Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Peran kecamatan

I.2 Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana Peran Kecamatan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Studi Tentang Peran Kecamatan dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Barus “

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peran kecamatan Barus dalam Pelaksanaan Otonomi daerah 2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan Kecamatan Barus dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Barus. 3. Untuk mengetahui permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh kecamatan Barus dalam menjalankan perannya di era otonomi daerah

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, di antaranya adalah: 1. Manfaat Teoritis : Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan dan penyempurnaan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan ilmu Administrasi Negara. 2. Manfaat Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang terkait dengan peran kecamatan dalam otonomi daerah

I.5 Sistematika Penulisan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini memuat tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dari lokasi penelitian, sejarah singkat, visi dan misi organisasi.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil data yang diperoleh dari lapangan danatau dokumen yang akan dianalisis secara mendalam yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian BAB II UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Peran kecamatan

UU Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah telah membawa berbagai perubahanbaru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,terutama dalam hal praktik-praktik pemerintahan. Salahsatu perubahan tersebut menyangkut kedudukan, tugas,fungsi, dan kewenangan kecamatan. Perubahan tersebutmengubah bentuk organisasi, pembiayaan, pengisianpersonel, pemenuhan kebutuhan logistik, serta akuntabilitasnya,baik secara langsung maupun tidak langsung.Dengan demikian, unsur Muspika yang selama iniberperan besar dalam menengahi dan mengatasi konflikyang terjadi di masyarakat tidak lagi diatur dalam PPNomor 19 Tahun 2008 yang diterbitkan pemerintah.Perubahan tersebut diawali dengan perubahandefinisi mengenai kecamatan itu sendiri. Pada UUNomor 5 Tahun 1974, kecamatan didefinisikan sebagaiwilayah administratif pemerintahan dalam rangkadekonsentrasi. Definisi ini bermakna bahwa kecamatanadalah lingkungan kerja perangkat pemerintahpusat yang menyelenggarakan pelaksanaan tugaspemerintahan umum di daerah Maksum, 2007.Sementara itu, pada UU Nomor 32 Tahun 2004kecamatan didefinisikan sebagai wilayah kerja camatyang merupakan perangkat daerah kabupaten dan kota. Perubahan definisi ini menjadikan kecamatan yangawalnya merupakan salah satu wilayah administrasipemerintahanselain pemerintahan Nasional, Provinsi,Kabupaten atau Kotamadya, dan kota administratifmenjadi wilayah kerja UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dari perangkat daerah. Perubahanini juga telah mengubah Kecamatan yang awalnyamerupakan wilayah kekuasaan berubah menjadi wilayah pelayanan. Dalam dimensi historis dan dinamikanya, kelembagaankecamatan mengalami perubahan yang secara multilinear sejajar dengan perubahansosial yang terjadi dalam masyarakat, khususnyaperubahan pada tata pemerintahan daerah. Perspektifsosiologi memandang perubahan kelembagaan tersebutsebagai suatu proses pelembagaanatau pembaruan kelembagaan sosial. Kebanyakan aksimasyarakat atas perubahan kelembagaan terjadi secaraspontan, bukan sebagai rencana yang disadari. Dalam konteks reformasi di Indonesiaperubahan tersebut erat kaitannya dengan perubahantata pemerintahan daerah, mulai dari peraturan perundanganmasa kolonial, UU Nomor 5 Tahun 1974, UUNomor 22 Tahun 1999, hingga UU Nomor 32 Tahun2004. Perubahan pada aspek regulasi tersebut dimaknai sebagai perubahan tatanan sistem norma dan nilai sertaproses pembentuk pola perilaku aktor dan masyarakatyang