5
kata-kata karena suatu penyakit otak, hambatan ujaran dan perkembangan kognitif. teori psikolinguistik.
Penelitian ini hanya membahas urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia 3
−4 tahun pada PAUD Bunda Lely,
Medan. Banyaknya pengguna Bahasa Indonesia sehingga membuat peneliti membatasi penelitian bahasa Indonesia di daerah Pancing, Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia 3
−4 tahun? 2. Bagaimanakah hubungan psikolinguistik Behavioririsme B.FSkinner dengan
urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia 3
−4 tahun?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada anak normal usia 3 ‒4 tahun, tidak cacat fisik
dan mental. Bahasa yang digunakan di rumah atau di PAUD “Bunda Lely” adalah bahasa Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
6
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1.Mendeskripsikan urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia
dalam bahasa lisan anak usia 3 −4 tahun tahun.
2. Mendeskripsikan hubungan psikolinguistik Behaviorisme B..FSkinner dengan urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa
lisan anak usia 3 −4 tahun.
1.5 Manfaat Penelitian
Suatu penelitian haruslah memiliki manfaat, adapun manfaat pada penelitian ini adalah
1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yaitu memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang
psikolinguistik, khususnya teori Behaviorisme B.F. Skinner. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidikan, Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk merumuskan kebijaksanaan perencanaan pengajaran
bahasa pendidikan anak usia dini. b. Bagi Peneliti lain, Penelitian pemerolehan bahasa pada anak usia dini
diharapkan dapatmemberikan motivasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan hasil yang lebih baik.
c. Bagi pembaca dan penikmat bahasa, Penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi penelitian lain yang melakukan penelitian
berkaitan dengan pemerolehan bahasa pada anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep dijadikan sebagai dasar pengembangan penulisan selanjutnya untuk memahami hal–hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai
definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dipilih dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini konsep dasar yang
dijadikan acuan yaitu, pemerolehan bahasa, pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia, dan perkembangan bahasa.
2.1.1 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memeroleh bahasa pertamanya atau
bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasaChaer 2002: 167
Setiap anak yang normal akan belajar bahasa pertama bahasa ibu dalam tahun-tahun pertamanya dan prosesitu terjadi hingga kira-kira umur lima tahun
Nababan, 1992: 72 Menurut Tarigan 1987: 83, dalam proses perkembangan, semua anak
manusia yang normal paling sedikit memeroleh satu bahasa yang alamiah. Dengan kata lain, setiap anak yang normal atau mengalami pertumbuhan yang
wajar, memeroleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupannya, kecuali ada gangguan fisik seperti tuli
Universitas Sumatera Utara
8
ataupun alasan-alasan sosial, tetapi biasanya anak telah dapat berkomunikasi secara bebas pada saat dia mulai masuk sekolah.
Anak usia 3 −4 tahun memeroleh kosa kata dasar yang fonemnya belum
sempurnatetapi,ada juga sebagian anak yang dapat memeroleh kosa kata dasar dengan fonem yang sempurna. Pemerolehan bahasa pada anak tergantung pada
pendidikan, dan lingkungan anak tersebut. Anak usia 3 −4 tahun akan lebih aktif
dalam berkomunikasi jika lawan bicaranya sudah dikenalnya dan sering memberinya hadiah.
2.1.2 Pemerolehan Kosa Kata Dasar Bahasa Indonesia
Kosa kata dasar adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dikutip dari bahasa lain. Berikut beberapa jenis kosa kata dasar:
1. Kata bilangan pokok, misalnya: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh,
delapan, sembilan, sepuluh, dua puluh, sebelas, dua belas, seratus, dua ratus, seribu, dua ribu, sejuta, serta dua juta.
2. Kata kerja pokok, misalnya: makan, minum, tidur, bangun, berbicara,
melihat, mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, mengambil, menangkap, dan lari.
3. Kata benda, ada dua jenis kata benda, yaitu kata benda konkrit dan kata
benda abstrak. Kata benda konkrit adalah kata benda yang dapat disentuh. Misalnya tumbuhan-tumbuhan, hewan, dan benda-benda yang dapatdilihat
seperti, bangku, meja, termos, bando, dan gelang.Kata benda abstrak, yaitu
Universitas Sumatera Utara
9
benda yang hanya bisa dirasakan dan tidak bisa disentuh misalnya angin, udara. Dalam penelitian ini, peneliti memakai kata benda konkrit.
Pada penelitian ini, peneliti juga membagi kata benda yang terdiri atas kata benda pada istilah kekerabatan dan nama-nama bagian tubuh. Istilah
kekerabatan, misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak,nenek, kakek, paman, bibi, menantu, dan mertua. Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala,
rambut, mata, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut, pinggang, kaki, betis, telapak, dan
punggung. Ada dua cara yang terpenting ketika anak-anak mempelajari kata-kata
tersebut. Pertama mereka mendengar kata-kata tersebut dari orang tua, anak-anak yang lebih tua, teman sepermainan, televisi dan radio, tempat bermain, dan toko,
pusat perbelanjaan. Kedua mereka mengalaminya sendiri misalnya mereka mengatakan benda-benda, memakannya, merabanya, menciumnya, dan
meminumnya. Kosakata mereka itu hanya dibatasi oleh pengalaman-pengalaman mereka dan oleh model-model yang tersedia.
Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelasbergantung kepada kuantitas dan kualitas kosa kata yang dimilikinya. Semakin kaya kosa kata yang
dimilikinya, semakin besar pula kemampuan keterampilan berbahasanya. Perlu disadari dan dipahami benar-benar bahwa kenaikan kelas para siswa di sekolah
ditentukan oleh kualitas berbahasa mereka. Dengan perkataan lain, kenaikan kelas itu merupakan suatu jaminan akan peningkatan kuantitas dan kualitas kosa kata
Universitas Sumatera Utara
10
mereka dalam segala bidang studi yang mereka peroleh sesuai dengan kurikulum Tarigan, 1983:7.
2.1.3Perkembangan Bahasa Anak
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak usia 3 ‒4 tahun
tidak terlepas dari teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya teori dalam perkembangan bahasa anak. Pandangan yang
dikemukakan oleh pakar dari Amerika, yaitu pandangan behaviorisme yang berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada kanak - kanak bersifat “suapan”
Chaer, 2003: 221
Menurut Frances chato 1968, dalam Chaer, 2003: 221, anak belajar mengucapkan kata sebagai suatu keseluruhan, tanpa memperhatikan fonem kata-
kata itu satu per satu. Sedangkan menurut Waterson 1971, dalam Chaer, 2003: 234, anak hanya dapat menangkap ciri–ciri tertentu dari kata yang diucapkan
oleh orang dewasa, dan pengucapannya terbatas pada kemampuan artikulasinya. Misalnya, ketika pada tahap tertentu si anak belum mampu mengucapkan fonem
[k] tetapi sudah dapat mengucapkan fonem [t], dia akan menirukan kata [ikan] dan [bukan] yang diucapkan orang dewasa dengan lafal [itan] dan [butan].
Dengan demikian kita lihat anak ini menyederhanakan ucapannya yang dilakukan secara sistematis.
Kaum behavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak yaitu, berupa ransangan yang diberikan oleh
lingkungan kepada anak. Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan
Universitas Sumatera Utara
11
memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak
memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya. Kaum behavioris bukan hanya tidak mengakui peranan aktif si anak dalam proses
pemerolehan bahasa, juga tidak mengetahui kematangan si anak itu. Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan
oleh lingkungannya Chaer, 2003: 223. Menurut Skinner Chaer, 2003: 223 kaidah gramatikal adalah berlaku
verbal yang memungkinkan seseorang dapat menjawab atau mengatakan sesuatu. Namun, kalau kemudian anak dapat berbicara, bukanlah karena penguasaan
kaidah sebab anak tidak dapat mengungkapkan kaidah bahasa, melainkan dibentuk secara langsung oleh faktor di luar dirinya. Kaum Behavioris
berpendapat bahwa ransangan stimulus dari lingkungan tertentu memperkuat kemampuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai
suatu kemajuan dari kemampuan verbal yang berlaku secara acak sampai pada kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi melalui prinsip pertalian S-R
stimulus-respon dan proses peniruan.
2.2 Landasan Teori
Universitas Sumatera Utara
12
Dalam suatu penelitian harus ada suatu teori yang sesuai dengan objek penelitian tersebut, mendasar terhadap teori tersebut, dapat diupayakan dan,
mempertahankan keakuratannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kajian psikolinguistik, teori behaviorisme menurut pandangan B.F. Skinner.
