Anak Tidak Melanjutkan Sekolah Sekolah Menengah Pertama Madrasah Tsanawiyah

2 Adanya dorongan dan kebutuhan untuk melanjutkan pendidikan, berkaitan dengan pendidikan yang menjadi kebutuhan sangat penting. 3 Adanya harapan dan cita-cita, dalam hal ini menyangkut bahwa dengan pendidikan maka harapan serta cita-cita akan mudah tercapai. 4 Adanya penghargaan atas diri, dalam hal ini berkaitan dengan apabila menempuh pendidikan maka akan menjadikan kebahagian bagi diri sendiri. 2 Motivasi Ekstrinsik 1 Lingkungan keluarga yang berupa orang tua, yang dimaksud dalam hal ini adalah motivasi yang bersumber dari dorongan orang tua untuk mendorong anaknya melanjutkan sekolah ke jenjang SMPMTs. 2 Lingkungan masyarakat yang berkaitan dengan teman bergaul. Suatu motivasi yang berasal dari teman, misalnya teman melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi maka anak berkeinginan untuk menirunya.

1.5.2 Anak Tidak Melanjutkan Sekolah

Tidak melanjutkan sekolah di dalam penelitian ini adalah selesainya anak dalam menganyam pendidikan formal hanya pada tingkat SD Sekolah Dasar. Selanjutnya, tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi yakni SMPMTs. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab sehingga anak tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

1.5.3 Sekolah Menengah Pertama Madrasah Tsanawiyah

SMP adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah melakukan pendidikan Sekolah Dasar SD. Pendidikan ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas VII, kelas VIII dan kelas IX. Begitu juga dengan MTs atau yang disebut dengan Madrasasah Tsanawiyah hanya saja perbedaannya pada pembelajarannya yang berbeda. MTs lebih menekankan pada pembelajaran agama yang lebih kuat apabila dibandingkan dengan SMP. 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aksesibilitas Wilayah

Aksesibilitas apabila dijabarkan dari segi transportasi mempunyai pengertian sebagai ukuran kemudahan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga dikatakan aksesibilitas tinggi yakni apabila alternatif rute menuju suatu tempat banyak, sehingga dapat dicapai dengan mudah dari dan ke beberapa tujuan. Model aksesibilitas tersebut bisa digunakan untuk pengguna kendaraan pribadi maupun pengguna kendaraan umum. Secara lebih mudah aksesibilitas bisa dihitung atas dasar panjang jalan per kilometer persegi, semakin panjang suatu jalan berarti semakin tinggi aksesibilitasnya. Tingkat aksesibilitas suatu wilayah dapat dihitung oleh indeks zona asal dengan indeks zona tujuan yang nantinya dikalikan dengan biaya perjalanan yang dikeluarkan dengan begitu maka didapatkan suatu nilai aksesibilitasnya Abubakar, 2012:145 Jaringan transportasi yang berkaitan dengan aksesibilitas wilayah sangat berkaitan erat dengan tata guna lahan di daerah sekitarnya, dalam hal ini pemberian akses ataupun kaitannya dengan hubungan antar pusat pengembangan. Jadi, jaringan yang baik sangat mempengaruhi mobilitas dan aksesibilitas pergerakan di dalam jaringan tersebut. Pendekatan yang biasanya digunakan untuk perencanaan jaringan adalah pendekatan ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan keamanan nasional dan tidak boleh melupakan hambatan fisik yang mungkin ditemui. Jaringan merupakan serangkaian simpul-simpul, berupa