13
Zat inflamasi yang dibebaskan dalam proses inflamasi antara lain adalah high sensitivity C-reactve Protein hsCRP, cell adhesion molecules,
E-selectin, dan sitokin lainnya. Ternyata pada proses aterosklerosis termasuk PJK, stroke iskemik dan penyakit vaskular perifer, kadar hsCRP dalam darah
meningkat. Peningkatan kadar CRP saat ini diketahui berkaitan dengan keadaan inflamasi yang kronis, yang mana keadaan ini memacu proses
pembentukan aterosklerosis, dan memungkinkan terjadinya proses kerusakan plak yang tadinya stabil menjadi tidak stabil sehingga rentan terhadap
kejadian penyakit koroner. Peter Kabo, 2008 Faktor risiko untuk PJK yang semula tiga buah terus bertambah. Saat ini, usia,
jenis kelamin, stres, penyakit kencing manis, kegemukan, kurang gerak, asam urat, kekurangan estrogen, peningkatan fibrinogen, peradangan, dan masih banyak yang
lain sudah tercatat sebagai faktor risiko. Peter Kabo, 2008 Gambaran faktor risiko ini sangat membantu untuk mengidentifikasi orang-
orang yang perlu mendapatkan tindakan pencegahan, dan juga termasuk penatalaksanaan bagi mereka yang sudah menderita PJK.
2.1.3 OPERASI BYPASS
Pada Tahun 1957, Mason Sone mendemonstrasikan cine coronary angiography, suatu cara untuk mengetahui letak penyempitan arteri koroner secara
tepat. Hal ini memungkinkan para ahli bedah untuk melakukan pembedahan, yaitu menyambungkan pembuluh darah baru dari pangkal aorta ke distal penyempitan,
sehingga darah tetap dapat mengalir melalui bypass. Tujuan operasi bypass adalah untuk meningkatkan suplai darah ke miokard sehingga dapat meredakan keluhan
nyeri dada, menurunkan kejadian serangan jantung, dan memperpanjang hidup pasien. Cohn, 2008
Selama dilakukan pembedahan, pasien diberi anestesi umum agar tidak sadar dan tidak merasa sakit. Pernapasan dibantu dengan ventilator. Setelah itu dinding
toraks di buka, jantung yang sedang berdenyut dihentikan dengan suhu dingin, kemudian aliran darah yang secara normal dipompakan keluar dari jantung dialihkan
14
pada mesin jantung paru heart lung machine. Dengan demikian dokter ahli bedah dapat dengan tenang menggunakan sepotong vena atau arteri untuk membuat bypass
jalan pintas pada bagian arteri koroner yang tersumbat atau yang sakit. Jadi, jalan pintas yang mulus ini memungkinkan darah dan oksigen dapat mengalir kembali ke
otot jatung. Pembuluh darah yang dipakai untuk bypass ini disebut graft; ujung yang satu dihubungkan dengan aorta asenden sedangkan ujung yang lain akan
disambungkan ke arteri koroner di bagian bawah dari daerah penyempitan gambar 2.4 Operasi bypass membutuhkan waktu kurang lebih 4-6 jam. Cohn, 2008
Gambar 2.4 Operasi Bypass
sumber: http:www.google.co.idimages
Pada tahun 1967, Favoloro orang pertama menggunakan vein graft. Pembuluh darah yang digunakan adalah vena dari tungkai bawah karena ukurannya hampir
sama dengan ukuran arteri koroner. Kemudian, dikembangkan dengan menggunakan arteri, misalnya arteri dinding toraks, atau arteri radialis yang dilaporkan memberikan
harapan hidup yang lebih baik bagi pasien. Namun, survival sangat tergantung dari tipe penyempitan, kondisi pasien sendiri, fasilitas kamar bedah, dan yang terakhir
adalah pengalaman tangan dokter. Cohn, 2008 Peter Kabo 2007 dan Cohn 2008 menuliskan, pasien PJK yang dianjurkan
menjalani operasi bypass adalah mereka yang berdasarkan hasil kateterisasi jantung ditemukan adanya:
a. Penyempitan 50 dari arteri koroner kiri utama left main disease, atau left
main equivalent, yaitu penyempitan menyerupai left main artery, misalnya
15
ada penyempitan di bagian proximal dari arteri anterior desenden dan arteri circumflex.
b. Penderita dengan 3 vessel disease tiga arteri koroner semuanya mengalami
penyempitan yang bermakna sehingga fungsi jantung mulai menurun ejection fraction 50.
c. Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent.
d. Penyempitan 1 atau 2 pembuluh, namun pernah mengalami henti jantung.
e. Anatomi pembuluh darah suitable sesuai untuk operasi bypass. Sedangkan
pasien PJK yang tidak dianjurkan untuk operasi bypass adalah : usia lanjut, tidak ada gejala angina, fungsi ventrikel kiri jelek 30, struktur arteri
koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung. Komplikasi operasi bypass yang sering terjadi adalah perdarahan, infeksi,
serangan jantung, atau gangguan irama sampai pasien meninggal, gagal ginjal, stroke, dan gangguan pernapasan. Pasien yang sudah dilakukan operasi bypass perlu
mengikuti program rehabilitasi. Cohn, 2008
2.2. KERANGKA KONSEP FAKTOR RISIKO: