KASUS KEJAHATAN PASAR MODAL
Dengan keluarnya Undang – Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan atau selanjutnya disingkat dengan OJK, yang menghendaki adanya
pemusatan fungsi pengawasan institusi keuangan Indonesia dalam satu lembaga yaitu OJK yang mencakup lembaga keuangan bank dan non bank. Dalam Undang
– Undang OJK dapat kita lihat defenisi dari OJK itu sendiri yang merupakan lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan yang diatur dalam UU OJK ini. Sehingga kedudukan Bapepam
telah berahli dan digantikan dengan OJK dimulai Januari 2013.
53 27
Peranan Bapepam menegakkan hukum Pasar Modal dalam buku Yulfasnih, terdiri dari tiga fungsi yakni fungsi rule making, adjudicatory, dan
fungsi investigatory.
54
Dengan digantikannya Bapepam menjadi Otoritas Jasa Keuangan OJK sehingga penjelasan fungsi – fungsi tersebut berupa:
1. Fungsi rule making atau membuat aturan main bagi para pelaku pasar modal
yang disebut juga quasi legislative.
53.
IDX Newsletter Final.pdf tertanggal Oktober 2012, diakses tanggal 27 Februari 2013.
54.
Yulfasnih, Op.Cit., hlm.130.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam pasal 3 beserta penjelasannya dalam UUPM jo UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan pasal 5 dan pasal 8. Di dalam UU
tersebut dapat kita lihat bahwa OJK yang berhak untuk membuat peraturan - peraturan yang berkaitan dengan aktivitas di Pasar Modal. Berdasarkan
pasal 20 UU OJK, maka dapat kita lihat bahwa yang melaksanakan tugas pengaturan berada pada wewenangnya dewan komisioner yang merupakan
pimpinan tertinggi OJK. Namun sekarang dengan adanya OJK, BEI masih tetap memakai UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal berdasarkan
pasal 70 UU OJK. Wewenang yang dimiliki dewan komisioner berkaitan dengan wewenang
pengaturan Pasar Modal berupa:
55 28
a Menetapkan peraturan pelaksanaan UU OJK;
b Menetapkan peraturan perundang- undangan Pasar Modal;
c Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di Pasar Modal;
d Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis.
Selain itu dapat kita lihat pada pasal 8 UU OJK bahwa OJK berwenang untuk membuat pengaturan dalam bidang pengawasan di Pasar Modal,
peraturan tentang tata cara pengenaan sanksi di Pasar Modal, dan lain sebagainya.
56
55.
Bahan Pokok- Pokok UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan yang disampaikan oleh Tim Sosialisasi UU OJK.
56.
Republik Indonesia, UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, pasal 8.
Universitas Sumatera Utara
2. Fungsi adjudicatory yang merupakan pengejawatanhan dari wewenang OJK
sebagai otoritas pengawas. Fungsi Pasar Modal yang lainnya adalah dalam bidang pengawasan. Dalam
menjalankan fungsi pengawasan oleh OJK dilaksanakan oleh Anggota Dewan Komisioner Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal yang
melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Komisioner.
57
Di dalam bidang pengawasan, wewenang yang dimiliki oleh OJK berupa:
58 29
a Melakukan pengawasan dan perlindungan konsumen sektor pasar modal.
Berdasarkan pasal 1 angka 15 UU OJK jo pasal 1 angka 2 dan pasal 7 ayat 2 UUPM, maka yang dimaksud dengan konsumen adalah pihak-pihak
yang menempatkan dananya danatau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di BEI.
b Memberikan dan atau mencabut izin usaha; pengesahan; persetujuan
atau penetapan pembubaran; c
Memberikan perintah tertulis kepada BEI dan menunjuk pengelola statuter;
d Menetapkan sanksi administratif.
Sanksi administratif berdasarkan pasal pasal 102 ayat 2 UUPM jo pasal 8 huruf g UU OJK yang berupa: peringatan tertulis, denda yaitu kewajiban
57.
Republik Indonesia, UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, pasal 1 angka 3.
58.
Bahan Pokok- Pokok UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan yang disampaikan oleh Tim Sosialisasi UU OJK.
Universitas Sumatera Utara
untuk membayar sejumlah uang tertentu, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan
persetujuan, pembatalan pendaftaran.
59 30
Selain hal tesebut kegiatan pengawasan di Pasar Modal juga mencakup menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan Pasar
Modal, dan lain sebagainya.
60
3. Fungsi investigatory yang merupakan pengejawantahan dari wewenang
khusus yang dipunyai OJK sebagai penyidik dan penyelidik terhadap pelanggaran yang terjadi di bursa.
61
Berdasarkan UUPM, ketika terjadi kasus kejahatan Pasar Modal, maka OJK dapat mengadakan pemeriksaaan atau penyidikan pada setiap pihak yang
diduga melakukan pelanggaran Pasar Modal atau yang disebut dengan kejahatan Pasar Modal dengan membentuk Pegawai Negri Sipil PNS.
62
Sebenarnya fungsi investigatory ini merupakan bagian dari fungsi pengawasan yang dimiliki oleh OJK. Sehingga dapatlah kita simpulkan bahwa kedudukan
OJK dalam menagani kasus kejahatan Pasar Modal adalah sebagai penyidik dan penyelidik. Sebagai penyidik OJK dapat membentuk PNS dan apabila
dalam penyidikan telah terbukti bahwa adanya tindak pidana pelanggaran terhadap UUPM maka proses penyidikan diberhentikan dan dilanjuti dengan
59.
Republik Indonesia,UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
60.
Republik Indonesia, UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, pasal 9.
61.
Republik Indonesia, UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, pasal 9 huruf c.
62.
Republik Indonesia,UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal101, dan UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, pasal 49.
Universitas Sumatera Utara
proses penyelidikan. Dalam hal melakukan penyelidikan, OJK dapat mengenakan sanksi administratif dan juga sanksi pidana bagi pelaku kejahatan
Pasar Modal sebagaimana yang dijelaskan di bab sebelumnya mengenai kategori kejahatan pasar modal.
B. PIHAK YANG BERWENANG MENANGANI KEJAHATAN PASAR MODAL