2.2.1 Psikolingusitik
Psikolinguistik adalah satu cabang linguistik yang bekerja sama dengan ilmu lain, yaitu ilmu psikologi dalam menganalisis bahasa dan berbahasa
bertutur dengan cara mengkaji proses-proses yang berlaku pada waktu seorang bertutur dan memahami kalimat-kalimat yang didengar. Psikolinguistik
mempelajari cara seorang anak memeroleh bahasa ibunya dan hubungan di antara bahasa yang diperoleh itu dengan proses berpikir.
Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing - masing berdiri
sendiri, dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun, keduanya sama - sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya yang
berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa.
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses–proses psikologi yangberlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat–kalimat yang didengarnya
pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia Chaer, 2003: 5. Maka secara teoretis tujuan utama psikolinguistik
adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik dapat diterima dan secara
Universitas Sumatera Utara
13
psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat bahasa, dan bagaimana
struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu berbicara, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Dalam praktiknya
psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah-masalah pengajaran dan pembelajaran bahasa, seperti pengajaran
membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, serta penyakit bertutur seperti afasia, gagap, dan sebagainya serta masalah-
masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.
Kerja sama antara psikologi dan linguistik setelah beberapa lama berlangsung tampaknya belum cukup untuk dapat menerangkan hakikat bahasa
seperti tercermin dalam defenisi di atas. Maka meskipun digunakan istilah psikolinguistik, bukan berarti hanya kedua bidang ilmu itu saja yang diterapkan,
tetapi juga hasil penelitian dari ilmu-ilmu lain juga dimanfaatkan.
2.2.2 Psikolinguistik Behaviorisme
Psikolinguistik behaviorisme berusaha menjelaskan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama sebenarnya dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu
rangsangan yang diberikan melalui lingkungan Chaer, 2009: 22. Dalam pandangan ini seorang psikolog dari Universitas Harvard, B.F Skinner 1957. Ia
menjelaskan bahwa perhatian dalam pemerolehan bahasa anak B1 ditujukan
Universitas Sumatera Utara
14
pada prakiraan, dan unit-unit fungsional perilaku manusia yang hanya dapat terjadi melalui efek yangterlihatpada orang lain saja.
Penerapan teori behaviorisme ini didasarkan oleh adanya rangsangan stimulus kemudian diikuti oleh reaksi respon. Bila rangsangan menghasilkan
reaksi yang benar, maka akan diberi hadiah atau imbalan reinforcement yang menyenangkan dan kemungkinan rangsangan itu akan dilakukan berulang-ulang.
Namun, jika reaksi yang dihasilkan salah akan dihukum, yaitu penghentian imbalan.
Chaer 2008: 56 menjelaskan bahwa imbalan semacam ini dapat diberikan dalam bentuk pemberian makanan atau minuman dalam porsi kecil
karena harus diberikan secara berulang-ulang. Selain itu dalam bentuk memberikan mainan kepada anak, namun hanya terbatas sekitar 5-10 menit saja,
kemudian diambil kembali. Imbalan lain seperti, pelukan, ciuman, tepukan, dan elusan. Imbalan verbal juga perlu diberikan seperti “bagus”,”pandai”, “pintar”,
sebagai pujian karena telah melaksanakan instruksi dengan benar. Contoh dalam percakapan:
Peneliti : Pergi ke sekolah sama siapa putri?
Putri : Sama bunda.
Peneliti : oh...bunda, kamu pintar ya sambil mengelus wajah putri
Orang dewasa melakukan hal yang baik melalui kata – katanya sendiri seperti pujian dan sentuhan kasih, sehingga anak tersebut menjadi senang dan
termotivasi untuk berkata – kata terus dan kosa kata yang dihasilkan anak tersebut
Universitas Sumatera Utara
15
dapat berkembang karena anak mendapat rangsangan yang baik dari orang dewasa.