secara bersama-sama diikut i denganperubahan proses pengorganisasian Kecamatan sehinggamembentuk badan atau organisasi Kecamatan yangsesuai dengan perubahan pada aspek regulasi tersebutdi atas. Pada masa berlakunya UU Nomor 5 Tahun 1974,Camat merupakan kepala wilayah. Pada pasal 76dinyatakan setiap wilayah dipimpin oleh seorangkepala wilayah. Dalam pasal 77 dinyatakan bahwakepala wilayah Kecamatan disebut Camat. Dalampasal 80 dinyatakan kepala wilayah sebagai wakilpemerintah adalah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penguasa tunggal di bidangpemerintahan dalam wilayahnya dalam arti memimpinpemerintahan mengoordinasikan pembangunan danmembina kehidupan masyarakat di segala bidang.Wewenang, tugas, dan kewajiban Camat selaku kepalawilayah Kecamatan sama dengan wewenang, tugas,dan kewajiban kepala wilayah lainnya, yakni Gubernur,Bupati, dan Walikota. Pasal 81 secara lengkap dijelaskanbahwa wewenang, tugas dan kewajiban kepalawilayah adalah: 1. Membina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah; 2. melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang pembinaan ideologi, negara dan politik dalam negeri serta pembinaan kesatuan bangsa sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah; 3. menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan-kegiatan instansi – instansivertikal dan antara instansi-instansi vertikal dengan dinas – dinasdaerah, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan untuk mencapai dayaguna dan hasilguna yang sebesar-besarnya; 4. membimbing dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan daerah; mengusahakan secara terus-menerus agar segala peraturan perundang – undangan dan peraturan daerah dijalankan oleh instansi-instansi pemerintah dan pemerintah daerah serta pejabat – pejabat yang ditugaskan untuk itu serta mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintah; 5. melaksanakan segala tugas pemerintahan yang dengan atau berdasarkan peraturan perundang-undangan diberikan kepadanya; UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. melaksanakan segala tugas pemerintah yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu instansi lainnya. Dari sini terlihat betapa kuatnya posisi dan kewenanganseorang Camat di wilayah kecamatan. Camat adalahkepala wilayah, wakil pemerintah pusat, dan penguasatunggal di wilayah Kecamatan yang dapat mengambilsegala tindakan yang dianggap perlu untuk menjaminkelancaran penyelenggaraan pemerintah. Meskipun Camatadalah bawahan bupatiwalikota, Camat mempunyaikewenangan yang cukup besar di wilayahnya. Tidakheran pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974, Camat dapatmemutuskan segala sesuatu tanpa perlu mengkonsultasikannyadengan Bupati. Pada masa setelah berlakunya UU Nomor 22 Tahun1999 dan kemudian UU Nomor 32 Tahun 2004, Camattidak lagi menjadi kepala wilayah, melainkan sebagaiperangkat daerah. Seperti telah disebutkan sebelumnya,dalam Pasal 120 ayat 2 UU Nomor 32 Tahun 2004dinyatakan bahwa perangkat daerah kabupatenkotaterdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinasdaerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.Jadi, secara hukum posisi Camat sejajar denganposisi para kepala dinas daerah dan Lurah.Camat merupakan perpanjangan tangan bupati. Secara terinci, kewenangan Camat dijelaskan dalam Pasal126 ayat 2 yang menyatakan bahwa Camat yang dalampelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagianwewenang Bupati atau Walikota untuk menanganisebagian urusan otonomi daerah. Jadi, berdasarkanayat 2 ini seorang Camat mendapat kewenangan yangdilimpahkan atau diberikan oleh Bupati atau UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Walikota,untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.Pada ayat 3, dijelaskan bahwa Camat juga menyelenggarakantugas umum pemerintah. Tugas umumpemerintah ini meliputi : 1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; 2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; 3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang- undangan; 4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; 5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah di tingkat Kecamatan; 6. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa danatau kelurahan. Selanjutnya pada Pasal 15 ayat 2 PP Nomor 19 Tahun 2008 ditambahkan rambu-rambu kewenangan yang perlu didelegasikan oleh Bupati Walikota kepada Camat untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek : 1. Perizinan 2. Rekomendasi 3. Koordinasi 4. Pembinaan 5. Pengawasan 6. Fasilitasi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7. Penetapan 8. Penyelenggaraan dan 9. Kewenangan lain yang dilimpahkan. Kecamatan karena besaran wilayahnya, jarak politisnya dengan grass-root politics, jumlah penduduk dan potensi yang dipunyai dapat berfungsi: 1. Sebagai arena pengembangan demokrasi di tingkat lokal 2. Sebagai arena pengembangan kehidupan ekonomi 3. Sebagai arena pengembangan sistem pelayanan public yang efektif dan efisien 4. Sebagai arena politik yang bisa menghubungkan politik setingkat desa dengan kabupaten sebagai pusat pengambilan keputusan politik. Perubahan posisi atau status Camat dari kepalawilayah menjadi perangkat daerah dengan fungsi utama“menangani sebagian urusan otonomi daerah yangdilimpahkan serta “menyelenggarakan tugas umumpemerintah” ini ternyata membawa implikasi yangsangat mendasar bagi camat dan institusi kecamatan itusendiri. Saat ini, para Camat merasakan bahwa secaraformal yuridis, kewenangan dan kekuasaan merekasangat berkurang. Selain itu, para Camat juga merasabahwa kewenangan dan fungsi mereka sekarang menjadikurang jelas. Hal ini sering menimbulkan keraguan bagipara Camat dalam menjalankan tugasnya.Di lain pihak pada kenyataannya para Camat sekarangmasih menjalankan tugas sebagai kepala wilayah.Masyarakat pun juga menganggap bahwa Camat masihmerupakan penguasa wilayah seperti dulu. Masyarakattetap UNIVERSITAS SUMATERA UTARA meminta campur tangan Camat dalam menanganiberbagai persoalan yang mereka hadapi, seperti konfliksosial, kebersihan, keamanan, dan persoalan- persoalanlainnya. Camat juga diharapkan kehadirannya dalamberbagai aktivitas masyarakat, seperti khitanan, pernikahan, perayaan keagamaan,dan kegiatan masyarakat lainnya. Sesungguhnya Bupati sendiri juga masih mengharapkanCamat berperan seperti kepala wilayah dalamhal-hal tertentu. Camat diharapkan menjadi pihak yangpaling mengetahui seluruh permasalahan yang terjadidalam masyarakat. Jika ada persoalan yang terjadidalam masyarakat, Bupati sering meminta penjelasankepada Camat, padahal masalah tersebut sebenarnyaadalah masalah teknis yang berada di bawah urusaninstansi teknis tertentu. Hal konkret seperti inilah yangsering menimbulkan ketidakjelasan posisi Camat dalammasyarakat. Pada sisi lain, bagi BupatiWalikota yang paham tentang penyelenggaraan pemerintahan, mereka akan melakukan delegasi kewenangan yang luas kepada Camat sehingga fungsinya menjadi lebih besar dan luas dibanding pada waktu Camat masih menjadi kepala wilayah. Pendelegasian sebagian kewenangan BupatiWalikota kepada Camat sebenarnya menguntungkan BupatiWalikota bersangkutan, karena mereka tidak dibebani oleh urusan-urusan elementer berskala kecamatan yang dapat diselesaikan oleh Camat. Menyadari kedudukan kecamatan yang strategis tersebut, maka yang perlu dilakukan adalah bagaimana pemerintah daerah KabupatenKota mendudukkan kecamatan sebagai bagian pemerintah daerah dalam menyelenggarakan otonomi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA serta memberikan penguatan untuk melalukan banyak peran dalam penyelenggaraan otonomi daerah melalui pelimpahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota. Sebagai intitusi publik, keberadaan kecamatan hendaknya dimanfaatkan secara optimal untuk melayani masyarakat. Jangan sampai dana publik yang dikeluarkan untuk membayar gaji PNS dan membiayai fasilitas kantor namun tidak memberi manfaat bagi rakyat sebagai pemilik kedaulatan.

II.1.1 Kewenangan dan Pemberdayaan Camat Kini

UU Nomor 32 Tahun 2004 dinilai tidak membericukup ruang bagi Camat untuk menjalankan peranyang diharapkan publik. Peran Camat ditentukan olehbagaimana Bupati atau Walikota mendelegasikan kewenangankepada Camat. Masalahnya, di hampir semuadaerah di Indonesia Camat belum mendapatkan delegasikewenangan dari Bupati atau Walikota secara maksimal.Pemerintah daerah cenderung mengedepankan logikasektoral dan belum mampu memberdayakan kecamatandalam logika kewilayahan. Sebagian besar kewenanganlebih banyak dimiliki instansi sektoral. Hal ini diperparahdengan tidak mudahnya membuka kesediaaninstansi sektoral untuk berbagi kewenangan dengankecamatan karena terkait dengan pembagian sumberdaya. Meski ada komitmen menguatkan kelembagaankecamatan, dalam praktiknya pemerintah daerah masihmenemukan masalah dalam dua hal. Pertama, masihlemahnya pembagian urusan dari instansi sektoralke kecamatan. Kedua, adanya UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kecenderungan untukmelakukan pengaturan kelembagaan kecamatan yangseragam sehingga gagal merespons kebutuhan dankonteks lokal kecamatan. Pengaturan penyelenggaraan kecamatan baik darisisi pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsinyasecara legalistik diatur dengan peraturan pemerintah.Pengembangan kualitas aparatur menyangkutpengembangan dari segi pengetahuan teknis, teoritis,konseptual, moral, dan tanggung jawab sesuai dengankebutuhan pekerjaan baik dengan jalan pendidikanmaupun pelatihan, magang, dan training agar aparaturtersebut profesional dalam tugasnya Sultan, 2007. PPNomor 19 Tahun 2008 secara eksplisit telah mengaturtentang hal itu. Sebagai perangkat daerah, kecamatanmendapatkan pelimpahan kewenangan dalam hal urusanpelayanan masyarakat. Selain itu, kecamatan jugaakan mengemban penyelenggaraan tugas-tugas umumpemerintahan. Camat dalam menjalankan tugasnyadibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggungjawab kepada Bupati atau Walikota melalui sekretarisdaerah sekda. Hal ini bukan berarti Camat menjadibawahan langsung sekda karena secara strukturalcamat berada langsung di bawah bupati atau walikota.Namun, pertanggungjawaban Camat tersebut merupakanpertanggungjawaban administratif. Camat juga berperan sebagai kepala wilayah-wilayahkerja, karena melaksanakan tugas umum pemerintahandi wilayah kecamatan. Hal ini khususnya berkaitan dengan tugas-tugas atributif dalam bidang koordinasipemerintahan terhadap seluruh instansi pemerintahdi wilayah kecamatan, penyelenggaraan ketentramandan ketertiban, penegakan peraturan perundangan,pembinaan desa UNIVERSITAS SUMATERA UTARA atau kelurahan, serta melaksanakantugas pemerintahan lainnya yang belum dilaksanakanoleh pemerintahan desa atau kelurahan serta instansipemerintah lainnya di wilayah kecamatan. Oleh karenaitu, kedudukan Camat berbeda dengan kepala instansipemerintah lainnya di wilayah kecamatan karenapenyelenggaraan tugas instansi tersebut harus beradadalam koordinasi Camat. Kecamatan sebagai perangkat daerah juga mempunyaikekhususan jika dibandingkan dengan perangkatdaerah lainnya dalam pelaksanaan tugas pokok danfungsinya untuk mendukung pelaksanaan asas desentralisasi.Kekhususan tersebut dapat ditinjau dari adanyakewajiban mengintegrasikan nilai-nilai sosio- kultural,menciptakan stabilitas dalam dinamika politik, ekonomidan budaya, mengupayakan terwujudnya ketentramandan ketertiban wilayah sebagai perwujudan kesejahteraanrakyat serta masyarakat dalam kerangka membangunintegrasi kesatuan wilayah. Dalam hal ini, fungsiutama Camat, selain memberikan pelayanan kepadamasyarakat, melakukan tugas-tugas pembinaan wilayah. Secara filosofis kecamatan yang dipimpin olehcamat perlu diperkuat dan diberdayakan dari aspeksarana-prasarana, sistem adminitrasi, keuangan dankewenangan bidang pemerintahan dalam upaya penyelenggaraanpemerintahan di kecamatan sebagai ciripemerintahan kewilayahan yang memegang posisistrategis dalam hubungan dengan pelaksanaan kegiatanpemerintahan kabupatenkota yang dipimpin oleh bupatiwalikota. Sehubungan dengan itu, Camat melaksanakankewenangan pemerintahan dari dua sumber,yaitu bidang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kewenangan dalam lingkup tugas umumpemerintahan dan kewenangan bidang pemerintahanyang dilimpahkan oleh BupatiWalikota dalam rangkapelaksanaan otonomi daerah. Memberdayakan dan mengoptimalkan pelayananCamat berarti mendekatkan rakyat kepada jajaran aparatyang paling dekat. Permasalahannya adalah selama inipemerintahan kota dan kabupaten lebih menjadikankepala dinas dan kepala badan sebagai ujung tombakpelayanan. Ada beberapa alasan mengapa Camat harusmengambil peran dalam proses otonomi daerah. Pertama,dalam posisi barunya di perundang-undangan,Camat adalah ujung tombak pelayanan kota danKabupaten. Harus diakui, masih banyak Camat yangberbuat dan bekerja hanya atas perintah atasannya dankurang mendasarkan pekerjaannya pada kepentinganmasyarakat. Kedua, pada beberapa negara yang tidakmemiliki level kecamatan dalam struktur pemerintahannya,fungsi pendekatan pelayanan state kepada communityini diperankan baik oleh neighborhood community.Neighborhood community ini merupakan kelompokmasyarakat dalam kota yang bertujuan mendengar danmeneruskan apa yang menjadi kebutuhan lokal. Pondasidan nilai utama desentralisasi adalah kehendak untukmengubah dari kultur top down menjadi bottom up. Halini mempunyai makna, mengubah penguasaan pusatyang berlebihan menuju kebebasan lokal kecamatanyang sewajarnya.Desentralisasi juga menuntut pertahanan sedemikianrupa agar daerah tidak melebihi haknya untuk berubah.Setiap proses desentralisasi atau otonomi harusdiikuti dengan penyerahan tugas dan kekuasaan. Padakonteks Indonesia, proses ini selalu dihadapkan padapermasalahan yang berkaitan dengan kapabilitas UNIVERSITAS SUMATERA UTARA daerah.Oleh karena itu, tidak semua kecamatan boleh diberikeleluasaan, hanya kecamatan dengan kategori danpenilaian kemampuan tinggi boleh diberi wewenangluas, termasuk dalam hal penanganan konflik sosial dimasyarakat.

II.1.2 Susunan dan Bagan Organisasi Kecamatan

Pada Pasal 126 ayat 5 dan 6 UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada BupatiWalikota melalui Sekretaris Daerah kabupatenkota. Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada Camat. Sekretariat kecamatan dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Camat. Sekretaris Kecamatan mempunyai tugas membantu Camat dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh perangkat aparatur kecamatan. Perpanjangan tangan dari Dinas dan Lembaga teknis daerah KabupatenKota maupun instansi vertikal yang bertugas dalam lingkungan kecamatan bersangkutan seperti PLKB Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana, PPL Pertanian Petugas Penyuluh Lapangan, PetugasMantri Statistik, dsb. Adapun tugas masing-masing seksi ditetapkan lebih lanjut oleh BupatiWalikota sesuai kebutuhan berdasarkan beban tugas dan urusan pemerintahan yang diselenggarakan kecamatan. Dimungkinkan dibentuknya UNIVERSITAS SUMATERA UTARA jabatan fungsional sesuai kebutuhan. Penempatan jabatan fungsional dalam susunan organisasi kecamatan menyesuaikan dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku. Sedangkan menurut Pasal 23 PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, susunan organisasi Kecamatan diatur sebagai berikut : 1.Organisasi kecamatan terdiri dari 1 satu sekretaris, paling banyak 5 lima seksi, dan sekretariat membawahkan paling banyak 3 tiga subbagian. 2. Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling sedikit meliputi: a. Seksi tata pemerintahan; b. Seksi pemberdayaan masyarakat dan desa; dan c. Seksi ketenteraman dan ketertiban umum. 3. Pedoman organisasi kecamatan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA STRUKTUR ORGANISASI KECAMATAN MENURUT PP NOMOR 19 TAHUN 2008 Es. IIIa Es. IIIb Es. IVb Es. IVa Keterangan : Menurut PP 19 Tahun 2008, jumlah seksi paling sedikit 3 artinya minimal seksi yang ada adalah seksi tapem, seksi trantib dan seksi pemasyarakatan, tergantung Perda masing-masing daerah bisa 3, 4, 5 atau bahkan lebih. Sedangkan di bawah Sekretaris Kecamatan Sekcam ditambah dengan adanya jabatan setingkat Kepala Sub Bagian paling banyak 3 yang mengurusi administrasi umum, kepegawaian dan keuangan. Cam at Seket ar is Kecam atan kelom pok j abat an fungsional Subbag Subbag Subbag Seksi Seksi Seksi Pem berdayaan Masyarakat dan seksi Ketent ram an dan Ketert iban Seksi Tat a Pem erint ah Desa Kelur ah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

II.2 Otonomi Daerah