2.2.3 Urutan Pemerolehan Kosakata Dasar Anak Usia 3—4 Tahun
Penelitian tentang pemerolehan bahasa sudah banyak diteliti oleh para ahli, baik itu penelitian tentang pemerolehan bahasa pertama, kedua, urutan
pemerolehan kata, dan sebagainya. Seperti yang dikatakan Krashen 1985: 66, dalam Pramuniarti, 2008: 3 temuan yang paling menarik dalam penelitian
pemerolehan bahasa dewasa ini adalah penelitian tentang urutan pemerolehan struktur gramatikal yang mengacu pada teori pemarkahan bahasa marhedness
theory. Ellis 1994: 1003, dalam Pramuniarti, 2008:4 mengatakan urutan pemerolehan dapat digunakan untuk menguji suatu prediksi yang berdasarkan
“pemarkahan”, khususnya dapat dilihat melalui penanda tipologi yang sudah sangat dikenal yaitu NAPH. Ellis 1994: 726, dalam Pramuniarti, 2008: 18 juga
menambahi suatu hal yang dapat diidentifikasi melalui pengujian atas sampel yang representative dari bahasa alamiah dalam hal urutannya agar menentukan
ciri-ciri umum yang terdapat pada semua bahasa atau hamper semua bahasa- bahasa.
Ellis 1994: 418, dalam Pramuniarti, 2008: 222 menggambarkan suatu bentuk urutan pemerolehan Klausa Relative yang mengacu pada hasil kajian dari
Keenan dan Comrie, yaitu Subject Direct Objek Indirect Oblique Genitive Object of Comparative. Hal ini juga menunjukkan variasi fungsi
dalam assebilitas pemerolehan klausa relatifiah peneliti dapat mengurutkan
Universitas Sumatera Utara
16
pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia anak usia 3—4 tahun dalam penelitian ini.
2.3 Tinjauan Pustaka
Urutan pemerolehan dalam bahasa analisis psikolingustik, sebelumnya pernah diteliti oleh:
Fauzi 2000 dalam skripsinya yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Anak- Anak Usia 0
‒5 Tahun: Analisis Psikolinguistik”, membahas tentang tahap-tahap pemerolehan bahasa yang terdiri dari tahap perkembangan prasekolah dan tahap
perkembangan kombinatori. Tahap perkembangan sekolah meliputi, tahap meraba, tahap holofrastik, tahap kalimat dua kata, tahap pengembangan tata
bahasa, dan tahap kombinasi penuh. Tahap perkembangan kombinatori meliputi perkembangan negatif, perkembangan introgatif, dan perkembangan sistem bunyi.
Fauzi juga membahas tentang perkembangan bahasa dan perkembangan kognitif. Pramuniati 2000, dalam tesisnya yang berjudul “Urutan Pemerolehan
Klausa Relatif Bahasa Perancis oleh Pembelajar Bahasa Perancis FBS-Universitas Negeri Medan”,menyimpulkan NPAH Noun Phrase Accessibility Hierarchy
dapat memprediksi posisi urutan pemerolehan fungsi klausa relatif, sehingga dari hirarki dapat diketahui posisi terendah dan posisi tertinggi dari hirarki
assessibilitas klausa relatif bahasa Perancis. Dardjowidjojo 2000 tentang penelitian longitudinalnya “Echa
Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia” menggunakan waktu lima tahun terhadap cucunya Echa mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa itu terdiri atas
Universitas Sumatera Utara
17
pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikon, dan pragmatik. Pemerolehan bahasa juga mengatakan bahwa pemerolehan bahasa tidak dapat
terjadi hanya karena adanya bekal kodrati innate properties belaka. Pemerolehan bahasa juga tidak mungkin terjadi hanya karena adanya faktor lingkungan saja,
kedua-duanya diperlukan sebagai proses penguasaan bahasa. Gustianingsih 2002 dalam tesisnya yang berjudul “Pemerolehan Kalimat
Majemuk Bahasa Indonesia pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak”, mengatakan kemampuan anak usia taman kanak-kanak akan kalimat majemuk merupakan
parameter untuk mengukur keberhasilan dan sekaligus dasar pengajaran di sekolah dasar.
Lumbanraja 2010,“Pemerolehan Leksikal Nomina Bahasa Angkola Anak Usia 3
‒4 Tahun”, Dari data yang diperoleh, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemerolehan leksikal nomina bahasa Angkola pada anak
usia 3 ‒4 tahun itu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Masukan yang
diterima anak dari lingkungan sekitarnya mempengaruhi jumlah kosa kata yang dapat dikuasai anak-anak usia 3
‒4 tahun tersebut. Urutan pemerolehan leksikal nomina bahasa Angkola pada anak usia 3
‒4 tahun adalah nomina orang, nomina makanan, nomina hewan, nomina buah-buahan, nomina alat dapur, nomina sayur-
sayuran, nomina elektronik, dan nomina minuman.
Universitas Sumatera Utara
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian